Saat hampir semua orang terlelap, Dodi mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Ternyata benar itulah mereka yang telah di tunggu-tunggu. Dodi bergegas menghampiri mereka.
"Luna di mana?" Tanya Dodi dengan tergesa-gesa melihat ke arah dalam mobil.
Mereka hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Dodi.
"Di mana Luna? Katanya Luna sama kalian." Tanya Dodi lagi dengan terus penasaran mencari keberadaan Luna.
"Kalian jawab dong jangan diam saja!" Bentak Dodi karena tak kunjung mendapatkan jawaban.
"Maaf Dod, kami sudah berusaha membawa Luna ke sini. Tapi.." Jawab teman Dodi menggantung membuat Dodi semakin penasaran dengan jawaban mereka.
"Tapi apa? Jawab yang jelas! Jangan setengah-setengah!" Bentak Dodi lagi yang sudah tidak terkendali.
"Tapi tadi saat di jalan, mobil kami di berhentikan sama beberapa orang yang tidak kami kenal,lalu mereka membawa paksa istri kamu. Kami mencoba melawan mereka tapi kami tak bisa,mereka cukup kuat." Jelas teman Dodi dengan sedih dan merasa iba melihat wajah Dodi yang begitu sedih kehilangan istrinya.
"Ya Allah...! Kamu di mana Luna?" Dodi tersungkur ke tanah sambil menangis.
Sangat berat bagi Dodi kehilangan istrinya. Rasanya dia tak akan bisa hidup tanpa Luna.
Tiba-tiba ada sebuah taksi datang dan berhenti di belakang mobil temannya. Semua orang heran siapa yang datang menggunakan taksi itu. Tak lama kemudian supir taksi itu turun dan menanyakan alamat.
"Permisi! Apa benar ini jalan melati?" Tanya supir taksi itu.
"Iya benar." Jawab Dodi.
"Saya mau bertanya, bapak tahu rumah pemilik pabrik kerupuk udang di sini?" Tanya supir taksi itu lagi.
"Oh, ini rumahnya. Dan saya pemiliknya." Jawab Dodi yang bingung kenapa supir taksi itu menanyakan tentangnya.
"Mohon maaf pak, tadi ada penumpang yang naik taksi saya dan menunjukan alamat jalan ini. Tapi saya bingung karena saya dari tadi tidak menemukan alamat ini,karena penumpang saya tadi pingsan." Jelas sopir taksi itu dengan wajah yang bingung.
"Di mana penumpang itu pak?" Tanya Dodi.
"Ada di dalam taksi saya pak. Silakan bapak lihat!" Ucap supir taksi mempersilakan Dodi untuk melihat penumpang yang ada di dalam taksi.
Dodi langsung berlari ke arah taksi dan membuka pintu taksi dengan cepat.
"Luna! Luna! Bangun sayang!" Ucap Dodi kaget ternyata penumpang itu adalah Luna. Dengan sigap Dodi langsung membawa Luna keluar dari taksi dan membawanya ke kamar.
Wajah Luna terlihat kucel dan pucat sekali. Begitu juga dengan bajunya yang sedikit sobek. Begitu Dodi melihat lutut Luna ternyata terdapat bekas darah di sana. Dodi segera membersihkan tubuh Luna dan mengganti pakaianya dengan yang bersih.
Supir taksi tadi menceritakan bahwa Luna seperti sedang di kejar-kejar orang. Tanpa berpikir panjang supir taksi itu langsung melajulan taksinya dengan kecepatan penuh hingga mereka kehilangan jejak saya. Lalu Luna memberikan alamat rumahnya dan memberitahu minta di turunkan di rumah pemilik pabrik kerupuk udang. Setelah itu Luna langsung pingsan yang membuat sopir taksi itu bingung mau ke mana arahnya. Hingga sampai juga di tempat tujuan.
Esok harinya Luna masih belum sadar juga. Dodi segera memanggil dokter kampung untuk memeriksa kondisi Luna. Alhamdulillah tidak ada luka yang serius, sebentar lagi Luna akan tersadar kata dokter.
Dodi terus di samping Luna memeluknya, menciumnya hingga Luna tersadar.
Perlahan mata Luna mulai terbuka. Tubuh Luna terasa lemas sekali untuk mengedipkan mata saja membutuhkan energi yang kuat.
"Jangan sentuh aku!" Ucap Luna dengan lemas yang tiba-tiba kaget melihat ada laki-laki di sampingnya.
" Tenang sayang! Ini aku suamimu." Jawab Dodi dengan sabar dan lembut.
" Mas Dodi?" Ucap Luna yang baru menyadari dan langsung memeluk erat Dodi serta menangis ketakutan.
"Iya sayang. Kamu tenang ya! Sekarang sudah ada di rumah. Minum dulu ya!" Ucap Dodi sambil membantu Luna untuk meminum segelas air putih.
"Mas aku takut!" Ucap Luna yang menangis tersedu-sedu.
"Apa yang Bagas lakukan kepada Luna?" Tanya Dodi cemas istrinya disakiti.
"Dia hampir perkosa aku." Jawab Luna yang semakin menangis kencang dan di sambut pelukan Dodi.
Mendengar jawaban Luna,Dodi sangat emosi. Berani-beraninya Bagas menyentuh istrinya. Dodi tidak akan tinggal diam untuk melaporkan perbuatan Bagas ke pihak yang berwajib. Agar Bagas mendapatkan hukuman yang setimpal.
Akhirnya Bagas dibawa oleh orangtuanya kembali ke luar negeri agar bisa melupakan Luna dan tidak bertindak kriminal.
Setelah beberapa hari Luna kembali, semua seperti biasa lagi. Luna sudah tidak menangis lagi dan Dodi pun pergi mengawasi pabriknya. Demikian pun dengan pak Ahmad yang sudah pulih kesehatannya setelah Luna kembali ke rumah.
Saat bangun tidur Luna merasa perutnya sangat mual sekali. Hingga dia tak tahan untuk mengeluarkan cairan yang bikin mual dari perutnya. Badan Luna sedikit lemas karena mual yang tak kunjung hilang."Huek! Huek!" Luna muntah di lantai karena sudah tidak keburu ke kamar mandi."Kamu kenapa sayang?" Tanya Dodi yang baru masuk kamar." Enggak tahu, perutku mual banget. Mungkin masuk angin." Jawab Luna dengan lemas."Nanti aku belikan obat ya." Ucap Dodi."Apa aku hamil ya mas? Coba nanti kamu belikan tespek ya." Luna menduga dirinya hamil. Karena mualnya berbeda dari biasanya." I..i..iya nanti aku belikan tespek juga." Jawab Dodi yang khawatir kalau Luna hamil.***Luna sudah mencoba tespek dan hasilnya positif Luna hamil. Luna ingin langsung memberitahukan kabar bahagia ini pada suaminya."Mas lihat ini!" Pinta Luna menyerahkan benda pipih bergaris 2 itu."Kalau garisnya 2 berarti kamu hamil?" Tanya Dodi penasaran dan langsu
Luna POVTidak terasa usia kandunganku sudah 9 bulan. Sekarang aku sedang ada di bidan untuk melahirkan anak pertamaku. Aku merasakan mulas dan sakit yang sangat hebat. Tapi kata bidan, belum mencapai pembukaan sepuluh. Mas Dodi siaga mendampingiku,wajahnya pun terlihat khawatir melihat aku kesakitan.Akhirnya lahir juga anak pertama laki-lakiku,anaknya persis sekali mirip ayahnya yang membuat mas Dodi semakin yakin bahwa itu anaknya. Kami memberi nama anak laki-laki itu dengan panggilan Brian.Author POVMereka sangat bahagia dengan kehadiran Brian yang tingkahnya sangat Lucu, tak terkecuali pak Ahmad kakek Brian. Namun pak Ahmad hanya punya sedikit kesempatan bersama cucunya. Karena setelah Brian berumur 1 tahun pak Ahmad meninggal dunia.Jangan tanya betapa sedihnya Luna ditinggal bapaknya selama-lamanya. Namun Luna bersyukur setidaknya bapak sudah bertemu cucunya sebelum meninggal.Dodi dan Luna hidup sangat bahagia. Usia Brian sudah men
Luna POVSetelah lama merenung di kamar,aku tersadar bahwa anakku sedang berdiri di pintu kamar."Brian, kamu sudah pulang?" Tanyaku kaget melihat Brian."Ibu dari pagi di kamar terus, pasti Ibu sedang mengingat kenangan bersama ayah." Ucap Brian berjalan ke arahku yang sedang duduk di pinggir ranjang."Kenangan bersama ayahmu tidak akan bisa di lupakan Brian." Jawabku sedih dengan menundukan wajahku."Sudah 8 tahun ayah meninggalkan kita. Tapi Ibu masih terus larut dalam kesedihan itu. Brian harap Ibu mengakhiri kesedihan Ibu. Ibu harus menjalani hidup dengan bahagia. Ibu bisa kok menikah lagi, agar ada yang menemani Ibu di rumah kalau Brian sedang tidak ada di rumah." Ucap Brian lembut menatap mata mataku."Ibu tidak mau Brian." Tolakku yang memang belum siap jika harus menikah lagi."Kalau Brian kepengen punya ayah bagaimana Bu?" Pinta Brian agar aku menyetujui."Memang kamu mau punya ayah tiri?" Tanyaku kepada Brian."Ya kala
Setelah proses wawancara selesai,Brian mengajak ibunya untuk makan bakso di kantin kampus."Gimana tadi wawancaranya? Lancar Bu?" Tanya Brian yang sedang menunggu baksonya di racik."Lancar, tapi masa ibu di bilang lebih muda dari umur ibu kata panitia tadi." Ucap Luna."Hehehe, iya benar Bu. Ibu itu bahkan terlihat seperti seumuran sama aku. Bukan cuma aku saja kan yang bilang kalau Ibu itu masih terlihat muda, bahkan panitia yang tadi juga bilang gitu." Ucap Brian sambil tersenyum."Ah Brian, Ibu malu tahu." Ucap Luna sambil tersenyum malu-malu."Pokoknya, Ibu harus semangat kuliahnya." Kata Brian sambil mengepalkan tangannya memberikan tanda semangat.***Setelah beberapa minggu, akhirnya Luna akan memulai perjalanan di bangku kuliah bersama anaknya."Brian ayo bangun! Hari ini, hari pertama kita ospek. Cepat bangun! supaya kita tidak terlambat." Ucap Luna membangunkan Brian yang masih tidur, karena semalam dia mengerjakan per
Brian senang melihat ibunya yang setiap hari bercerita tentang kegiatan-kegiatan di kampus. Ia merasa ibunya sedikit demi sedikit sudah melupakan kesedihannya karena ibunya sudah mulai sibuk dengan kegiatan di kampusnya."Brian ayo bangun!" Seru Luna membangunkan Brian."Hari ini aku enggak ada kelas Bu. Ibu berangkat sendiri ya." Ucap Brian dengan mata tertutup. "Ya meskipun tidak ada kelas, bangun sholat subuh dulu." Perintah Luna karena Brian masih belum bangun juga.Hari ini,Luna pergi ke kampus sendirian di antar sama sopir pribadinya. Berkat bisnis rumah makan Brian yang sampai sekarang masih berjalan, kehidupan mereka bisa dibilang sangat cukup. Hingga mereka memiliki rumah dan mobil sendiri.Kalau tidak ada kuliah,kadang Brian sibuk di tempat bisnisnya. Bisnis tetap berjalan, namun Brian pun tidak meninggalkan kuliahnya. Brian pintar membagi waktunya antara kuliah dan bisnisnya.***Saat sedang berjalan menuju kel
Malam hari Brian baru pulang dari tempat bisnisnya, Luna menunggunya untuk makan malam."Brian, Ibu mau cerita." Ucap Luna dengan serius."Cerita apa Bu? Kok serius banget? Ada masalah?" Tanya Brian sebelum menyendokan nasi ke mulutnya."Kamu masih ingat orang yang mewawancarai Ibu waktu pendaftaran?" Tanya Luna."Iya masih. Memang kenapa?" Tanya Brian penasaran karena terlihat wajah ibunya yang sangat serius ingin menceritakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Namanya Pak Tedi, dia dosen Ibu yang masuk hari ini. Terus tadi dia ngajak Ibu pulang bareng, tapi Ibu tolak. Eh dia malah ngancam ibu, kalau tidak mau pulang bareng nilai Ibu akan jelek katanya. Dengan terpaksa Ibu terima tawaran dia." Jelas Luna dengan raut wajah yang terlihat kesal sekali."Oh gitu ya. Ya sudah tidak apa-apa kalau memang dia bersedia mengantar Ibu. Aku jadi lebih tenang kalau ada yg ngantar Ibu pulang." Ucap Brian dengan santai."Tapi Brian.
Di rumah, Luna memberi tahu Brian bahwa akan ada pertandingan basket. Brianpun antusias ingin menonton pertandingan basket itu. Kebetulan pertandingannya di adakan hari rabu. Meskipun sebenarnya Brian tidak ada kelas, tapi dia datang pagi bersama Luna."Bu, aku sudah siap ayo kita berangkat." Teriak Brian yang tidak sabar berangkat ke kampus ingin menonton pertandingan basket."Iya bentar. Ibu siap-siap dulu." Jawab Luna.Sampai juga mereka di kampus. Brian berjalan sambil menggandeng tangan ibunya. Brian tersenyum senang ingin melihat pertandingan basket. Luna pun tersenyum. Bukan karena ia ingin melihat Arif melainkan tersenyum karena melihat anaknya senang.Arif melihat Luna bersama laki-laki yang dia sendiri tidak tahu siapa. Arif cemburu melihat Luna bersama laki-laki lain. Biasanya Arif akan nyamperin Luna, tapi kali ini dia tidak menghampirinya karena laki-laki tersebut yang di maksud adalah Brian. Pertandingan sebentar
Di kampus ada tiga mahasiswi yang menghampiri Brian saat sedang istirahat. Brian tidak kenal siapa mereka."Hallo! Boleh kenalan?" Tanya salah satu dari mereka yang mengulurkan tangannya."Brian." Jawab Brian singkat tapi tak membalas uluran tangan perempuan itu karena Brian sedang fokus membaca buku."Kalau aku Angel." Ucap perempuan itu yang bernama Angel. Hanya Angel yang memperkenalkan diri sedangkan 2 temannya hanya diam saja."Oh iya." Jawab Brian yang terlihat masa bodo."Kamu sudah punya pacar belum?" Tanya Angel to the point."Kalau belum, memangnya kenapa?" Tanya Brian balik. Brian heran dengan pertanyaan Angel."Mau enggak kalau kamu jadi pacarku." Ucap Angel terang-terangan di depan Brian dan 2 temannya. Sontak ucapannya membuat Brian kaget."Maksudnya?" Tanya Brian dengan raut wajah bingung mendengar ucapan Angel."Aku lihat kamu itu orangnya ganteng,rajin, dan pintar. Jadi, aku suka sama kamu." Jelas Angel.