Anjani menghirup nafas lega ketika kakinya beranjak keluar dari ruang sidang. Kakinya yang lemas ia paksa berjalan menuju kursi di depannya. Duduk disana sembari mengatur nafasnya yang abnormal. Pertanyaan yang diajukan Dosennya tadi masih mampu Anjani tangani dan jawab dengan baik, tapi tatapan dan wajah datar Dosen penguji nya itu yang bikin kaki Anjani gemetar.
Merasa sudah baikan, Anjani jadi tersadar. Kenapa hanya dia yang tidak disambut heboh saat keluar dari ruang sidang?
Spontan bibirnya mengerucut, menatap iri mahasiswa lain yang memegang buket hadiah dari teman dan keluarga. Sedang dirinya duduk termenung sendiri di keramaian ini.
"Woi mama muda!"
Familiar dengan suara yang menggema barusan, Anjani menoleh, merasa dirinya terpanggil. Dan benar saja, didepan sana, Jeka, Reihan dan Bara tengah berjalan kearahnya.
Senyum Anjani mengembang, melihat orang - orang t
Arsya menarik lengan Anjani menyeretnya menuju kamar tak sabaran. Mengabaikan ringisan Anjani yang terseok-seok mengimbangi langkah lebarnya dibelakang."Mas lepas, sakit..."Bukannya menurut, Arsya malah menulikan rungunya. Terus berjalan tak perduli sekalipun Anjani kehabisan nafas setelah menaiki anak tangga, tangannya memegangi perutnya berharap sih dedek baik - baik saja disana.Sesampainya dikamar, Arsya langsung mengunci pintu. Rahang Arsya mengeras, mata elangnya menatap Anjani garang. Api cemburu benar-benar berefek besar pada Arsya."Kamu seharian sama laki-laki itu?" basa-basi memang bukan tipikal Arsya sekali.Anjani menunduk, enggan menjawab. Diabaikan Anjani, Arsya semakin memberang. Cekalannya kini berubah jadi cengkraman, mencengkram kedua bahu Anjani kencang. Anjani tersetak, kaget menerima perlakuan kasar Arsya terhadapnya.Bukan
Marah ke Arsya dengan jangka waktu yang lama itu seperti cobaan berat buat Anjani.Gimana ya, mau bersikap seolah baik-baik, tapi perlakuan Arsya semalem jelas melukai fisik dan hatinya. Mau marah dan ketus ke Arsya, tapi kelakuan Arsya pagi ini bikin Anjani ambyar terus.Arsya memang paling pinter bikin hati Anjani luluh lagi."Aduh, calon bunda makin seksi aja."Yaampun, itu congor kayak gak pernah di ngajiin.Anjani mendengus, melanjutkan kegiatan memasaknya tanpa memperdulikan Arsya yang duduk sambil memperhatikan gerak - geriknya."Masak apa sih, Bunda?" tanya Arsya lagi makin gencar menggoda Anjani.Anjani menghela nafas, berusaha sabar dengan kelakuan suaminya itu, "Berisik banget sih dari tadi, burung beo Papah aja kalah bawelnya sama kamu." cibir Anjani.Arsya terkikik kecil. Anjani kalau marah begitu buk
Niat hati sepulangnya dari rumah orang tuanya, Arsya mau langsung tancap gas ke Bandung. Tapi gak ada angin gak ada hujan, Chandra tiba-tiba ngusul kumpul bareng malam ini. Mau gak mau Arsya langsung muter balik arah mobilnya menuju rumah Chandra. Mumpung Arsya lagi di Jakarta juga, gak ada salahnya ngumpul sebentar.Anjani yang lagi sibuk nonton drama di hapenya setuju aja, udah lama juga gak ketemu sama para lelaki blangsak."Apa gak pusing nonton drama di hape pas lagi dimobil gini?" tanya Arsya melirik ke Anjani yang daritadi anteng betul nontonin Drama Korea di hapenya."Pusing. Pusing lihat Leeminho ganteng banget. Mana naik kuda putih gitu, kan jadi ngidam mau di boncengin." sahut Anjani sambil senyum - senyum centil.Arsya mendengus, pandangannya tetap terfokus pada jalanan di depannya, "Gak kasihan anak sendiri dizolimi terus. Tega banget kamu jadi ibu, Jan." balas Arsya.Anjani mendecak, menggerakan tubuhnya menca
Beranjak ke-tujuh bulan usia kandungannya, berat badan Anjani naik dengan drastis. Perutnya yang membesar, dan badannya yang ikut membengkak membuat Arsya merasa iba kepada istrinya yang kini cepat merasa lelah itu.Arsya sudah menawarkan Anjani untuk memakai jasa PRT, tapi Anjani menolak dengan alasannya lebih baik uangnya disimpan untuk membeli rumah saja, lagipula sudah tugasnya dia sebagai istri memegang pekerjaan rumah."Biar mas aja yang jemuran pakaiannya, kamu istirahat aja ya, cintaku." ujar Arsya sambil menuntun istrinya itu ke sofa ruang tamu. Mendudukan Anjani secara paksa disana.Kebetulan kalau lagi hari weekend begini pekerjaan rumah memang menjadi lebih ringan karena Arsya sering ikut bantu-bantu Anjani beresin kerjaan rumah.Kayak sekarang, Arsya memindahkan pakaian bersihnya dari dalam mesin cuci kedalam bak. Lalu membawanya keluar untuk dijemur.Melihat itu, Anjani tersenyum. Sangat bersyukur mempunyai su
Sumpah, Anjani jengkel setengah mati!Kalau tidak ingat lagi hamil, mungkin penghuni kebun binatang sudah diabsen semua. Lagian juga, bahaya kalau sampai anak didalam perutnya mendengar bundanya ngomong kotor. Gak mungkin kan gara-gara Nisya sih cabe rawit betingkah indra pendengaran anaknya jadi ternodai sejak dini.Rasa kesel yang tidak dapat dilampiaskan membuat Anjani pulang kerumah dengan wajah mengkerut sebal. Arsya yang melihatnya langsung memborong sang istri dengan pertanyaan."Kok udah pulang? Cepet banget?"Anjani mendengus, "Harga sewanya naik dua kali lipat, kita pindah tempat aja!" bohongnya demi kesejahteraan rumah tangga.Arsya melongo ditempat, ada angin apa harga sewa dinaikan jadi duakali lipat?"Yang bener kamu? Kok bisa naiknya sampai dua kali lipat?"Anjani mendudukan diri disamping Arsya, "Mana ku tahu, udahlah mas kit
bang Juna: minggu depan gue mau lamaranAnjani: lamar kerjaan?bang Juna: lamar cewekbang Juna: dikit lagi gue mau nikah nihbang Juna: lo gak mau nyusul?Anjani: kan gue udah nikahbang Juna: kali aja lo ketagihan, mau nikah lagiAnjani: amit - amit, bajinganSedikit cerita tentang bang Juna, saudara kandung satu - satunya yang Anjani punya. Visual bang Juna gak beda jauh kok sama artis Korea, tapi anehnya selama 27 tahun hidupnya Juna gak pernah yang namanya bawa cewek kerumah. Dan setau Anjani, abangnya yang satu ini memang gak pernah pacaran.Anjani masih ingat betul saat itu Anjani masih duduk dibangku SMA sedangkan Juna sudah kuliah. Anjani pernah nanya gini:"Bang, lo homo ya?""Iya. Do'ain ya biar gue lurus lagi."Anjani tau itu hanya bercanda, makanya dia cuma ketawa menanggapinya."Kenapa sih bang gak pernah kenalin cewek ke gue?""Siapa yang mau gue kenalin?
"Mas Hendra lagi sakit, jadi ibuk nyuruh aku berangkat sama mas Arsya. Boleh kan?"Anjani mendengkus, menatap Nisya yang pagi - pagi sudah bertamu ke rumah nya."Punya hape kan? Pesen ojol. Kalo gak mampu bayar, biar saya yang bayar ongkosnya." ketus Anjani. Nisya memainkan bibirnya dengan raut wajah tak perduli, dia tampak biasa - biasa saja bahkan setelah dinyinyir abis sama istri orang."Saya maunya sama mas Arsya, gimana dong?" Anjani tercengang. Mulutnya terbuka lebar tak percaya. Wah, jiwa pelakor Nisya kayaknya semakin berkembang saja. "Amit-amit jabang bayi." kata Anjani sambil mengelus perutnya. "Siapa, jan?" Arsya nongol dari belakang tubuh mungil Anjani. Melihat kehadiran Nisya didepan pintu dengan wajah bingung. "Ada apa, Nis?" tanya Arsya sembari memasang dasi. Spontan bibir Nisya me
Acara lamaran Arjuna dan Nalla berjalan dengan lancar, tinggal menunggu akad nya saja dua bulan lagi. Anjani tentu saja menangis haru melihat abang tersayangnya memasangkan cincin ke jari manis wanita yang berhasil meluluhkan hati abangnya itu.Dia juga senang memiliki kakak Ipar seperti Nalla, sebelum mengenal Nalla, mungkin Anjani sempet memandang Nalla sebelah mata karna statusnya. Tapi kini, semua yang ada didalam diri Nalla benar-benar mampu membuat Anjani tercengang, tercengang karena tidak menyangka kalau abangnya mampu mendapatkan hati seorang malaikat seperti Nalla."Istirahat. Kalo perlu apa-apa teriak aja, nanti abang ambilin."Sekarang mereka sudah kembali kerumah. Hari mulai sore, dan badan Anjani terasa remuk semua."Iya, bang." balas Anjani, lalu Juna melenggang pergi.Anjani merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Badannya lengket, tapi dia terlalu letih untuk sekedar membersihkan diri.Anjani meraih