Beranjak ke-tujuh bulan usia kandungannya, berat badan Anjani naik dengan drastis. Perutnya yang membesar, dan badannya yang ikut membengkak membuat Arsya merasa iba kepada istrinya yang kini cepat merasa lelah itu.
Arsya sudah menawarkan Anjani untuk memakai jasa PRT, tapi Anjani menolak dengan alasannya lebih baik uangnya disimpan untuk membeli rumah saja, lagipula sudah tugasnya dia sebagai istri memegang pekerjaan rumah.
"Biar mas aja yang jemuran pakaiannya, kamu istirahat aja ya, cintaku." ujar Arsya sambil menuntun istrinya itu ke sofa ruang tamu. Mendudukan Anjani secara paksa disana.
Kebetulan kalau lagi hari weekend begini pekerjaan rumah memang menjadi lebih ringan karena Arsya sering ikut bantu-bantu Anjani beresin kerjaan rumah.
Kayak sekarang, Arsya memindahkan pakaian bersihnya dari dalam mesin cuci kedalam bak. Lalu membawanya keluar untuk dijemur.
Melihat itu, Anjani tersenyum. Sangat bersyukur mempunyai su
Sumpah, Anjani jengkel setengah mati!Kalau tidak ingat lagi hamil, mungkin penghuni kebun binatang sudah diabsen semua. Lagian juga, bahaya kalau sampai anak didalam perutnya mendengar bundanya ngomong kotor. Gak mungkin kan gara-gara Nisya sih cabe rawit betingkah indra pendengaran anaknya jadi ternodai sejak dini.Rasa kesel yang tidak dapat dilampiaskan membuat Anjani pulang kerumah dengan wajah mengkerut sebal. Arsya yang melihatnya langsung memborong sang istri dengan pertanyaan."Kok udah pulang? Cepet banget?"Anjani mendengus, "Harga sewanya naik dua kali lipat, kita pindah tempat aja!" bohongnya demi kesejahteraan rumah tangga.Arsya melongo ditempat, ada angin apa harga sewa dinaikan jadi duakali lipat?"Yang bener kamu? Kok bisa naiknya sampai dua kali lipat?"Anjani mendudukan diri disamping Arsya, "Mana ku tahu, udahlah mas kit
bang Juna: minggu depan gue mau lamaranAnjani: lamar kerjaan?bang Juna: lamar cewekbang Juna: dikit lagi gue mau nikah nihbang Juna: lo gak mau nyusul?Anjani: kan gue udah nikahbang Juna: kali aja lo ketagihan, mau nikah lagiAnjani: amit - amit, bajinganSedikit cerita tentang bang Juna, saudara kandung satu - satunya yang Anjani punya. Visual bang Juna gak beda jauh kok sama artis Korea, tapi anehnya selama 27 tahun hidupnya Juna gak pernah yang namanya bawa cewek kerumah. Dan setau Anjani, abangnya yang satu ini memang gak pernah pacaran.Anjani masih ingat betul saat itu Anjani masih duduk dibangku SMA sedangkan Juna sudah kuliah. Anjani pernah nanya gini:"Bang, lo homo ya?""Iya. Do'ain ya biar gue lurus lagi."Anjani tau itu hanya bercanda, makanya dia cuma ketawa menanggapinya."Kenapa sih bang gak pernah kenalin cewek ke gue?""Siapa yang mau gue kenalin?
"Mas Hendra lagi sakit, jadi ibuk nyuruh aku berangkat sama mas Arsya. Boleh kan?"Anjani mendengkus, menatap Nisya yang pagi - pagi sudah bertamu ke rumah nya."Punya hape kan? Pesen ojol. Kalo gak mampu bayar, biar saya yang bayar ongkosnya." ketus Anjani. Nisya memainkan bibirnya dengan raut wajah tak perduli, dia tampak biasa - biasa saja bahkan setelah dinyinyir abis sama istri orang."Saya maunya sama mas Arsya, gimana dong?" Anjani tercengang. Mulutnya terbuka lebar tak percaya. Wah, jiwa pelakor Nisya kayaknya semakin berkembang saja. "Amit-amit jabang bayi." kata Anjani sambil mengelus perutnya. "Siapa, jan?" Arsya nongol dari belakang tubuh mungil Anjani. Melihat kehadiran Nisya didepan pintu dengan wajah bingung. "Ada apa, Nis?" tanya Arsya sembari memasang dasi. Spontan bibir Nisya me
Acara lamaran Arjuna dan Nalla berjalan dengan lancar, tinggal menunggu akad nya saja dua bulan lagi. Anjani tentu saja menangis haru melihat abang tersayangnya memasangkan cincin ke jari manis wanita yang berhasil meluluhkan hati abangnya itu.Dia juga senang memiliki kakak Ipar seperti Nalla, sebelum mengenal Nalla, mungkin Anjani sempet memandang Nalla sebelah mata karna statusnya. Tapi kini, semua yang ada didalam diri Nalla benar-benar mampu membuat Anjani tercengang, tercengang karena tidak menyangka kalau abangnya mampu mendapatkan hati seorang malaikat seperti Nalla."Istirahat. Kalo perlu apa-apa teriak aja, nanti abang ambilin."Sekarang mereka sudah kembali kerumah. Hari mulai sore, dan badan Anjani terasa remuk semua."Iya, bang." balas Anjani, lalu Juna melenggang pergi.Anjani merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Badannya lengket, tapi dia terlalu letih untuk sekedar membersihkan diri.Anjani meraih
Tiga hari berselang, Arsya masih tutup mulut, kasus Arsya yang gosipnya tidur sama anak pemilik kost belum sampai ke telinga Anjani. Masih aman, dan tersimpan baik-baik.Tapi, mau sampai kapan?Arsya pikir, dia bisa menyelesaikan semuanya tanpa Anjani tahu. Namanya juga hanya harapan, kenyataannya Anjani besok pulang."Tolongin bang, tahan Anjani biar gak pulang besok.""Sialan lo!"Makian dan terus makian. Sejak kejadian sial menimpanya kuping Arsya terus dijejelin oleh makian sampai ia muak mendengarnya."Gue janji bakal selesaiin masalah ini secepatnya.""Harus! Karena kalo bertele - tele, Anjani yang gak bakal gue kasih pulang ke Jogja"Arsya mendesah frustasi, "Ini gue juga lagi cari bukti. Gue dijebak bang, sumpah!""Gue percaya, makanya gue masih mau ngomong sama lo.""Thanks bang. Tolong jaga bini gue baik-baik. Jangan dibikin kesel. Kasian, gaada gue yang
Nisya: mbak bisa pulang sekarang?Nisya: mas Arsya nidurin akuNisya: aku mau minta tanggungjawabAnjani: jangan haluNisya: aku serius mbakNisya: demi TuhanAnjani blocked NisyaAnjani menggeleng sambil tertawa kecil. Belum seminggu ditinggal, suaminya sudah jadi korban kehaluan tetangga depan.Halunya anak muda sekarang ngeri ya. Perasaan dulu Anjani kalau ngehalu paling barter sama Leeminho, gak sampe sama suami orang.Tok tok tokSpontan Anjani menoleh, mendapati bang Juna yang memasuki kamarnya setelah mengetuk pintu."Arsya lagi dijalan," kata bang Juna sembari duduk ditepi ranjang Anjani.Kening Anjani mengerut, menatap bang Juna yang mulai membantunya memasuki baju kedalam koper. Ya, Anjani sedang packing untuk kepulangannya nanti siang."Dijalan mau kemana?" tanya Anjani gak paham."Kesini, jemput lo." jawab Juna santai, tapi raut wajah Anjani berub
"Kok lo disini, dek?"Anjani yang tengah menonton televisi menoleh, menatap Juna yang melempar pertanyaan padanya."Kenapa?" Anjani balik bertanya sambil menyemili chiki. Pandangannya kembali terfokus pada film yang sedang ia tonton.Juna yang baru keluar dari kamarnya itu lantas menghampiri Anjani lalu duduk disebelahnya."Arsya mana?" tanya Juna mencari keberadaan adik iparnya yang biasanya selalu berada di samping Anjani.Anjani menaruh bungkus chiki yang sudah kosong keatas meja, "Lagi nugas dikamar."Tangan Juna lantas menyenggol pundak Anjani pelan, "Temenin sana," titahnya membuat kening Anjani mengernyit kebingungan.Peka dengan raut wajah bingung adiknya, Juna ngomong lagi, "Bantu pijitin kek! Kasian laki lo lagi stress tuh,"Anjani mencibir,
"Morning, istriku." ujar Arsya sembari mengecup kening Anjani. Tangan Arsya bergerak mengusap surai berantakan istrinya yang masih tertidur pulas. Ditatapnya wajah lelap Anjani, tampak begitu letih karena baru Arsya kasih tidur subuh tadi."Bangun dulu yuk, minum susu," ujar Arsya berbisik lembut di daun telinga Anjani.Anjani mengulet geli merasa hembusan nafas Arsya menyapu kulit lehernya "Semalam kan udah, mas." jawabnya tanpa membuka mata.Arsya terkikik sekilas, "Bukan mas yang minum susu, tapi kamu." ujar Arsya meluruskan. "Ayo sayang, minum susu dulu yuk ..." bujuk Arsya sembari menjatuhkan dagunya dipundak kecil Anjani.Dengan susah payah Anjani mencoba membuka kedua matanya, tubuh Anjani berbalik, berhadapan dengan Arsya yang sudah mandi dan berpakaian rapih."Tapi habis minum susu aku tidur lagi ya?" ujar Anjani sembari menegakan tubuhnya lalu bersandar pada kepala ranjang.Arsya senyum sekilas, menyod