Hingga kelas berakhir. Aleta tetap terlelap. Tidak ada satupun teman kelasnya yang memiliki keberanian membangunkan gadis itu.
Kadang-kadang, mereka sampai harus saling mendorong untuk sekedar menggoyangkan pundak gadis itu. Pun atas perintah dosen.
Rombongan preman musuh bebuyutan Aleta, masih mengejar gadis itu.Semuanya pantang menyerah, begitu juga Aleta. Kendati kalinya seakan mati rasa, Aleta tidak ingin berhenti.
Wush …Setelah mendengarkan kisah heroik Pieter menyelamatkan Aleta dari begundal legend. Jhon langsung meluncurkan mobilnya ke tempat yang gadis Psikopat maksud.
Selagi Aleta masih terkurung. Louison bersama Sky merundingkan langkah selanjutnya yang harus mereka pilih."Aku khawatir dengan masa depannya," tutur Louison, "jika dia masih demikian, bisakah dunia tidak mempersulitnya, Sky?"
Jika cerdik memiliki perwujudan, maka Aleta adalah penggambaran yang tepat. Dengan amat berhati-hati, gadis itu dapat melepas jeruji besi yang menghalangi jendela, lalu membuangnya begitu saja di atas kasur.Walaupun, membutuhkan waktu lama. Tetapi Aleta begitu menikmatinya seraya bersenandung kecil.
Sementara Aleta bebas kesana-kemari sesuka hati. Liev masih berjaga di depan pintu. Begitu pula Sky dan Louison yang baru kembali dari dunia pekerjaan mereka.Louison duduk menyilangkan kaki. Anjing kesayangannya langsung melompat ke pangkuan pria buncit tersebut.
Setelah kejadian malam itu. Poster Aleta terpampang di seluruh kota dan pelosok bersama keterangan jelas yang tertera."Dicari seorang wanita bernama Aleta Louison. Berkulit putih, tinggi 168 cm, berambut hitam dan bermata biru. Jika ada yang menemukan, segera hubungi +7 2373xxx." Baca seorang pria yang menemukan poster tersebut.
Guk
Sekarang sudah memasuki hari ketiga setelah masa penangkapan Aleta.Sejauh tiga hari itu. Aleta hanya diberi makan selama satu kali, yakni diwaktu siang. Sisanya ia harus kelaparan dan kehausan.