Share

Bagian 4 : Tytyd Ngambek

"What the fuck?!" pekik Ilana. Saat membuka pintu unit apartemen dan menemukan psikopat Barry berdiri di sana sambil tersenyum mesum. Nih cowok emang cari mati. 

"Malam manis!" 

Buk! 

Ilana menutup pintu lagi dengan keras. Ia hanya memakai handuk dan juga handuk kecil kepalanya karena baru selesai mandi, setelah hampir tiga jam ia menghabiskan waktu untuk berendam. Kepala Ilana rasanya mau pecah, karena terlalu overthinking tentang hubungannya bersama Harry yang rasanya seperti tak bisa diselamatkan. Sayang saja, Ilana tak punya cadangan laki-laki idaman hingga ia tetap mempertahankan Harry hingga sekarang. Jika tidak, Ilana sudah membuang Harry ke semak-semak. 

Ilana membuka kulkas mininya dan makan apel. Persetan dengan psikopat itu. Untuk apa ia menganggu dirinya. Ilana khawatir, persahabatannya bersama Alena kandas karena si psikopat tak tahu malu ini. Ilana duduk di sofa, mengambil hairdryer dan mengeringkan rambutnya, ia berencana menghabiskan malam dengan membaca majalah dan menunggu kabar besok, Harry mencari asisten untuk dirinya. 

Bunyi apartemen semakin berdenging. Mungkin Ilana perlu menyiapkan telur busuk dan dalam sekali ayunan telur busuk itu mengenai wajah Barry. Laki-laki itu tak punya malu, penguntit asli.  Ilana jadi merinding, apa Alena tak tahu jika pacarnya seorang Psikopat? Mungkin nanti ada saatnya Ilana akan membongkar kebobrokan Barry. 

Ilana membuang dengan asal kepala apel hijau. Wanita itu mengering rambutnya, sambil bernyanyi tak jelas  dan menghibur dirinya. 

"Mungkin aku harus fokus dengan diriku. Peduli setan dengan anggapan orang padaku." Ilana masuk ke dalam mengambil baju tidur satin lembut berwarna ungu untuk menemaninya tidur malam ini. 

Bunyi bel semakin berdenging dengan cepat. Ilana mengambil sapu, siap mematahkan di kepala Barry. 

"Pulang atau nggak aku pukul!" ancam Ilana dengan menunjuk ganggang sapu tersebut di depan wajah Barry. Si psikopat makin tersenyum. Mungkin bagi orang lain, manis tapi Ilana melihatnya makin muntah Ilana begitu muak melihat Barry. 

"Duh, makin galak makin cantik. Udah nggak sabar bawa ke KUA. Pake gendong kayaknya boleh juga." Ilana semakin menunjuk. Saat dengan santai, Barry mematahkan ganggang sapu tersebut dan masuk dalam unit apartemen seperti miliknya. Fiks di psikopat dan tak punya hati. 

"Siapin minum dong. Atau ada wine lebih direkomendasikan." Barry tersenyum lagi. Tapi Ilana mengabaikan laki-laki itu, dan berlalu ke kamarnya. Dia tak punya malu, jadi tak perlu merasa sungkan padanya. 

Ilana membaca majalah walau hatinya merasa tak tenang, karena ada laki-laki itu di dalam sini. Barry memang gila. 

Ilana menarik napas panjang dan keluar dari kamar, saat Barry dengan santai membongkar kulkasnya. Nih laki-laki otaknya bergeser. 

Ilana berdiri tepat di belakang Harry dengan siap melahap laki-laki tak tahu malu ini. 

"Aku lapar dan aku butuh makan malam. Kurasa ada sesuatu yang bisa dimakan di sini." Ilana memandang Barry dengan rasa jengkel yang begitu kentara. 

"Sayangnya aku tidak menampung kaum fakir miskin di sini. Kamu salah alamat." Barry sudah menunjuk telur dua butir. Ilana mengatupkan mulutnya. 

"Buat french toast enak. Walau bukan menu makan malam, mau juga?" Ilana masih memandang Barry jengkel, saat laki-laki itu sudah berada di dapurnya. Sepertinya lebih baik laki-laki seperti ini tidak dilayan. Dengan begitu Barry merasa kehadirannya tidak diharapkan, tapi bukankah laki-laki ini urat malu di otaknya putus? 

Ilana menunggu di barstool sambil memakan anggur dan memandang Barry memasak dengan cekatan seperti para chef handal. Ilana lupa kalau laki-laki ini punya rumah makan. Salahkan saja Barry yang tak tahu malu. 

Dua french toast tersaji di depannya ada potongan pisang dan siraman madu di atasnya. Ilana bukan orang yang diet atau terlalu menjaga pola makan, ia makan sembarangan dan bersyukur tubuhnya tidak pernah kelebihan lemak. 

Ilana makan dalam diam, saat melihat Barry begitu lahap. Laki-laki ini seperti tak pernah makan selama sebulan. 

"Sebenarnya kamu buat kayak gini, Alena nggak curiga atau bahkan tahu?" Ilana mencoba berdamai dan menanyakan maksud di psikopat ini. Mana tahu, Barry punya alasan yang sedikit diterima otaknya. 

"Justru bagus dia tahu. Dengan begitu,  aku secepatnya meminang kamu." jawab Barry santai dengan mencolek sedikit madu dan potongan pisang. 

"Sinting!" 

Bukannya tersingung Barry malah tertawa, mungkin Ilana harus menanyakan kewarasan laki-laki ini. Bagaimana bisa ia bisa seenteng ini. 

"Aku ingin kita deeptalk sambil mengetahui pribadi masing-masing lebih baik lagi. Biar menikah nanti nggak canggung. Usiaku sudah tak lagi muda, 27 tahun." Ilana menggeleng. Fiks, Barry masuk dalam daftar orang yang harus ia hindari di dunia ini. 

Ilana menghabiskan french toast terakhir. Ia akhirnya memilih air putih. Karena Ilana membiasakan dirinya meminum air putih daripada meminum yang ada rasanya atau yang berwarna. Walau sesekali ia tergoda untuk mencicipi wine seperti orang-orang yang lain. Tapi Ilana tak pernah kecanduan, air putih tetap menjadi minuman paling murah dan sehat. 

"Mungkin kamu punya rekomendasi film seru di Netflat bisa kita tonton sekarang." 

"Aku mau tidur!" Ilana berdiri dari barstool dan menuju sink mencuci piring kotor dan juga bekas masak yang Barry gunakan. Biasanya ia memang menyewa pembersih seminggu sekali membersihkan unit miliknya. 

"Ayolah. Bukankah tadi kamu mengajak untuk kita deeptalk bersama?" Ilana berbalik dan rasanya ingin mencolek mata Barry dan memotong lidah laki-laki itu. Bisanya ia berbicara seenteng itu. Wait! Tapi bukankah Ilana kedengarannya seperti seorang psikopat juga? Kebayankan bersama Barry memang bisa membuat dirinya jadi psikopat. 

"Aku serius. Aku mau ngusir kamu, aku mau tidur. Banyak pekerjaan menanti." 

"Aku tahu cantik, kerja kamu hanya di rumah. Kamu tak punya jam kerja, bahkan kamu bisa begadang semalaman dan bangun siang tapi tidak ada yang memarahi kamu. How lucky you're dapat pekerjaan seperti ini. Makanya jangan galak-galak biar rezeki lancar." 

"Selain psikopat otak kamu kurang satu ons rupanya." Barry tertawa lagi. Ilana memang mengemaskan. 

"Ayolah cantik. Tahu gitu, aku tadi bawa wine. Aku punya beberapa koleksi wine."

"Oh itu yang kamu mau, saat aku udah mabuk dan kamu bebas perkosa aku?" tuduh Ilana. Barry malah tertawa makin lebar. 

"Pikiranmu terlalu jauh cantik. Tapi itu yang kamu inginkan. Your wish is my command." bisik Barry di belakang telinga Ilana dan meniupnya. Tubuh Ilana mendadak merinding dan menyikut Barry di belakangnya. 

Barry menahan tubuh Ilana. Sedari tadi ia menahan dirinya saat melihat Ilana hanya memakai baju tidur satin tipis sialan yang terlihat begitu menggiurkan. Ilana seperti sengaja untuk menggoda dirinya. 

"Apakah kamu sengaja pakai baju ini?" bisik Barry. Ilana bergerak saat tangan Barry sudah menangkup kedua payudaranya. Ilana memang terbiasa tak memakai bra saat malam hari. 

"Fuck off!" Barry makin terkekeh. Cacian dan makian Ilana terdengar seperti godaan untuk dirinya. Seolah Ilana mengundang dirinya untuk berbuat lebih jauh. 

"Bagaimana cantik?" Ilana menggigit bibirnya, saat merasakan lidah Barry sengaja menggoda lehernya dan naik ke telinganya. Barry menggigit kecil dan menyerang dengan meniup telinga dan lehernya. 

Dengan emosi, Ilana langsung mendorong Barry menuju sofa dan menelanjangi laki-laki itu. 

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Di antara semua pergantian siang dan malam. Adora benci malam hari apalagi saat-saat ia sebelum tidur. Karena, waktu Harry begitu rese padanya. Bagaimana mereka harus makan bersama dalam satu meja. Bahkan saat Adora sudah mati kelaparan, tapi ia harus menahan demi menunggu Harry menyiapkan makanan atau laki-laki itu berusaha menyelesaikan beberapa pekerjaan. 

Dan sekarang Adora harus menurut saat Harry mengajaknya menonton. Cerita berlatar kerajaan tahun 70-an. 

Harry sudah menyiapkan banyak makanan ringan dan juga minuman untuk menemani mereka malam ini. Padahal, Adora tak sabar naik ke kamarnya dan mengirim pesan pada Syden. Walau laki-laki itu mengerti hanya saja setiap kali Adora merasa menjadi pacar yang buruk. 

"Kayaknya enak jadi raja seperti itu dengan banyak dayang di samping. Mau mandi disiapkan bahkan ada dayang khusus untuk memijat tubuh." Adora tersenyum paksa saat memakan jajanan ringan. Pikirannya sudah tak fokus pada jalan cerita karena ia memikirkan bagaimana Syden. Apa yang laki-laki itu lakukan atau bisa saja Syden bersenang-senang dengan wanita lain karena sesungguhnya ia hanya cadangan. Terkadang Adora sampai punya pikiran buruk seperti ini. Syden bukan malaikat, yang bisa tahan model pacaran seperti ini. Jaman sekarang orang yang LDR saja bisa menjalin dua-tiga hubungan yang lain. Apalagi dirinya yang rasanya sulit sekali untuk bermain ponsel kecuali lima menit sebelum tidur, sekedar mengucapkan goodnight dan tidur. 

Paginya Adora tak punya waktu untuk mengirim pesan pada Syden takut Harry mengetahui dirinya mengirim pesan pada orang lain atau bahkan berhubungan dengan Syden. Bisa-bisa kaki Adora langsung diikat. 

Adora memeluk dirinya saat Harry mematikan lampu dan lebih khusyuk untuk menonton kerajaan tentang perebutan tahta dan para pengkhianat yang kepalanya langsung dipenggal tanpa ampun. 

"Ini filmnya ngeri juga. Jangan dilihat." Adora juga tak minat menonton film tersebut. Dan ia tak bisa berdiri sebelum film ini selesai. Adora tak mau tertidur di sofa ini, karena ia yakin Harry akan mengendong dirinya ke kamar. Ugh, Adora benci semua perhatian Harry yang berlebihan seperti ini. Jadinya ia seperti burung yang terkurung dalam sangkar emas Harry. Mungkin banyak gadis di luar sana yang menginginkan posisi seperti dirinya, mendapatkan abang yang serba bisa tapi bagi Adora memiliki abang seperti Harry adalah musibah. 

"Jangan terlalu minum yang manis. Tunggu saya ambil air putih." Saat Harry berdiri Adora ingin berteriak pada dunia untuk menyelamatkan dirinya, tapi rasanya seperti semuanya tertahan dan hanya bisa teriak dalam hati. Ya Tuhan, begitu banyak Adora menahan dirinya. Sampai kapan? 

Harry kembali dengan air putih satu gelas besar. Adora mengambilnya dan meminum hampir habis dengan begini, ia bisa sedikit bebas ingin buang air kecil, walau ia tak bisa lama-lama karena Harry akan mencarinya. Adora bisa lari secepatnya dan mengirim pesan pada Syden. Tapi kecepatan Harry lebih cepat dari cahaya. Kecepatan Harry dalam menemukan dirinya tak tertandingi. 

Adora minuman manis lagi, demi kabur dari Harry walau hanya satu menit. Benar saja, tak berselang lama kantung kemihnya terasa penuh. 

Adora langsung berlari, saat melihat Harry masih serius menonton. Dengan kecepatan kilat, Adora menabrak pintunya dan langsung melihat ponselnya. Benar saja, Syden memberinya pesan dua jam yang lalu. Ya sedari tadi, Adora terlalu dimonopoli Harry. Laki-laki itu memintanya untuk menemani dirinya membuat ayam panggang hari ini. Adora suka memasak, ia tak keberatan memasak tapi saat ada Harry rasanya seperti memasak batu. 

Syden Sedang Tersenyum : Hey, makan apa malam ini? Jangan terus bersedih. Ingatlah saat kamu merasa sendiri, saat kamu merasa terpuruk ada orang di sebrang sana yang menantimu. Ada orang benar-benar tulus mencintai kamu. 

Apa Adora tidak meleleh ketika laki-laki ini selalu mengirim pesan manis seperti ini pada dirinya. Semakin hari Adora makin jatuh pada kebaikan Syden walau ia belum tahu asli topeng Syden seperti apa. 

Adora Berharap Bahagia : Hello terima kasih 🥺🥺🥺. Lagi-lagi saya merasa tak berguna sama sekali. Terima kasih. Malam ini saya makan ayam panggang. Oh iya goodnight kamu 🙂🙂🙂. 

"Dora!" Dengan cepat Adora menghapus asal pesan itu dan melemparnya di kasur. Ponsel itu terpelanting di kasur dan jatuh ke lantai. Tapi Adora langsung berlari ke kamar mandi dengan pura-pura menghidupkan air keran agar Harry tidak curiga. Adora bilang juga apa. Padahal, hanya ke kamar mandi bukan Adora mau bunuh diri. Adora menggeleng, ingin berteriak di depan Harry dan melempar laki-laki itu agar jangan bersikap berlebihan, tapi Adora tahu ia kaum lemah yang hanya bisa menurut pada tuannya. Ia adalah seorang budak. 

Adora keluar dengan membanting pintu kamar mandi sekuat mungkin, saat melihat Harry memungut ponselnya. Mungkin ponsel itu sudah retak, Adora yakin Harry berusaha untuk memperbaikinya atau bahkan laki-laki itu bisa membelikan yang baru. Harry memang loyal tapi sikap protektif yang berlebihan membuat Adora muak—terlampau muak. 

"Ponsel kamu retak. Saya bawa, nanti saya perbaiki." Adora langsung menggigit bibirnya saat Harry mengantongi ponsel miliknya dalam saku celaan laki-laki itu. Semoga, Harry tak berani mengecek karena Syden rajin memberinya pesan walau ia membalas kapan-kapan. 

"Ayo nonton lagi. Film penggal-penggal kepala udah nggak ada lagi, sekarang lebih ke merebut kekuasaan." 

Adora hanya menatap kasurnya iba, karena Harry sudah menyeret dirinya keluar kamar. Padahal Adora ingin ditemani guling busuk miliknya dan tidur. Mencoba melupakan semua beban yang ada dalam hidupnya. 

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

"Auh sayang kau begitu sadis." parau Barry sambil memegang miliknya. 

Ilana berdiri di ujung sambil melipat dadanya melihat Barry terkapar tak berdaya di lantai sambil memegang pusaka masa depan miliknya. Karena Ilana menendang senjata Barry. 

Awalnya Barry kira Ilana sudah pasrah saat wanita itu membalas ciumannya dan Ilana juga tak ragu, untuk menggoda dada laki-laki itu. Bahkan tangan Ilana sengaja menggoda milik Barry. Barry sudah kewalahan. 

Keduanya berciuman panas. Saat Ilana berdiri di sofa dan Barry berbaring di bawah tak menyangka, hari ini akan tiba ia akan menancapkan miliknya ke milik Ilana yang sempit. Barry berani bertaruh milik Ilana begitu sempit atau masih perawan dan ia orang pertama. Bukankah itu suatu prestasi bagi laki-laki? 

Ilana sengaja menggoda Barry bahkan menaikan ujung baju tidurnya tersingkap hingga Barry bisa melihat warna panties yang Ilana pakai malam ini. Hanya g-string tak berperilelakian yang hanya beberapa helai, membuat milik Barry nyaris keluar dari sangkarnya. 

"Ini yang kamu mau bukan?" tanya Ilana dengan nada sensual. Barry susah payah menelan ludahnya. Saat ia merasakan seperti petir menyambar dirinya dan sampai sekarang ia masih mengadu kesakitan. Ilana tanpa ampun, menendang miliknya hingga tytydnya ngambek dan tak mau berdiri sampai sekarang. Ilana harus menikahi dirinya, jika sampai ia impoten. Harry harus pastikan itu. 

Ilana melihat dengan senyum puas. Laki-laki mesum seperti ini enaknya memang dikebiri saja miliknya. 

Mungkin ada saat giliran Harry bisa Ilana buat tak berdaya. 

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Aku suka bangat nulis adegan Barry dan Ilana😝😝😝😝😝. Sian bg Babar, senjata doi udah tak berfungsi. Ilana memang keturunan Ilona aseli gak perlu diragukan pake boraks ya 😆😆😆😆. 

Semoga kalian terhibur dengan tingkah mereka 🥰🥰🥰. 

Makasih udah baca🥰🥰🥰🥰. 

See you 💋💋💋💋💋💋

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rizka Ahmed Syukri
Nana aku suka mulutmu, manis, dan lembut kalo ngomong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status