Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.
Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.
Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.
Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.
Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda.
"Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke
Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany
"Dan untuk kesekian kalinya, kamu beralasan ini yang! Lagi-lagi si boots. Aku muak! Jangan hubungin aku dulu!""Dia punya nama!" bentak Harry tak terima.Ilana membuang ponselnya, sambil berbaring di kasur. Setiap kali ingin berjumpa, Harry pasti beralasan."Dora sakit, Dora sendiri di rumah. Dora nggak boleh ditinggalkan, Dora belum makan. Aku akan datang, sebelum Dora tidur. Aku harus mengucapkan goodnight untuk Dora."Padahal Adora sudah berumur 20 tahun. Bukan lagi anak usia dua tahun.Adora adalah prioritas. Apalagi mereka hanya tinggal berduaan. Tanpa orang tua.________________________________Adora jatuh cinta pada Syden, nama yang memiliki arti senyum yang indah. dan memang senyum Syden sangat menawan. membuat Adora tidak pernah melepaskan pandangannya dari sahabat kakaknya tersebut.namun sayang, Adora memiliki seorang kakak yang over protektif. semua hal tidak boleh dilakukan sendiri. dan
Adora menghembuskan napas kesal berkali-kali. Sambil melirik laki-laki di sampingnya. Ia kesal pada Harry-kelewat kesal.Harry harus merepotkan dirinya, membuat ia harus terlambat ke kampus. Padahal ini hari pertama perkenalan mahasiswa baru. Adora yakin, jika hari pertama sudah sial seperti ini, maka hari-hari selanjutnya harinya akan berakhir buruk.Apalagi ia rela menunda kuliahnya selama satu tahun. Dan sekarang, masanya untuk kembali mengenyam pendidikan. Adora suka sekolah, dengan sekolah ia banyak teman dan bebas dari kukungan Harry. Harry terlalu berlebihan padanya. Padahal, jika laki-laki itu mengerti, Adora hanya ingin mereka menjaga privasi masing-masing. Adora sudah cukup umur-lebih umur. Tapi Harry memperlakukan dirinya, seperti anak TK. Sikap protektif Harry padanya membuat Adora risih, ia tak nyaman tapi Adora tak bisa membantah semua kata Harry."Pulang jam berapa?" Adora pura-pura tuli, dan tak mendengarka
Suara piring bergaduh menandakan sang pemilik sedang mengisi lambungnya dengan makanan. Adora makan malam dalam diam. Rasanya malas untuk menatap Harry. Ia sudah kesal pada laki-laki itu."Kalau ada tugas dikerjakan. Kalau tidak, langsung tidur." See? Adora merasa Harry mengatakan untuk anak 5 tahun. Padahal umurnya nyaris 20 tahun. Harus berapa lama lagi, Harry melihat dirinya seperti anak kecil?Adora memilih diam dan memasukan capcay dalam mulutnya-lebih tepatnya bunga kol putih. Walau sudah penat, Harry yang akan memasak untuk makan malam daripada menyuruh Adora yang melakukan semuanya. Karena malas satu ruangan bersama Harry, Adora lebih memilih mengurung diri di kamar. Dan menunggu Harry memanggilnya untuk makan malam. Padahal Adora sudah bilang, ia bisa masak tapi Harry tetap tidak mengizinkan dirinya. Terkadang Adora kasihan pada Harry tapi sifat laki-laki itu juga yang buat jengkel.Adora pura-pura menunduk dan me
"Ini rekomended sekali. Lihat, bagaimana spons begitu empuk dan merata sempurna di wajah aku. Tinggal totol sedikit dan langsung merata krim yang tadi. Bagi yang mau pesan link di bio. Kebetulan sekarang ada diskon sebesar 30% bagi pembeli pertama. Kalian beli banyak semakin banyak diskon."Ilana tersenyum ke arah kamera dan melambai. Rekaman hasil endors yang sudah mengantre beberapa minggu yang lalu. Ilana mendesah lelah, apa hidupnya seperti ini? Terus monoton? Tapi bukankah perkerjaan seperti ini yang ia inginkan dari dulu? Tapi kenapa sekarang ia mengeluh?Ilana melihat ke bawah, masih banyak produk yang siap untuk menanti dirinya. Mungkin Ilana perlu menghire seseorang yang bisa membantu dirinya mengurus semua ini. Dalam sehari, Ilana bisa merekam 20-an produk dan masih saja banyak mengantre dan menghubungi dirinya untuk endors pada dirinya. Harusnya Ilana bersyukur ia tak perlu bekerja terlalu susah seperti yang lain, bekerja dengan
"What the fuck?!" pekik Ilana. Saat membuka pintu unit apartemen dan menemukan psikopat Barry berdiri di sana sambil tersenyum mesum. Nih cowok emang cari mati."Malam manis!"Buk!Ilana menutup pintu lagi dengan keras. Ia hanya memakai handuk dan juga handuk kecil kepalanya karena baru selesai mandi, setelah hampir tiga jam ia menghabiskan waktu untuk berendam. Kepala Ilana rasanya mau pecah, karena terlalu overthinking tentang hubungannya bersama Harry yang rasanya seperti tak bisa diselamatkan. Sayang saja, Ilana tak punya cadangan laki-laki idaman hingga ia tetap mempertahankan Harry hingga sekarang. Jika tidak, Ilana sudah membuang Harry ke semak-semak.Ilana membuka kulkas mininya dan makan apel. Persetan dengan psikopat itu. Untuk apa ia menganggu dirinya. Ilana khawatir, persahabatannya bersama Alena kandas karena si psikopat tak tahu malu ini. Ilana duduk di sofa, mengambil hairdryer dan mengeringkan rambutnya, ia berencana me
"Abang berangkat dua hari, mau survei lapangan. Ada proyek di sana. Sudah abang telpon restoran untuk mengantarkan makanan saat makan malam. Makanan di kulkas juga sudah diisi penuh. Jaga diri baik-baik, biar abang nelpon diangkat."Adora diam, padahal dalam hatinya ia ingin menari zumba saking senangnya. Dalam 19 tahun hidupnya akhirnya Harry meninggalkan dirinya walau dalam dua hari. Tentu ini proyek yang besar, mana mau Harry meninggalkan dirinya."Karena proyek ini bonusnya besar. Abang usahakan dapat, biar nanti kita bisa liburan." Adora tersenyum, walau hanya terpaksa. Ia memang jadi manusia paling munafik di dunia ini."Oh iya hati-hati." Basa-basi. Padahal dalam hati Adora berharap Harry mati dalam perjalanan entah kecelakaan pesawat atau mobil masuk jurang. Gadis itu menggeleng, jangan dulu ia belum kerja dan belum punya tabungan yang cukup untuk masa depannya."Sebenarnya Abang mau minta orang temanin kami tidur."
"Serius Bar, aku merasa kayak pelihara kambing." ujar Ilana tanpa peduli lawannya tersinggung. Barry yang sedang bermain PS di layar plasma lebar Ilana hanya diam dan melanjutkan makan popcorn.Barry adalah keturunan manusia yang urat malunya putus. Saat pembagian urat malu, Barry datang telat jadi ia tak dapat. Sehingga terjadilah manusia tak tahu malu seperti sekarang.Rasanya Ilana ingin melemparkan remote ke kepala Barry agar laki-laki ini sadar dan segera minggat dari unitnya. Selain psikopat, tak punya malu, Barry juga tak peka. Padahal sudah terang-terangan Ilana mengusirnya."Serius deh aku betah bangat di sini. Kayaknya kita nikah aja."Ilana merenggut kesal. Barry sudah bisa bergerak kesana kemari, walau ia masih memakai sarung dan dokter belum mengizinkan laki-laki ini untuk kembali beraktivitas normal. Barry beralasan tytyd miliknya masih bengkak, walau Ilana merasa semuanya hanya akal-akalan Barry