Share

Episode 4

Author POV

Setelah aku dan Luna menikah, aku tidak mengizinkan Pak Ahmad berkerja di pabrik lagi,melainkan untuk menikmati masa tuanya dan ikut tinggal bersama di rumahku. Meskipun awlanya Pak Ahmad menolak, tapi setelah di bujuk beberapa kali akhirnya mau. 

Saat sarapan terjadi perbincangan antara aku,Luna, dan Pak Ahmad.

"Sekali lagi saya sangat berterima kasih kepada nak Dodi, karena sudah menikahi anak saya satu-satunya. Dan saya juga berterima kasih karena saya di izinkan untuk tinggal bersama kalian." Ucap pak Ahmad kepadaku.

"Justru saya yang berterima kasih Pak. Bapak telah mengizinkan putri cantiknya untuk saya nikahi. Saya senang sekali jika Bapak ada di sini. Karena saya juga sudah tidak punya orangtua lagi hanya tinggal Bapaklah satu-satunya orangtua kami." Balasku dengan berterima kasih kembali kepadanya,karena memang aku yang berhak berterima kasih kepada Pak Ahmad. Dia mati-matian membesarkan anaknya tapi kini anaknya sudah jadi milikku.

"Alhamdulillah! Terima kasih ya Allah engkau telah menyerahkan anakku di orang yang tepat." Syukur pak Ahmad dengan mengadahkan tangan dan menghadap ke langit.

"Luna! Kamu harus jadi istri yang baik ya nak. Sekarang Luna harus mengikuti apa kata suami Luna. Karena sekarang suami Luna yang akan bertanggung jawab atas Luna bukan bapak lagi." Pak Ahmad memberikan nasehat kepada Luna.

"Iya pak. Doakan Luna ya pak biar bisa jadi istri yang baik."

"Iya nak. Bapak selalu mendoakan yang terbaik buat kalian. Tadi malam Luna sudah melayani suami Luna?" Tanya pak Ahmad yang bikin Luna bingung jawabnya.

"Tadi malam kita sama-sama capek pak. Jadi kita memutuskan untuk tidur." Jawabku dengan tiba-tiba, karena aku kasihan melihat istriku bingung menjawabnya.

"Oh ya sudah. Tapi jangan lama-lama ya berikan cucu buat bapak sebelum bapak meninggal." Ucap pak Ahmad yang membuat aku senang, karena akupun tidak sabar ingin memiliki keturunan. Secara kini umurku sudah hampir kepala 3.

"Bapak tidak boleh bicara seperti itu!" Seru Luna dengan wajah tidak suka.

"Mudah-mudah bapak diberikan umur panjang biar bisa bertemu cucu bapak." Ucap bapak.

"Aamiin. Insyaallah secepatnya kita akan berikan cucu untuk bapak." Ucapku yang langsung mendapatkan tatapan dari Luna. Akupun membalas senyuman atas tatapannya.

Author POV

      Setelah selesai sarapan, Luna membantu Mbok Tuti mencuci piring dan beres-beres rumah.

      “Dek Luna, biar Mbok saja yang cuci piring. Dek Luna istirahat saja di kamar pasti capek.” Ucap Mbok Tuti yang ingin mengambil alih cucian piring di tangan Luna.

“Tidak apa-apa Mbok. Aku sudah biasa cuci piring sendiri.” Jawab Luna dengan ramah.

Tiba-tiba dodi ke dapur dan memanggil Luna.

“Luna!” panggil Dodi.

        “Iya, ada apa?” tanya Luna

“Kamu sedang apa?” tanyanya lagi.

“Sedang cuci piring.” Jawab Luna.

“Sini biar Mbok saja yang cuci piringnya ,Dek.” Ucap Mbok Tuti. Dia khawatir kalau Dodi akan marah kalau istrinya mencuci piring.

“Tidak apa-apa Mbok, biar Luna saja yang cuci piringnya. Luna,kalau sudah selesai kamu ke kamar ya, aku tunggu.” Seru Dodi meninggalkan dapur dan menuju ke kamar.

        Tok! Tok! Tok! Luna mengetuk pintu kamar.

       “Siapa?” Tanya Dodi dari dalam kamar.

“Aku.” Jawab Luna.

        “Iya,masuk!” Perintah Dodi.

Luna membuka pintu kamar pelan-pelan. Terlihat Dodi sedang tiduran di kasur. Sepertinya dia masih merasakan lelah. Luna melangkahkan kakinya dan berhenti di samping ranjang dekat Dodi.

“Sini duduk!” pinta Dodi agar Luna duduk di dekatnya. Luna pun langsung mengikuti perintahnya.

“Ada apa?” Tanya Luna dengan wajah menunduk.

“Kalau sedang bicara, tatap mata suaminya! Kamu tidak bahagia ya menikah denganku.” Tanya Dodi.

“Aku bahagia kok.” Jawab Luna singkat.

       “Tapi, kenapa Luna tidak pernah senyum di depan aku? kalau ada yang ingin dibicarakan silakan bicara! aku siap mendengarkan.” Ucap Dodi sambil menggenggam kedua Tangan Luna.

       “Sebenarnya..” Ucap Luna menggantung.

“Sebenarnya apa sayang?” Tanya Dodi penasaran.

         “Sebenarnya aku ingin melanjutkan sekolah. Tapi, karena Bapak sudah tua dan tidak sanggup membiayai, aku setuju dengan pernikahan ini.” Jelas Luna dengan wajah sendu menatap mata suaminya.

        “Kalau begitu nanti aku daftarkan sekolah ya. Biar Luna bisa melanjutkan sekolah lagi.” Jawab Dodi yang ingin membuat Luna bahagia.

“Tapi, aku sudah menikah. Kalau aku hamil, apa kata teman-teman sekolahku nanti.” Ucap Luna yang membuat Dodi gemas ingin mencubit pipinya.

       “Kita tunda saja dulu punya anaknya.” Jawab Dodi.

“Memang tidak apa-apa?” tanya Luna.

“ Tidak apa-apa sayang, yang penting kamu bahagia. Apapun akan aku lakukan.” Ucap Dodi dengan senyuman yang membuat wajah Luna sedikit tertarik untuk tersenyum karena mendengar perkataan Dodi.

“Terima kasih ya, Kamu sudah baik sama aku dan bapakku.” Ucap Luna dengan wajah yang gembira.

“Eh tapi, Bapak sudah tua. Dia ingin segera melihat cucunya. Aku sedih kalau tidak bisa mengabulkan permintaan Bapak.” Wajah Luna yang tadinya gembira langsung sedih lagi.

“Hhmm jadi bagaimana?” Tanya Dodi yang ikut sedih juga.

“Aku ingin bapak bahagia. Lebih baik aku tidak melanjutkan sekolah saja biar aku bisa kasih cucu buat bapak.” Jawab Luna dengan sangat polos yang membuat Dodi semakin gemas dengan tingkah Luna.

“Memangnya Luna sudah siap punya anak?” Tanya Dodi sambil menahan senyum.

“Ya harus siap. Aku kan sudah punya suami.” Jawab Luna yang membuat dodi sedikit tertawa dan tak tahan mencubit pipinya.

“Ya sudah kalau begitu. Sekarang kita tidur yuk!” Ajak Dodi sambil menarik tangan Luna untuk merebahkan tubuhnya disampingnya.

“Hah? Sekarang?” Luna seperti terlihat sangat kaget mendengar ajakan Dodi.

“Iya, sekarang. Sini!” Jawab Dodi sambil menepuk-nepuk bantal yang ada di sampingnya.

“Tapikan sekarang masih siang, masa kita mau bikin anak?” Tanya Luna dengan sangat polos sehingga membuat Dodi tertawa lebih keras.

“Hahaha! Kamu sudah tidak sabar bikin anak ya? Aku itu ngajak kamu tidur bukan bikin anak. Bikin anaknya nanti malam saja ya.” Ucap Dodi sambil tertawa puas.

“Oh. Berarti aku salah dengar.” Kata Luna.

"Sini! Aku mau peluk kamu." Pinta Dodi.

"Kalau kamu peluk aku terus bisa-bisa aku kehabisan nafas." Ucap Luna.

"Loh! Kenapa?" Tanya Dodi heran.

"Karena kamu kenceng banget meluknya sampe aku susah nafas." Kata Luna kesal.

"Ya Ampun, maaf ya." Dodi meminta maaf. 

Mereka tidur siang dengan nyenyak sampai terdengar suara adzan. Kali ini Luna bangun lebih dulu dan melihat wajah suaminya yang ternyata ganteng juga meskipun sedang tidur. Luna sangat bersyukur ternyata suaminya begitu baik dan lembut saat berbicara dengan Luna. 

     “Kamu! Kamu! Bangun! Sudah adzan ayo sholat!” ucap Luna membangunkan Dodi dengan memanggil kata ‘kamu’ karena dia bingung harus manggil apa. Masa panggil namanya saja, kan tidak sopan.

“Kok manggilnya ‘kamu’ aku kan punya nama.” Ucap Dodi yang langsung bangun dari tidurnya.

“Habis aku bingung mau panggil kamu apa. Kamu kan lebih tua masa aku panggil namanya saja.” Jawab Luna menunduk karena malu.

“Kamu bisa panggil aku, Mas Dodi.” Ucap Dodi yang dibalas muka malu Luna.

“Iya.” Jawab Luna singkat dan ingin segera ke kamar mandi.

“Iya apa?” tanya Dodi menggoda agar Luna menyebut namanya.

“Iya Mas Dodi.” Ucap Luna dengan malu-malu.

“Coba lagi! Aku pengen dengar lagi.” Pinta Dodi menggoda yang membuat Luna semakin malu.

“Iya Mas Dodi.” Ucap Luna dengan penekanan.

“Lagi-lagi aku enggak dengar.” Canda Dodi karena dia merasa senang melihat istrinya yang malu-malu saat memanggilnya.

“Sudah, aku mau wudhu.” Tolak Luna yang langgung kabur ke kamar mandi.

***

Author POV

Hampir setiap malam mereka berusaha untuk mendapatkan anak. Luna yang polos dan menggemaskan membuat Dodi selalu terbuai olehnya. Dodi semakin mencintai istrinya, begitupun Luna yang kini sudah tidak canggung lagi dengan Dodi.  Luna pun sangat mencintai suaminya yang baik dan ganteng itu.

Sudah beberapa bulan menikah, belum ada tanda-tanda kalau Luna hamil. Semakin hari kesehatan  pak Ahmad semakin buruk. Luna dan Dodi berharap bisa kasih cucu secepatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status