Share

11 | Berikan Aku Waktu

Sudah nyaris 1 jam aku bersembunyi di dalam kamar. Apa yang barusan terjadi membuatku terkejut. Seorang anak menyebutku 'mom' dengan senyum yang merekah lebar. Itu semakin memperkuat ucapan Chris yang ku kira sebatas kebohongan belaka. Tentang aku yang merupakan istrinya, juga tentang kami yang sudah memiliki seorang anak lelaki bernama Alex --ya dia adalah anak itu.

Pintu kamar pun diketuk. Lantas cepat-cepat aku menghapus air mataku. "Sebentar, Harry. Aku akan kelu... ar." Suaraku menipis begitu tersadar sosok yang masuk bukanlah Harry, melainkan Chris. Mengapa Harry bisa membiarkan dia kemari? "A-apa yang kau lakukan? Pergi!"

"Berikan aku kesempatan bicara." Chris berjalan mendekat, namun aku langsung melemparinya dengan berbagai barang disekitarku. Aku enggan mendengar satu kata pun dari mulutnya. Aku belum siap, atau lebih tepatnya tak akan pernah siap dengan segala resikonya, termasuk resiko berpisah dengan Harry. Apa yang kelak terjadi dengan rencana pernikahan yang baru kami bayangkan semalam tadi? Kami masih mempunyai banyak mimpi indah bersama.

"Harry, tolong aku!"

"Kumohon, Anna. Dengarkan penjelasan---"

"Aku bukan Anna! Berapa kali aku harus tekankan hal itu?! Aku bukan Anna! I'M NOT YOUR FUCKING WIFE!"

Chris tiba-tiba menangkap pergelangan tanganku saat aku lepas kendali. Sebisa mungkin aku melawan, tapi itu justru membuatnya membawaku ke pelukannya. Dan di detik itu alam bawah sadarku mengenal perasaan yang familiar. Aroma tubuhnya. Parfum. After shave. Serta kehangatan telapak tangannya yang berakhir menepuk halus punggungku. Tidak, ini pasti ilusi.

"Aku Brittany... aku adalah Brittany." Lirihku dengan pandangan yang menerawang. "Anna yang kau cari bukanlah aku, bukan..."

Chris menarik diri seiring menyentuh ke dua sisi wajahku. Bola mata itu meredup, dan yang menjadikanku tertampar ialah bahwa lagi-lagi sepasang matanya terlalu familiar. Benarkah ia sempat menjadi kebahagiaan terbesarku?

"Kau mungkin tidak mengingat bahwa dirimu adalah Anna Hawkins. Anna periang yang senang menggangguku setiap kali aku tertidur, Anna cantik yang selalu menungguku setiap kali aku pulang larut, dan Anna memesona yang enggan melepaskan tanganku setiap kali kita menyusuri pinggir pantai. Tapi satu hal yang tak bisa kau elak, Alex tetaplah anakmu, dia tetap anak kita." Jemarinya menyusuri pipiku. Selepasnya aku gagal berpikir jernih, satu-satunya hal yang ku rasa hanyalah satu; hatiku sangat hancur. "Aku tidak memaksamu untuk kembali menjadi Annaku. Tidak. Namun demi Alex bisakah kau... mencobanya? Kembalilah menjadi ibu baginya. Hanya itu permintaanku."

Tubuhku ambruk. Bahkan aku nyaris terjatuh kalau-kalau Chris tidak sigap menahan. Untuk menyudahi pembicaraan kami yang semakin lama semakin membuat nafasku tercekat, aku berusaha mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa agar lepas dari sentuhannya. Akan tetapi suara kecil nan lucu menggagalkan niatanku.

"Mom..." Kepala Alex menyembul dari balik pintu. Matanya menyiratkan keraguan. Mungkin karena aku sempat menepisnya ketika ia pertama kali memelukku, dan sekarang aku merasa bersalah. Entah cerita Chris benar adanya atau tidak, di akhir aku memutuskan merentangkan kedua tanganku yang bergetar, menyambut Alex supaya berkenan mendekat dan mau memelukku lagi.

"Mom, I miss you." Ucapnya sambil mencium hidungku berkali-kali. Aku mematung, disusul air mataku yang tahu-tahu meleleh deras. "Apa mom pergi karena aku tidak membereskan mainanku sendiri? Apa mom marah karena itu?"

Bibirku kelu mendengar Alex terus berbicara. Ini situasi yang luar biasa membingungkan bagiku. Alex melingkarkan jemari mungilnya di leherku dan sebagai balasan aku hanya mampu mendekapnya lebih erat, masih tanpa menjawab. Sementara itu di depanku Chris sedang menyeka tangisannya. Ya, aku bisa menyaksikannya dengan jelas sekalipun ia berusaha menutupinya.

"Chris." Bibirku spontan berseru. Mata miliknya membulat, nampak tak percaya atas apa yang baru saja ia dengar karena aku memanggil namanya.

"Ya, Ann--- maksudku Brittany?"

"Kau bisa memberikanku waktu? Aku perlu... kau tahu, berpikir."

Chris mengangguk, dan kali ini senyumnya tersungging. "Take your time. Aku akan selalu menunggumu."

-----

Selepas Chris pergi --dengan Alex yang tertidur dalam gendongannya, aku dan Harry saling bungkam satu sama lain. Kami semacam tak tahu harus bagaimana menghadapi keadaan ini. Terlebih sedari tadi ia melamun, hingga tidak menyentuh piring makan malamnya sama sekali. Bangkit dari kursiku, aku pun menarik kursi di sisinya. Dengan segenap keberanian, aku meraih jemarinya, membuat milikku tenggelam di tangan besarnya. Bisakah setelah ini aku tetap memegangnya?

Harry menoleh, kemudian tersenyum tipis. Singkat sekali. Mungkin sekitar tiga detik, sampai dirinya memilih menghindari tatapanku.

"Kau ingin ku buatkan makanan yang lain? Spaghetti? Sup jagung?" Tanyaku, menyelipkan nada merayu di sana. Sup jagung selalu menjadi kesukaan seorang Harry Edward.

Ia agak tergelak seraya menggeleng enggan. "Tidak perlu. Aku menyukai semua masakanmu."

"Kalau begitu kenapa kau tidak memakannya?"

"Karena ini bisa jadi makan malam terakhirku denganmu. Aku sedang mengulurnya."

Aku menggigit bibir bawahku, menahan diri agar tidak ada tangisan lagi. Memang cepat atau lambat kami perlu membahas kelanjutan dari hubungan ini. Tapi jujur saja aku tidak siap, tidak malam ini. Aku ingin menikmati santapan kami dengan tenang, bersenda gurau, bertingkah selayaknya pasangan dimabuk asmara, sayangnya kenyataannya tidak lagi memungkinkan.

"Alex mirip denganmu, watak kalian serupa." Lanjut Harry, tetap dengan pandangan lurus. "Ketika aku memberikannya coklat panas, ia langsung membuka kulkas dan mencari di mana aku menaruh persediaan es krim."

Entah respon bagaimana yang harus aku tunjukkan sekarang, jadi aku bungkam sementara Harry tertawa kecil. Lama-kelamaan tawa itu tergantikan oleh keheningan, sebelum akhirnya ia mencium punggung tanganku lama. Dan disitulah aku sadar, bahwa kami tidak dapat berpura-pura untuk baik-baik saja. Semakin kami berdusta pada diri sendiri, itu justru semakin menyakiti kami.

"Di hari aku menemukanmu kecelakaan, aku membawamu kemari bersama Lia. Dan aku tidak menyesali keputusanku sedikit pun." Harry berpaling. Kini kami saling memandang, walau rasanya ada sesuatu yang hilang di sana. "Sejak saat itu aku tidak bisa melepaskan pandanganku darimu, bahkan sampai detik ini. Kau sangat cantik. Aku beruntung sempat dicintai oleh wanita sebaik dirimu... Anna."

"M-mengapa kau memanggilku Anna?" Lirihku. Kedua telapak tangan Harry ku bawa ke wajahku. Aku membiarkan ia menyentuh setiap inchi kulitku, berharap ia mengenaliku lagi sebagai Brittany. "Aku Brittany. Kau yang memberi nama itu untukku, aku menyukainya. Aku Brittanymu."

"Kita akhiri ini, Anna."

"Apa maksudmu?!" Dalam sekejap emosi menguasaiku. Pernyataanku barusan seakan hanyalah angin lalu baginya. "Mengapa kau semudah ini menyerah pada kita? Apa aku sama sekali tidak berarti bagimu hingga kau begitu mudah melepaskanku?"

"Lalu kau mau hidup bersamaku di saat kau tahu memiliki mereka?! Suamimu dan anakmu?!" Harry berteriak, meneriakiku dengan keputusasaannya. Dirinya bangkit, berjalan menuju sepoian angin malam dari jendela yang sengaja dibiarkan terbuka.

"Chris menginginkanku untuk kembali menjadi ibu dari Alex, bukan sebagai istrinya. Kita masih memiliki kesempatan."

Kali ini aku benar-benar memohon. Membayangkan aku akan hidup tanpanya, perasaanku terpukul dalam. Lantas ku hampiri Harry, dan berjinjit agar bisa menggapai bibirnya. Kami berciuman agresif, seperti melepaskan penat dan seluruh masalah yang menjerat. Bibir itu tak lama hilang, tergantikan matanya yang sedang memandangiku.

"Kau pria baik, Harry. Kau satu-satunya yang melindungiku. Ketika aku mencari masa lalu, tanpa sadar aku sudah menggenggam masa depanku bersamamu. Aku tidak bisa jatuh cinta tanpamu."

"Aku sudah berbohong." Balasnya tiba-tiba dengan kalut.

"M-maksudmu?"

Saat aku hendak bertanya lebih jauh, Harry terlebih dahulu pergi ke luar rumah. Entah ke mana tujuannya, yang jelas mobil miliknya melaju kencang, meninggalkanku yang kembali kacau.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status