Share

5. Mertua Terbaik

     Jay langsung menurunkan Kaira, setelah Tuan dan Nyonya Alrecha memergokinya tengah memaksa Kaira untuk melakukan hal yang tidak senonoh di meja makan. 

   Kaira tidak tahu harus bicara apa. Jay yang melihat Kaira seperti takut, menggenggam erat tangan Kaira. Ketegangan dari suasana mulai mencair, saat Nyonya Luna mengusap lembut kepala Kaira.

"Kai, kalau anak ini memaksamu lagi, tendang saja!" ucap Nyonya Luna dengan pedas.

"Anak Mama sebenarnya siapa sih? Aku atau dia?" kesal Jay.

"Kaira itu baik, nurut. Kalau kamu? Buat Mama selalu pusing," jawan Nyonya Luna.

"Kai, sini!" pinta Tuan Alrecha dengan memberikan kode sebuah lambaian tangan.

    Kaira menyelinap pergi, mengikuti langkah Tuan Alrecha. Nyonya Luna dan Jay, masih melanjutkan perseteruan mereka.

"Mama, dia itu istriku!" seru Jay saat Nyonya Luna melarangnya untuk memaksa Kaira melakukan hubungan yang sangat intim.

"Kalau bukan karena Mama, kamu pasti menikah dengan siapa itu namanya?" kepikunan Nyonya Luna sudah mulai menjalar.

"Keysana, Mama!" jawab Jay.

"Pokoknya, kamu gak boleh sakiti Menantu Mama!"

"Siapa juga yang mau menyakitinya?"

"Type-type seperti kamu ini, pasti seperti itu!"

"Jangan ngarang!"

***

    Tuan Alrecha membawa Kaira untuk duduk di teras rumah, menikmati waktu dan udara segar di saat menjelang subuh. 

   Setelah menikah, Jay langsung membele rumah yang saat ini di tempatinya sesuai dengan kriteria yang Kaira inginkan. Karena sebelum menikah, Jay melihat seluruh data Kaira tanpa terkecuali.

  Waktu yang sangat singkat, membuat Rasya harus memutar kepalanya menjadi kaki, dan kaki menjadi kepala. Mencari rumah yang sesuai dengan kriteria Kaira, dan sebelum pengantin kembali, rumah sudah harus siap.

   Meskipun, setelah malam pertama, Jay dinas di luar selama satu minggu. Rasya terus mengantar kemanapun Kaira akan pergi. Komunikasi di antara mereka, belum terjalin dengan baik atau bisa di katakan, sama sekali tidak ada komunikasi.

  Tuan Alrecha dan Nyonya Luna, menemani Kaira di rumah barunya. Hingga hari ke enam, Mertua Kaira ijin untuk pulang ke rumah mereka. Ada sesuatu yang harus mereka kerjakan.

  Hari ke 7, Kaira seorang diri. Hari ke 8, Kaira bertemu lagi dengan pria yang menikahinya di dalam kantor, sebagai atasan dan karyawan rendahan.

   Selama Jay tidak berada di rumah, Kaira menjalin hubungan sangat baik dengan Tuan dan Nyonya Alrecha, sehingga ketika mendengar sebuah keributan, Nyonya Luna langsung mengkhawatirkan Kaira.

   Nyonya Luna menyadari, sebuah pernikahan tanpa sebuah perkenalan, apalagi sebuah cinta, bisa terjadi hal apa saja di dalamnya. Sehingga sebagai orangtua, Nyonya Luna ingin memberikan sebuah wawasan supaya anaknya tidak melakukan keputusan yang sewenang-wenang.

   Nyonya Luna bersyukur, melihat Jay dan Kaira akur. Bahkan pondasi cinta d antara mereka sudah mulai terbangun.

"Apa Jay kasar padamu?" tanya Tuan Alrecha dengan ramah.

"Tidak, Pa!" jawab Kaira dengan sopan.

"Jangan sungkan. Kita adalah keluarga. Kalau ada apa-apa, laporkan saja pada Papa ataupun Mama. Coba kamu dengarkan suara Mamamu yang mengoceh tanpa jeda. Itu karena dia mengkhawatirkanmu!" ucap Tuan Alrecha.

"Benar! Mereka sangat baik, tapi... Kebahagiaan ini, apa yang aku nikmati, apa yang aku miliki, Suami, Mertua, semuanya bukan milikku tapi milik Keysana. Bagaimana kalau Keysana tiba-tiba kembali? Sedang aku sudah menikmati dan enggan lepas dari kebahagiaanku saat ini?" batin Kaira.

"Kaira..." panggil Tuan Alrecha. 

"I... Iy, Pa!" jawab Kaira dengan gugup. Kaira sedang tenggelam dalam lamunan kekhawatiran.

"Ehemmmm... Jay, urus Istrimu!" ucap Nyonya Luna yang sudah muncul di belakang Tuan Alrecha.

"Mama juga, urus Papa!" balas Jay.

"Apa yang kamu lakukan?" bisik Kaira.

"Memeluk pinggang Istriku. Atau, kau mau yang lebih?" goda Jay.

"Jangan bicara sembarangan!" bisik Kaira.

"Aduhhhhh... Ma, aduhhhhhhh sakit!" teriak Tuan Alrecha ketika telinganya menjadi santapan hangat jari-jari Nyonya Luna. Nyonya Luna menjewer telinga Tuan Alrecha dan membawanya kembali masuk ke dalam kamar.

"Apa kau juga akan melakukan hal itu padaku?" Jay menunjuk pada Orangtuanya.

"Tentu saja!"

"Awwhhhhhhh..." Kaira mencubit pinggang Jay lalu berlari masuk ke dalam kamar.

    Jay sedang bertelanjang dada, sehingga angin dan udara yang seharusnya terasa segar, seperti membekukan tubuhnya. Jay menyusul Kaira yang sudah masuk ke dalam selimut. Jay memeluk Kaira tanpa ada rasa canggung, sedangkan Kaira menahan diri karena debaran jantungnya seperti hendak meledak seketika.

"Apa dia akan mendengar suara detak jantungku seperti malam pertama yang kacau itu?" batin Kaira.

   Jay menikmati aroma tubuh Kaira yang begitu wangi. Bibirnya sudah mengecup tengkuk Kaira. Kaira memejamkan matanya, menikmati sensasi yang baru saja di rasakannya. Bibirnya mengatup, menaha supaya tidak bersuara. Tangan Kaira mencengkram seprai yang di tidurinya. 

  Jay tersenyum, saat menyadari respon tubuh Kaira. Tapi Jay bukanlah pria yang tidak mementingkan moral. Jay harus bertanya terlebih dahulu sebelum melakukan apa yang ingin di lakukannya.

"Kaira, berbaliklah menghadapku!" pinta Jay dengan bisikan maut yang langsung meluluhkan Hati Kaira.

   Kaira membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah Jay. Tangan Jay menyentuh dagu Kaira karena Kaira hanya menundukkan kepalanya.

"Kaira, kau Istriku! Benar?"

"(Mengangguk)"

"Apa yang kau khawatirkan? Bukankah Suami dan Istri harus saling terbuka?" 

"Kenapa kau menikahiku?" hal pertama yang Kaira tanyakan pada Jay adalah alasan kenapa Jay menikahi dirinya.

    Kaira merasa takut dan ragu untuk membuat hidupnya nyaman setelah menikah dengan Jay, karena Keysana pasti akan kembali untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi haknya.

"Karena sudah jodoh!" jawab Jay.

"Aduhhh Jay, apa kau bodoh? Bukankah tadi kau akan berterus terang kalau kau menikahinya karena tertarik padanya? Kenapa yang terucap beda? Dasar bodoh!" batin Jay, memaki dirinya sendiri.

"Oh!" respon Kaira begitu singkat sehingga Jay mulai bingung untuk mengawali kembali sebuah percakapan.

"Kai..." Kaira kembali tidur membelakangi Jay.

"Ini sudah hampir pagi. Kita harus tidur," jawab Kaira.

   Kaira tidak bisa memejamkan matanya, karena Jay terus bolak balik, dari miring kiri, terus miring kanan, Jay terus bergerak-gerak hingga 1 jam lamanya.

   Kaira merasa tidak bisa istirahat dengan baik. Telinganya sudah di tutupi dengan bantal, tapi tetap saja tidak bisa tenang. Jay seperti sengaja bergerak untuk membuat Kaira bertanya padanya.

"Aku sudah gerak-gerak dan tidak tidur, tapi dia sama sekali tidak bertanya kenapa. Apa dia bukan seorang wanita? Bukankah biasanya wanita itu begitu peka?" batin Jay menggerutu.

   Kaira memeluk Jay sembari tidur dengan sengaja supaya Jay tidak lagi gerak-gerak tidak jelas. 

"Kai..."

"Hsssstttttttt... Tidurlah! Apa kalau aku memelukmu seperti ini, kau bisa tidur?"

"Ada yang bangun!" ucap Jay. Kaira diam, tidak memberikan respon sama sekali. Matanya tetap terpenjam.

"Aku tahu kalau kau cuma pura-pura," batin Jay.

"Istriku, aku ingin melakukannya sekarang!"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nur Janah
Kaira, itu ada yang bangun
goodnovel comment avatar
Veni Sinaga
Lucu banget mama nya Jay, mama Luna yg lebih sayang sama menantu nya duhh aku suka banget kalau begini🥰 Kalau anak ini memaksamu lagu Tendang saja ngakak sohardd😂🤣🤣🤣
goodnovel comment avatar
Cyntia Adi
jaayyy .. km lucu bgtt sii 🤭😂 ahhh .. aku berharap ada adegan hotnya loh thoorr 😂😂 malam pertama yg tertunda , baru terjadi .. malah di skip 🤦🤭😜
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status