Saat bangun tidur Luna merasa perutnya sangat mual sekali. Hingga dia tak tahan untuk mengeluarkan cairan yang bikin mual dari perutnya. Badan Luna sedikit lemas karena mual yang tak kunjung hilang.
"Huek! Huek!" Luna muntah di lantai karena sudah tidak keburu ke kamar mandi.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Dodi yang baru masuk kamar.
" Enggak tahu, perutku mual banget. Mungkin masuk angin." Jawab Luna dengan lemas.
"Nanti aku belikan obat ya." Ucap Dodi.
"Apa aku hamil ya mas? Coba nanti kamu belikan tespek ya." Luna menduga dirinya hamil. Karena mualnya berbeda dari biasanya.
" I..i..iya nanti aku belikan tespek juga." Jawab Dodi yang khawatir kalau Luna hamil.
***
Luna sudah mencoba tespek dan hasilnya positif Luna hamil. Luna ingin langsung memberitahukan kabar bahagia ini pada suaminya.
"Mas lihat ini!" Pinta Luna menyerahkan benda pipih bergaris 2 itu.
"Kalau garisnya 2 berarti kamu hamil?" Tanya Dodi penasaran dan langsung mendapatkan anggukan serta senyuman dari Luna.
Wajah Dodi terlihat tidak bahagia mendengar berita ini. Dia khawatir kalau anak yang di kandung istrinya bukan anaknya.
"Kok kamu enggak bahagia? Inikan yang kita tunggu-tunggu." Tanya Luna sedih melihat wajah suaminya.
"Tapi apa bener anak yang kamu kandung anakku?" Tanya Dodi tidak percaya yang membuat Luna sakit hati.
Bagai di sayat hati Luna mendengar pertanyaan suaminya. Dia memang hampir diperkosa tapi dia berhasil melarikan diri sebelum Bagas menyentuhnya. Mas Dodi pun sudah tahu ini, tapi masih tidak percaya bahwa anak yang Luna kandung adalah anaknya.
Dodi masih memikirkan tentang anak yang di kandung istrinya. Dodi tidak terima kalau istrinya mengandung anak orang lain. Dodi & Luna saling diem-dieman tidak berbicara satu sama lain.
"Kalian kenapa? Bukannya bahagia kok jadi murung gitu dua-duanya." Tanya pak Ahmad saat mereka sedang makan malam.
"Tidak apa-apa pak." Jawab Dodi.
"Kalo tidak apa-apa kenapa kalian saling diem-dieman?" Tanya pak Ahmad lagi.
"Mas Dodi tidak percaya kalau anak yang Luna kandung adalah anaknya." Jawab Luna sambil menangis yang tidak tahan menahan sakit dalam hatinya.
"Ya sudah lebih baik besok kalian ke dokter. Dodi,kamu harus percaya kalau itu anak kamu. Luna tidak mungkin berbohong sama kamu." Ucap pak Ahmad meyakinkan Dodi.
Datanglah Luna dan Dodi ke dokter untuk memeriksakan kandungan Luna. Dan akhirnya Dodi percaya bahwa anak yang di kandung Luna adalah anaknya. Pasalnya usia kandungan Luna sudah mencapai 10 minggu. Sedangkan, Luna dibawa pergi sama Bagas baru 3 minggu yang lalu.
"Sayang,maaf ya aku sudah salah sangka." Ucap Dodi sambil berlutut di kaki Luna dan menghadap perut Luna yang di dalamnya ada anaknya.
"Tidak semudah itu minta maaf." Jawab Luna sengit.
"Terus aku harus apa biar kamu maafin aku" Tanya Dodi.
"Kamu harus ambilkan aku mangga muda yang ada di pohon depan rumah."
"Ya sudah nanti aku minta tolong orang buat ambil mangga muda di pohon." Ucap Dodi enteng.
"Kok orang lain yang ngambil? Aku maunya kamu yang manjat sendiri." Ucap Luna sambil memanyunkan bibirnya.
"Tapi aku enggak bisa manjat pohon sayang." Ucap Dodi benar tidak bisa manjat pohon.
"Ya sudah kalau enggak mau aku enggak mau maafin kamu." Ucap Luna kesal.
Dodi mencoba manjat pohon demi anak yang ada di dalam kandungan istrinya. Luna tertawa puas melihat suaminya ketakutan memanjat pohon.
Luna POVTidak terasa usia kandunganku sudah 9 bulan. Sekarang aku sedang ada di bidan untuk melahirkan anak pertamaku. Aku merasakan mulas dan sakit yang sangat hebat. Tapi kata bidan, belum mencapai pembukaan sepuluh. Mas Dodi siaga mendampingiku,wajahnya pun terlihat khawatir melihat aku kesakitan.Akhirnya lahir juga anak pertama laki-lakiku,anaknya persis sekali mirip ayahnya yang membuat mas Dodi semakin yakin bahwa itu anaknya. Kami memberi nama anak laki-laki itu dengan panggilan Brian.Author POVMereka sangat bahagia dengan kehadiran Brian yang tingkahnya sangat Lucu, tak terkecuali pak Ahmad kakek Brian. Namun pak Ahmad hanya punya sedikit kesempatan bersama cucunya. Karena setelah Brian berumur 1 tahun pak Ahmad meninggal dunia.Jangan tanya betapa sedihnya Luna ditinggal bapaknya selama-lamanya. Namun Luna bersyukur setidaknya bapak sudah bertemu cucunya sebelum meninggal.Dodi dan Luna hidup sangat bahagia. Usia Brian sudah men
Luna POVSetelah lama merenung di kamar,aku tersadar bahwa anakku sedang berdiri di pintu kamar."Brian, kamu sudah pulang?" Tanyaku kaget melihat Brian."Ibu dari pagi di kamar terus, pasti Ibu sedang mengingat kenangan bersama ayah." Ucap Brian berjalan ke arahku yang sedang duduk di pinggir ranjang."Kenangan bersama ayahmu tidak akan bisa di lupakan Brian." Jawabku sedih dengan menundukan wajahku."Sudah 8 tahun ayah meninggalkan kita. Tapi Ibu masih terus larut dalam kesedihan itu. Brian harap Ibu mengakhiri kesedihan Ibu. Ibu harus menjalani hidup dengan bahagia. Ibu bisa kok menikah lagi, agar ada yang menemani Ibu di rumah kalau Brian sedang tidak ada di rumah." Ucap Brian lembut menatap mata mataku."Ibu tidak mau Brian." Tolakku yang memang belum siap jika harus menikah lagi."Kalau Brian kepengen punya ayah bagaimana Bu?" Pinta Brian agar aku menyetujui."Memang kamu mau punya ayah tiri?" Tanyaku kepada Brian."Ya kala
Setelah proses wawancara selesai,Brian mengajak ibunya untuk makan bakso di kantin kampus."Gimana tadi wawancaranya? Lancar Bu?" Tanya Brian yang sedang menunggu baksonya di racik."Lancar, tapi masa ibu di bilang lebih muda dari umur ibu kata panitia tadi." Ucap Luna."Hehehe, iya benar Bu. Ibu itu bahkan terlihat seperti seumuran sama aku. Bukan cuma aku saja kan yang bilang kalau Ibu itu masih terlihat muda, bahkan panitia yang tadi juga bilang gitu." Ucap Brian sambil tersenyum."Ah Brian, Ibu malu tahu." Ucap Luna sambil tersenyum malu-malu."Pokoknya, Ibu harus semangat kuliahnya." Kata Brian sambil mengepalkan tangannya memberikan tanda semangat.***Setelah beberapa minggu, akhirnya Luna akan memulai perjalanan di bangku kuliah bersama anaknya."Brian ayo bangun! Hari ini, hari pertama kita ospek. Cepat bangun! supaya kita tidak terlambat." Ucap Luna membangunkan Brian yang masih tidur, karena semalam dia mengerjakan per
Brian senang melihat ibunya yang setiap hari bercerita tentang kegiatan-kegiatan di kampus. Ia merasa ibunya sedikit demi sedikit sudah melupakan kesedihannya karena ibunya sudah mulai sibuk dengan kegiatan di kampusnya."Brian ayo bangun!" Seru Luna membangunkan Brian."Hari ini aku enggak ada kelas Bu. Ibu berangkat sendiri ya." Ucap Brian dengan mata tertutup. "Ya meskipun tidak ada kelas, bangun sholat subuh dulu." Perintah Luna karena Brian masih belum bangun juga.Hari ini,Luna pergi ke kampus sendirian di antar sama sopir pribadinya. Berkat bisnis rumah makan Brian yang sampai sekarang masih berjalan, kehidupan mereka bisa dibilang sangat cukup. Hingga mereka memiliki rumah dan mobil sendiri.Kalau tidak ada kuliah,kadang Brian sibuk di tempat bisnisnya. Bisnis tetap berjalan, namun Brian pun tidak meninggalkan kuliahnya. Brian pintar membagi waktunya antara kuliah dan bisnisnya.***Saat sedang berjalan menuju kel
Malam hari Brian baru pulang dari tempat bisnisnya, Luna menunggunya untuk makan malam."Brian, Ibu mau cerita." Ucap Luna dengan serius."Cerita apa Bu? Kok serius banget? Ada masalah?" Tanya Brian sebelum menyendokan nasi ke mulutnya."Kamu masih ingat orang yang mewawancarai Ibu waktu pendaftaran?" Tanya Luna."Iya masih. Memang kenapa?" Tanya Brian penasaran karena terlihat wajah ibunya yang sangat serius ingin menceritakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Namanya Pak Tedi, dia dosen Ibu yang masuk hari ini. Terus tadi dia ngajak Ibu pulang bareng, tapi Ibu tolak. Eh dia malah ngancam ibu, kalau tidak mau pulang bareng nilai Ibu akan jelek katanya. Dengan terpaksa Ibu terima tawaran dia." Jelas Luna dengan raut wajah yang terlihat kesal sekali."Oh gitu ya. Ya sudah tidak apa-apa kalau memang dia bersedia mengantar Ibu. Aku jadi lebih tenang kalau ada yg ngantar Ibu pulang." Ucap Brian dengan santai."Tapi Brian.
Di rumah, Luna memberi tahu Brian bahwa akan ada pertandingan basket. Brianpun antusias ingin menonton pertandingan basket itu. Kebetulan pertandingannya di adakan hari rabu. Meskipun sebenarnya Brian tidak ada kelas, tapi dia datang pagi bersama Luna."Bu, aku sudah siap ayo kita berangkat." Teriak Brian yang tidak sabar berangkat ke kampus ingin menonton pertandingan basket."Iya bentar. Ibu siap-siap dulu." Jawab Luna.Sampai juga mereka di kampus. Brian berjalan sambil menggandeng tangan ibunya. Brian tersenyum senang ingin melihat pertandingan basket. Luna pun tersenyum. Bukan karena ia ingin melihat Arif melainkan tersenyum karena melihat anaknya senang.Arif melihat Luna bersama laki-laki yang dia sendiri tidak tahu siapa. Arif cemburu melihat Luna bersama laki-laki lain. Biasanya Arif akan nyamperin Luna, tapi kali ini dia tidak menghampirinya karena laki-laki tersebut yang di maksud adalah Brian. Pertandingan sebentar
Di kampus ada tiga mahasiswi yang menghampiri Brian saat sedang istirahat. Brian tidak kenal siapa mereka."Hallo! Boleh kenalan?" Tanya salah satu dari mereka yang mengulurkan tangannya."Brian." Jawab Brian singkat tapi tak membalas uluran tangan perempuan itu karena Brian sedang fokus membaca buku."Kalau aku Angel." Ucap perempuan itu yang bernama Angel. Hanya Angel yang memperkenalkan diri sedangkan 2 temannya hanya diam saja."Oh iya." Jawab Brian yang terlihat masa bodo."Kamu sudah punya pacar belum?" Tanya Angel to the point."Kalau belum, memangnya kenapa?" Tanya Brian balik. Brian heran dengan pertanyaan Angel."Mau enggak kalau kamu jadi pacarku." Ucap Angel terang-terangan di depan Brian dan 2 temannya. Sontak ucapannya membuat Brian kaget."Maksudnya?" Tanya Brian dengan raut wajah bingung mendengar ucapan Angel."Aku lihat kamu itu orangnya ganteng,rajin, dan pintar. Jadi, aku suka sama kamu." Jelas Angel.
Hari ini ada jadwal kelas Pak Tedi. Sebenarnya Luna malas bertemu Pak Tedi yang enggak jelas orangnya. Tapi, mau tidak mau Luna harus masuk kelas.Saat Pak Tedi sedang menjelaskan tiba-tiba ada seseorang yang datang terlambat."Maaf pak saya datang terlambat." Ucap seseorang itu ngos-ngosan sepertinya habis lari."Sepertinya kamu salah masuk kelas. Selama ini Saya tidak pernah melihat kamu di kelas ini." Jawab Pak Tedi."Iya pak. Beberapa minggu yang lalu saya memang ijin tidak masuk kelas. Ini surat ijinnya pak, kalau Bapak tidak percaya." Kata seseorang itu menyodorkan kertas ke Pak Tedi."Baik kalau begitu. Silakan kamu duduk! Besok-besok jangan terlambat!" Perintah Pak Tedi.Luna yang melihat seseorang itu datang seperti mirip mas Dodi. Orang itupun memilih duduk di samping Luna. Dari sudut matanya, Luna sedikit melihat ke arah orang yang ada di sebelahnya. Benar-benar mirip dengan mas Dodi. Tapi setelah berkenalan ternyata namanya Rasya.