Share

04. ACC

Arsya: Jek, lagi sama bini gue gak? 

Jee Katama: lo kira hidup gue cuma dipake buat ngintilin bini lo? 

Arsya: sensi amat, gue kan cuma nanya

Jee Katama: gak tau, digondol kucing kali bini lo

Arsya mengusap wajahnya kasar. Dari pagi Anjani tidak ada kabar. Papahnya bilang Anjani pamit pergi dari rumah jam sembilan tadi dan sampai siang ini ponsel istrinya itu masih tidak aktif. 

Terlebih Jeka –sahabat karib Anjani sendiri tidak mengetahui keberadaan istrinya itu. Padahal kalo kemana-mana mereka pasti selalu bareng. Gimana Arsya tidak panik seperti ini? 

Memang semenjak kejadian masalah seminggu lalu komunikasi antara dirinya dan Anjani terasa hambar. Tidak romantis dan penuh perhatian seperti biasanya. Anjani cenderung singkat dan slow respon setiap membalas chatnya. 

Tidak bisa dipungkiri, sebenarnya Arsya memang kecewa saat mengetahui Anjani berbohong padanya. Seperti apa sih sosok Ardan sampai - sampai membuat istrinya jadi pembohong? 

Tapi demi apapun, masalah tersebut tidak membuat setetes pun kepercayaan Arsya ke Anjani menyurut. Ia percaya istrinya tidak akan berbuat yang macam - macam. Karena waktu masih pacaran pun tidak pernah ada kabar miring tentang Anjani dan cowok lain. 

Arsya menutup tempat bekal makannya yang ia bawa dari rumah. Isinya masih utuh, belum tersentuh sama sekali. Rasa khawatir Arsya lebih besar dibanding rasa laparnya. 

Arsya mengusap wajahnya gusar, tangannya kembali meraih ponsel yang tergeletak diatas meja kerjanya. Jarinya sudah mengambil ancang-ancang untuk memencet aplikasi pemesanan tiket pesawat online. Bersiap memesan tiket pesawat ke Jakarta kalau Anjani belum ada kabar juga. 

Tok tok tok

Arsya terkesiap kaget, menoleh spontan kearah kirinya menemukan Rio yang tadi mengetuk dinding penyekat meja kantornya. 

“Kenapa, Yo?” tanya Arsya seraya menaruh ponselnya kembali diatas meja. 

“Nanti jangan pulang dulu ya, bos ngajak nobar bola,” ujar pria beranak dua itu sambil mengangkat dagunya menunjuk kearah Evano –team leader, yang masih fokus ke komputernya. 

Arsya mengangguk pasrah, “Oke, Yo!” jawab Arsya singkat. Rio mengangkat satu alisnya keatas melihat kondisi Arsya yang tidak semangat seperti biasanya. 

“Kenapa lo? Lemes amat! Ini juga bekel kenapa nggak lo makan? Nanti diomelin mamah loh, nak.” Celetuk Rio mengejek Arsya. Keseringan membawa bekal membuat Arsya dicap anak mama oleh teman - teman kantornya. 

Arsya berdecak, “Ck! Gakpapa. Udah sono lo pergi makan, keburu waktu makan siangnya habis,” kata Arsya mengusir halus Rio. 

Rio menepuk pundak Arsya, 

“Yaudah gue keluar dulu. Itu bekalnya jangan lupa dimakan, nanti mama marah loh!” 

Arsya menghela nafas berat, sepertinya ia batal pulang ke Jakarta hari ini karena tidak mungkin Evano membiarkannya pulang sementara mereka sudah membuat janji untuk nonton bola bersama malam ini.

***

Pagi-pagi sekali Anjani sudah siap untuk berangkat kuliah. Bukan, bukan, lebih tepatnya untuk menemui Ardan. 

Hari ini ia akan menemui Ardan untuk menyerahkan skripsi bab limanya yang sudah selesai, meski telat dua hari dari waktu yang ditentukan. 

Selesai sarapan, ibu hamil yang mengenakan kaus hitam polos dilapisin coat mantel dan celana bahan kebesaran itu segera bergegas menuju tempat janjiannya dengan Ardan diantar oleh Pak Sur. Saking semangatnya Anjani sampai lupa meninggalkan ponselnya diatas dasbor mobil. 

Lima belas menit menunggu, akhirnya Ardan datang. 

Anjani segera bangkit dari duduknya, menyambut Ardan yang datang.

“Pagi, Pak,” sapa Anjani sambil melempar senyum terbaiknya. 

Ardan tersenyum simpul, lalu mempersilahkan Anjani duduk kembali, “Pagi. Kamu seneng banget kayaknya,” balas Ardan sambil mendaratkan pantatnya dikursi sebrang Anjani.

“Lebih seneng lagi kalau dapat kabar baik dari bapak!” celetuk Anjani membuat Ardan melebarkan senyumannya. 

“Caranya?” tanya Ardan sambil mengangkat satu alisnya. 

“ACC skripsi saya, pak!” balas Anjani semangat 45.

Ardan menggaruk pangkal hidung bangirnya, “Hm.. Gimana ya? Coba sini saya lihat dulu draft skripsimu,” pinta Ardan. Anjani segera memberikan draf skripsinya. 

Sekiranya hampi satu jam Ardan fokus mengecek draft skripsi Anjani. Sampai Anjani menghabiskan dua cangkir kopi saking lamanya dikacangin oleh Ardan. 

“Oke, saya ACC ini! Kamu bisa daftar sidang secepatnya. Draft keseluruhan juga saya ACC.” 

Anjani yang sedang menegak kopinya langsung tersedak. Namun segera menyeka sisi bibirnya menggunakan tisu. Matanya masih terbelalak, menatap Ardan kaget. 

“Serius, Pak?!” tanya Anjani dengan wajah tegang. 

Ardan memanggut, “Iya. Segera daftar sidang ya, udah nggak sabar kan kamu mau ketemu suami?” goda Ardan sambil memainkan kedua alisnya lagi.

Anjani menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan malu, “Bapak tau aja!” sahutnya menanggapi godaan Ardan. 

Ardan menyesap kopi panas yang tadi dipesankan oleh Anjani, tapi kini kopinya sudah adem, “Padahal saya masih pengen ketemu kamu. Kenapa gak dari awal aja ya saya jadi dosen dikampus mu,” 

Anjani manggut - manggut setuju saja, “Bapak telat sih datangnya,” sahut Anjani dengan senyum yang tak kunjung surut. 

“Kamu gak mau kasih saya hadiah apa gitu?” tanya Ardan membuat Anjani mengerutkan keningnya heran. 

Detik berikutnya, Anjani langsung menepuk jidat. Harusnya ia bawa buah tangan untuk Ardan sebagai ucapan terimakasih. Ah, ia terlalu semangat ingin bertemu Ardan sampai lupa mampir untuk membeli buah tangan.

“Saya bercanda,” ujar Ardan seraya tertawa kecil. 

Melihat raut wajah Anjani masih merasa tak enak hati Ardan jadi merasa bersalah. Padahal niatnya yang membercandai ibu hamil itu. 

“Gimana kalau hadiahnya waktu kamu saja?” ujar Ardan mengambil inisiatif sendiri dari ide random dikepalanya. 

“Waktu saya?” 

“Kamu ada waktu sekarang?”

Anjani mengangguk tanpa berpikir lebih dulu. 

“Dufan, yuk?”

Anjani melotot spontan, “Memang bapak gak ngajar?” tanya Anjani. 

Ardan menggeleng. Membuat Anjani menimbang ajakan dospemnya itu. 

“Hm, gimana kalau nonton aja, Pak? Kebetulan lagi ada film yang saya pengen tonton sedang tayang,” saran Anjani.

“Yuk!” Segera Ardan mengangguk setuju tanpa berpikir dua kali. Sepertinya di ajak ke pasar yang becek pun Ardan mau kalau Anjani yang mengajak.

Kemudian mereka langsung bergegas pergi ke mall terdekat menggunakan mobil milik Ardan. 

Selesai menonton mereka mampir ke toko buku untuk menemani Ardan membeli buku. Tanpa Anjani sadari kamera ponsel Ardan terus menyorot dirinya sedari tadi. 

“Jan, lihat deh fotomu yang saya ambil, bagus ya?” tanya Ardan seraya mengulurkan ponselnya ke Anjani, Anjani segera mendekat kearahnya, lalu melihat ke layar ponsel Ardan penasaran. 

Wajah Anjani seketika menegang melihat Ardan yang mengupload fotonya ke story i*******m pribadi pria itu, dengan sopan mengambil alih ponsel Ardan dari tangannya. Sudah ada 50 orang lebih yang melihat fotonya di instastory Ardan. Anjani berusaha tidak panik. Dengan cepat menghapus foto tersebut dari instastory Ardan.

“Maaf Pak, saya nggak mau ada yang salah paham,” ujar Anjani sembari mengembalikan hape Ardan. 

Kening Ardan mengernyit,

"Salah paham? Saya jomblo, tenang aja.”

“Ya bapak jomblo, lah saya udah punya bojo!” 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bee Kwon
peranggggggg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status