Share

3. Secret wife

   Direktur Winy sudah menghadap Jay. Kaira make up pada saat hari pernikahan, sehingga membuat Direktur Winy tidak mengenalinya. Saat di dalam kantor, Kaira hanya memakai lipstik tipis, dengan kacamata yang tak lepas dari wajahnya.

  Di mata Jay, wajah polos seperti itulah yang membuat Kaira menjadi semakin menarik. Jay duduk dengan tenang, melipat tangannya di dada, lalu menunggu Direktur Wini berbicara.

"Kamu kenapa diam saja?" tanya Jay.

"Saya menunggu Presdir menghukum saya," jawab Direktur Winy.

"Jadi dari tadi, aku menunggunya dan dia menungguku?" batin Jay.

"Apa kau tidak membaca pesanku dengan baik?"

"Baca, Presdir."

"Lalu, kenapa bisa salah?" tanya Jay.

"Presdir baru menikah, dan sepertinya tertarik dengan Kaira. Apa seperti ini, dunia kelas atas?" batin Direktur Winy.

"Maaf Presdir, bagi saya, ukuran 10 cm itu pendek. Jadi saya memilih itu," jawab Direktur Winy.

"Kamu boleh keluar! Gajimu akan aku potong, sesuai kerugian yang di rasakan Kaira," seramnya.

   Direktur Winy keluar dari ruangan Jay dan menutup pintunya pelan-pelan. Bahkan sangat pelan sehingga tidak ada sedikitpun suara yang terdengar.

   Jay melihat CV Kaira, di tatapnya dan di hayati dengan sempurna. Diam-diam, bibirnya tersenyum saat melihat foto Kaira yang terdapat di dalam CV. Jay tersenyum geli seperti ada sesuatu yang lucu baginya.

   Jay mengambil foto Kaira yang bisa membuatnya tersenyum dan memasukkan ke dalam dompetnya.

"Lucu... Seperti anak hamster yang tidak pernah mandi," gumam Jay.

***

"Loh, sepatuku mana?" batin Kaira.

   Kaira memeriksa di bawah meja kerjanya, memeriksa semua lacinya, tapi tidak menemukan sepatu dan juga pakaiannya.

"Kemana ya?" gumam Kaira dengan tangan yang menggaruk-garuk kepalanya.

"Apa yang kau cari, Hamster kecilku?" bisik Jay.

"Kyaaaaa..." Kaira terkejut hingga lompat naik ke atas kursi. Semua karyawan yang melihatnya, tertawa terbahak-bahak.

HAHAHAHAHAHA

"Siapa yang mengijinkan kalian tertawa?" tanya Jay. Ekspresi wajah hangatnya, berubah menjadi dingin dan kaku kembali.

"Turun!" Jay mengulurkan kedua tangannya untuk membantu Kaira turun dari kursi.

"Kursinya tidak tinggi. Kalau hanya segini, mudah saja." batin Kaira.

   Kaira mengabaikan tangan Jay yang di ulurkannya dengan tulus. Kaira turun seorang diri lalu berdiri menghadap ke arah Jay.

"Wanita ini, benar-benar tidak tahu terimakasih!" batin Jay.

"Maaf, Presdir. Saya... Saya tadi hanya sedikit terkejut," Kaira bersikap sopan seperti karyawan yang takut pada atasan.

"Panggil aku, SUAMIKU!" bisik Jay.

"..."

***

    Meskipun Jay tidak pernah bertemu Kaira setelah hari pernikahan, tapi Jay meminta Asistennya, Rasya untuk antar dan jemput Kaira ke kantor. 

   Hari ini, hari pertama Jay pulang bersama Kaira. Jay menunggu di pertigaan jalan di luar kantor. Kaira jalan mengendap-endap seperti seorang buronan.

"Bagaimana bisa, aku menikahi wanita siput seperti itu?" gumam Jay.

   Jay tidak habis pikir dengan dirinya dan keluarganya. Mereka sudah tahu, bahwa pengantin asli sudah kabur tapi tetap setuju untuk melanjutkan pernikahan.

  Kaira seperti memiliki pesona tersendiri, sehingga siapapun yang mengenalnya, akan menyayanginya. Kepolosan dan juga kejujurannya, membuat Kaira terlihat lebih mempesona.

KLEKK

"Maaf, ya Pak Rasya, lama ya?" Kaira sudah masuk ke dalam mobil tanpa menyadari kalau Jay duduk di sebelahnya.

"Apa matanya buta? Aku yang tampajn ini, sama sekali tidak di lihatnya? Apa seleranya seperti Raysa?" batin Jay.

"Aduh Nyonya muda, Anda menempatkanku pada posisi yang sulit. Aku bisa saja di kirim ke Afrika kapanpun pria di sebelah Anda ingin," batin Rasya setelah menyadari ada tatapan mematikan di belakangnya.

"Ehemmmm..."

"KYAAAAAAA..." lagi-lagi Kaira terkejut dengan kehadiran Jay di dekatnya.

   Ekspresi gemas dari wajah Kaira, membuat Jay mencium bibirnya seketika. Kaira yang terkejut dengan adanya Jay, lebih terkejut lagi saat Jay berani mencium bibir dan sedikit melumatnya.

"Apa aku tidak akan cepat mati, kalau di buat jantungan seperti ini?" batin Kaira.

"Kalau diam seperti ini, lebih terasa damai," Jay mencari alasan supaya Kaira tidak menanyakan dengan apa yang baru saja di lakukannya.

"Aku... Aku hanya terkejut saja, Tidak perlu menciumku," gumam Kaira.

"Dasar pasangan tidak berprasaan. Aku yang jomblo ini di abaikan begitu saja," batin Rasya.

"Wanita itu, kalau di ajak bicara pasti pembahasannya akan menjadi lebih panjang. Lebih baik langsung bertindak," Jay membalas gumaman dari bibir Kaira.

"Tidak juga," balas Kiara lagi.

"Dia begitu paham dengan wanita. Kira-kira, saat ini dia memiliki berapa wanita ya?" batin Kaira.

"Apa wanita ini berfikir aku memiliki wanita lain? Tidak mungkin! Otaknya yang besar, dan hanya di gunakan sebesar kelereng, tidak akan mungkin berfikir sampai sebegitunya," batin Jay.

   Jay dan Kaira, saling membuang pandangan mereka ke arah lain, Rasya seperti melihat permusuhan dari pengantin baru. Suara batin Kaira dan Jay seperti saling bersahutan. Sepanjang perjalanan, bibir mereka saling terkunci.

   Tiba-tiba saja, terdengar suara nafas seperti orang yang sudah tertidur dengan pulas. Jay melirik ke arah Kaira, dan Kaira sudah terjun bebas ke alam mimpi.

"Wanita ini, tidak ada waspadanya sama sekali. Apa dia tidak melihatku sebagai laki-laki?" batin Jay.

   Jay kesal dengan hasil pikirannya sendiri. Gengsi yang sangat tinggi, membuat Jay kesulitan untuk mengenal Kaira lebih jauh lagi.

"Kai, bangun!" Jay mencolek-colek pipi Kaira. Jay melihat wajah Kaira lebih dekat. Wajah yang polos, terlihat begitu kelelahan. 

"Kalau bukan karena kau tidak memiliki catatan buruk, aku mana mungkin melanjutkan pernikahan kita. Eh, kenapa jadi kita?" batin Jay.

   Saat hati dan pikiran Jay menyatu mengatakan secara terang-terangan bahwa Jay mulai tertarik dengan Kaira, tapi Jay menepis pikiran yang di anggapnya sangat konyo.

  Kaira tidak bangun meskipun pipinya sudah di cubit-cubit oleh Jay. Jay ragu untuk menggendong Kaira masuk ke dalam rumah. Rasya tiba-tiba membuka pintu di mana Kaira berada, lalu bersiap untuk mengendong Kaira.

"Hei, apa yang akan kau lakukan?" tanya Jay dengan marah.

"Menggendong Nyonya muda, masuk ke dalam," jawab Rasya dengan jujur.

"Dia Istriku. Aku yang wajib menggendongnya," Jay menyingkirkan tangan Rasya.

"Kalau memang suami, untuk apa ragu dari tadi?" sindir Rasya.

"Jangan coba-coba kau berani untuk menyentuhnya!" Jay memperingati Rasya dengan penuh penekanan.

   Rasya menunggu Jay keluar dari mobil. Jay menggendong Kaira sangat hati-hati, supaya Kaira tidak terbangun. Jantung Jay berdebar sangat hebat.

"Padahal, tubuhnya sangat ringan. Kenapa aku berdebar seperti mengangkat 200 kg beras?

 batin Jay.

"Istrimu tidur, Jay?" tanya Nyonya Eve yang tak lain adalah Ibunya.

"Hssssttttttt... Jangan berisik!" balas Jay dengan sangat lirih.

   Kamar yang di tempati Jay ada di lantai 2, sehingga memakan waktu untuk naik ke atas tangga karena Jay harus pelan-pelan dalam melangkah supaya Kaira tidak merasa tergoncang.

"Suamiku!" tubuh Jay kaku, syarafnya sperti tidak berfungsi saat mendengar Kaira memanggilnya dengan panggilan istimewa. Jay melihat ke arah Kaira yang masih tetap nyaman dalam pelukannya.

"Sialan! Ternyata dia sedang mimpi"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nur Janah
udah gr aja di panggil suamiku, ga taunya cuma mimpi...
goodnovel comment avatar
ningsih dwi
aq suka banget critanya lucu pingin beli buku novel gimana caranya
goodnovel comment avatar
Enduundak Enduundak
Lucu2.. Senyum seorang2 je bca crite nie🤭🤭
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status