Share

7 | First Kiss

Harry's POV

"Mengapa kau menghina Brittany?!"

Selepas aku membawa Ashley keluar dari gedung pengadilan, amarahku langsung berkoar. Mengingat bagaimana kasarnya ia memperlakukan Brittany benar-benar tidak bisa ku tolerir lagi. Ashley terlihat geram atas bentakkanku, sehingga ia membanting tasnya sembarangan.

"Kau kekasihku! Aku berhak mengaturmu, Harry! Dia dekat-dekat denganmu hanya berusaha untuk menggodamu! Aku tidak suka hal itu!"

"Tapi bagaimana jika aku suka?!" Ujarku.

"What?..." Ashley menggeleng tak percaya.

"Ia tak pernah menggodaku! Justru akulah yang menyukainya! Aku menyukai Brittany!" Teriakku tepat di depan wajahnya. "Mari kita hentikan ini."

"You are not funny, baby." Ia berusaha tertawa dikala aku menunjukkan wajah seriusku. Aku mengacak-acak rambutku frustasi, tak tahu bagaimana harus menyampaikan kata-kataku tanpa mencoba menyakitinya. "K-kita hentikan perdebatan ini. Aku ingin menonton film The Walk. Ayolah, sayang."

Ku remas bahu Ashley, kemudian aku menggelengkan kepalaku. Bujukannya tak bekerja lagi. "Kita entikan hubungan ini, Ashley." Ucapku tegas. "Kita tidak memiliki kecocokan menjadi pasangan kekasih. Maafkan aku."

Sikapnya yang sedari dulu cenderung kasar dan sulit menghargai orang lain menunjukkan ia tak pantas untuk ku perjuangkan. Bukan gadis semacamnya yang ku impikan untuk menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Dan sosok Brittanylah yang terus ku pikirkan belakangan ini.

"Gadis brengsek! Akan ku hajar dia!"

"Aku akan membuat perhitungan denganmu jika kau berani menyentuh Brittany. Walau kau hanya menyentuh sehelai rambutnya saja, aku tak akan memaafkanmu." Ancamku.

Ashley bergeming di tempat mendengar kalimatku hingga aku kembali masuk ke dalam gedung pengadilan. Aku mencari-cari keberadaan Brittany, namun aku tak mendapatinya disudut manapun. Sontak aku bergegas menuju parkiran.

Rem mobilku berdecit saat sebuah selembaran jatuh mengenai kaca mobilku. Dengan kesal aku turun lalu mengenyahkan selembaran mengenai orang hilang tersebut. Belum sempat aku membanting stirku, seorang pria dan anak kecil menghampiriku. Dan mereka memberikan selembaran yang sama. Mereka mencari Brittany.

-----

Brittany's POV

"Aku... pikir kau pergi. Aku pikir kita tidak akan pernah bertemu lagi."

Bagaimana bisa Harry berpikiran demikian? Padahal ia seharusnya tahu, bahwa aku sekedar enggan mengganggu waktunya bersama Ashley. Kini aku hanya bisa terus tersenyum seraya kecil, seraya memperhatikan Harry yang sedang bermain dengan Ben di halaman.

Lia tak lama memanggilku guna check up. Jika konsultasiku sebelum-sebelumnya aku selalu sendiri, kali ini Harry memaksa ingin menemaniku. Aku dan Harry duduk berdampingan, sementara Lia berada di hadapanku yang dibatasi oleh meja kerjanya.

"Ini hasil CT scanmu, honey."

Aku menggigit bibirku melihat hasil rontgen dibagian kepalaku. Jujur aku tak mengerti cara membacanya. Apa ini mengartikan kondisiku parah atau baik-baik saja.

"Beritahu kami apa maksudnya." Ujar Harry dengan genggamannya yang erat di jemariku. Aku menoleh sekilas, ia nampak jauh lebih khawatir dibandingkan diriku sendiri. "For God's sake! Cepat, Lia!"

Lia menghela nafas panjang sebelum tersenyum. "Kau tidak mengalami retakan yang parah, honey. Terapi yang kau lakukan sejak kemarin bekerja dengan baik. Kau akan segera mengingat masa lalum. Aku turut senang, Britt."

"Astaga, aku tidak percaya. Terima kasih banyak." Aku memekik kesenangan, dan kurasakan tangan Harry yang bertautan denganku mengendur. Harry memelukku, lantas menyadarkan dagunya di pundakku. Aku refleks saling bertukar pandang dengan Lia, kemudian barulah aku membalas pelukannya.

"Kau adalah Brittany. Apapun yang terjadi kau tetaplah Brittany."

------

"Kau bercanda?!"

Aku menjerit begitu mendengar ajakan yang dilontarkan Harry. Aku seketika menghentikan kegiatanku yang sedang mencatat menu masakan guna ku tempelkan di pintu kulkas.

"Apa aku terlihat demikian?" Balasnya.

Tidak, Harry pasti bercanda lantaran ia baru saja mengajakku untuk pindah ke Belanda. Ia berujar telah mendapatkan beasiswa strata dua di sana. Tapi mengapa ia harus mengajakku? Terlebih menurutku ini terasa terburu-buru.

"Bagaimana dengan konsultasiku dengan Lia? Itu adalah hal yang tidak bisa ku tinggalkan." Jelasku. "Aku bisa menetap sendiri di sini selama kau pergi. Jangan khawatirkan aku."

Harry bungkam, lebih memilih membawaku ke arah balkon. Ia mendekatkan punggungku ke dadanya, lantas ia melingkarkan tangannya di pinggangku. Degup jantungku sekarang berdetak tak karuan karenanya.

"Bukankah indah?"

"Apa?" Tanyaku.

"Sunset." Bisiknya singkat, walaupun demikian aku menangkap nada suaranya yang terdengar sedih. Ku regangkan pelukannya sekedar untuk menatap sendu matanya. Ada apa sebenarnya? Kendati Harry terus memandang matahari yang sudah tenggelam, aku pun akhirnya bertanya.

"Kau kenapa, Harry? Apa kau membutuhkan sesuatu?"

"Kau. Aku membutuhkanmu."

Apa Harry baru saja menyatakan perasaannya? Atau sekedar kata bahwa ia membutuhkanku selayaknya teman baik? Hangat nafasnya menggelitiki kulit pipiku, selanjutnya yang ku rasakan ialah bibir penuhnya menempel di bibirku. Awalnya aku terkejut, tetapi aku tak bisa menampik aku menikmati ini. Aku menyukai tekstur lembut permukaan bibirnya. Tubuhnya yang beraromakan campuran maskulin dan kayu manis pun aku menyukainya.

"Kau memiliki Ashley. Jangan khianati dia." Gumamku setelah mendorong dadanya.

"Kami sudah putus." Ia mengangkat daguku hingga aku mendongak. "Aku menyukai gadis lain. Gadis itu memiliki mata dan senyum yang indah. Aku menginginkan dia seorang." Harry mengecup bibirku sekilas. Mata itu menatapku dalam sampai aku rasanya dapat jatuh tenggelam. "Aku menginginkan kau seorang, Britt. Aku menginginkan kau menjadi kekasihku."

Setelahnya air mataku mengalir, merasa terharu sekaligus bahagia. Aku pun mengangguk tanpa ragu. Akhir-akhir ini aku memforsir diriku untuk membatasi perasaan yang ku punya kepada Harry, dan hari ini aku akan berhenti melakukannya. Kami kembali berciuman seolah kami saling membutuhkan oksigen satu sama lain. Penuh gairah, dan aku seperti melebur dalam pelukannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status