Share

2. Apes, Julia.

Julia melebarkan bola matanya syok. Memandang dua manusia yang sedang melakukan aksi mesum itu di ruangan CEO. Perempuan itu menjadi salah tingkah ketika Arjuna si pemeran utama pria yang lebih dulu tersadar tengah balas menatapnya dengan tajam.

Bersiap-siap Arjuna akan mengamuk.

"Pak Arjun eh, maaf saya tadi sudah mengetuk pintu tapi and-"

"KELUAR!!!" teriakkan Arjuna menggema memenuhi ruangan itu.

Julia sadar kalau Arjuna akan semakin marah padanya setelah ini. Dengan raut menyesal karena telah menganggu 'aktifitas' sang atasan, Julia pamit undur diri dengan gerakan tubuh yang masih sangat sopan. Walaupun sebenarnya ia mati-matian menahan ketegangan. Leher belakangnya tiba-tiba merinding. Bulu halus di sekujur tubuhnya sepertinya ikut berdiri.

Julia berkomat-kamit memohon ampun kepada Sang Kuasa karena matanya sudah mulai ternodai untuk aksi tidak senonoh yang tidak  sengaja ia lihat tadi. 

Gadis itu menungu di luar dengan gelisah. Kata-kata 'pecat' dari tadi terus terngiang di otaknya. Tetapi sesekali Julia merutuki bosnya yang sebenarnya lebih salah. Kenapa harus di kantor, sudah begitu pintu tidak dikunci. Memangnya si bos ingin karyawan lain lihat? Pamer? Di rumah, hotel, atau apartemen kan bisa. Kalau di kantor malah menganggu tata tertib. Enak sekali jadi bos, melanggar aturan seenaknya tapi tidak akan pernah mendapat hukuman, kecuali kena sanksi moral. Ya, semoga dia cepat sadar dan terkena sanksi moral, atau kalau tidak azab dari Sang Kuasa saja sekalian. 

Setelah ini pasti Arjuna akan memecatnya secara tidak terhormat. Julia merutuki kecerobohannya yang selalu saja berakhir dengan sial. Ada saja kejadian aneh yang selalu berhubungan dengan bosnya itu. Andai dia mempunyai kekuatan untuk menghilangkan diri, sepertinya Julia akan menghilang dari tadi. Huh, sial. 

"Pak Arjuna menyuruhmu masuk!" wanita cantik yang tadi bersama Arjuna tengah kepergok melakukan perbuatan mesumnya itu keluar menatap Julia marah.

Julia balas menatap penampilan wanita itu dengan ngeri. Rambut yang acak-acakan. Kemeja yang kusut dengan beberapa kancing atas yang masih terbuka. Bibir yang bengkak dengan lipstik yang tercoret kemana-mana. Juga rok span yang sangat pendek bewarna hitam itu terdapat bekas menurut Julia itu adalah bekas sperma? Mungkin. Oh, astaga mengerikan sekali. 

"Apa yang kamu lihat. Cepat pergi sana!" usirnya. 

Julia menggeleng kuat, lalu melangkah tergesa masuk ke dalam ruangan CEO dengan langkah was-was. Baik, ia sudah sangat ketakutan sekarang. Ruang yang seharusnya membuatnya segan ketika masuk ke dalam, kali ini terasa sama persis seperti ruangan eksekusi tahanan penjara. Ia berharap nasibnya tidak seperti wanita tadi.

Suhu dingin AC membuat langkahnya berjalan lambat dan kaku. Keringat dingin bertambah lebih dingin. Julia berharap ia tidak akan masuk angin setelah keluar dari sini. Tadi sebelum masuk ke dalam sini, ia sudah memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh supaya hidupnya selamat setelah ini. Amin. 

"Permisi?" gadis itu berjalan mengendap-ngendap. Ia berhenti menahan nafasnya ketika melihat tampilan bosnya dari belakang yang tengah sibuk memakai kemeja warna hitam. Julia melirik ke bawah tidak berani menatap atasannya itu secara langsung. 

Astaga jantungku, seram sekali, batin Julia dalam hati. 

Arjuna terlihat sangat menarik dengan tubuh yang berotot dilapisi kemeja hitam yang membentuk tubuhnya dengan pas. Tidak kebesaran, dan tidak juga kekecilan. Otot-otot bossnya terlihat sangat keras sempurna. Pasti akan sakit sekali jika ia kena tinju. Juga terlihat dada bidang yang lebar dan tubuhnya yang kekar.

"Silahkan duduk!" Arjuna berbalik badan dengan jemari yang masih sibuk mengancingi kemejanya satu persatu. Pria itu menatap Julia penuh minat. Julia yang sekarang jauh berbeda ketika terakhir kali mereka bertemu saat kecelakaan kecil waktu itu. Tiga bulan yang lalu. 

Julia yang sekarang lebih fresh tanpa wajah kusut, kelelahan, dan juga cengkungan hitam itu berganti dengan tatapan mata yang cerah. Gadis itu terlihat putih bersih natural. Hidungnya memang tidak mancung, tapi di mata Arjuna gadis itu memiliki hidung yang mungil. Bibir gadis itu bewarna merah, bukan merah mencolok seperti wanita penggoda yang sering bersamanya, tapi bibir gadis ini merah lembut. Juga yang selalu mejadi perhatian Arjuna adalah saat gadis di depannya ini tengah menatapnya dengan mulut agak terbuka. Dia berkomat-kamit. 

Julia sungguh menggemaskan.

Julia melempar pandangannya ke jendela berusaha bersikap biasa saja ketika secara terang-terangan sang atasan menatapnya buas. Menilai tubuhnya dari atas sampai ke bawah. Julia merasa pakaian di tubuhnya dilucuti dengan paksa. Dan itu tidak sopan menurut Julia.

"Baiklah aku tidak mau basa-basi lagi. Dan kamu sudah terlanjur membuatku marah-"

"Maaf Pak, tapi tadi itu-"

"Jangan menyelaku. Aku belum selesai bicara!" teriak Arjuna marah dengan gebrakan tangan pada meja kerjanya. Cukup kuat untuk membuat Julia terkejut dan ketakutan setengah mati. Lagi-lagi Julia memilih menunduk setelah mengangguk singkat.

"Lain kali lebih sopanlah padaku!"

Julia mengangguk lagi tanpa berani memandang wajah atasannya.

"Jadi, kapan kamu akan membayar ganti rugi, hah? Sudah tiga bulan aku menunggunya. Kamu tidak lupakan dengan kesalahanmu?" tanya Arjuna. Ia masih berdiri dengan kedua tangan yang menumpu pada meja, memandang Julia rendah.

"Maaf Pak Arjuna, saya belum memiliki uang. Tapi saja janji akan membayar ganti rugi itu. Tolong beri saya waktu lagi," mohon Julia meminta keringanan. Lagi-lagi Julia harus memperhatikan wajah melasnya yang sama sekali tidak berpengaruh pada Arjuna. 

Arjuna mengitari mejanya. Berdiri di sebelah Julia dengan tangan kanan yang menumpu pada meja, dan tangan kiri yang tertekuk memegang pinggannya. Tidak lupa dengan senyuman manisnya. Sengaja dibuat manis. Arjuna memang memperlihatkan wajah santainya supaya Julia tidak berasa teritimidasi ataupun terancam. 

Julia harus mendongak untuk menatap Arjuna.

"Tenanglah Julia. Aku bukanlah bos yang kejam. Tapi aku akan memotong lima puluh persen dari gajimu selama dua tahun," ucap Arjuna enteng, dan jelas-jelas Julia malah menampilkan wajah syok yang terlihat lucu untuk Arjuna.

"Tapi, Pak!"

"Shtttt, jangan banyak protes!"

"Pak Arjuna, saya membutuhkan banyak uang untuk-"

"Dan satu lagi, Nona Julia." Arjuna menjulurkan tangannya menggapai nota kecil di tepi mejanya.

"Menurut catatan yang diberikan asistenku, kamu beberapa kali telah meminjam uang dengan nominal yang bisa dibilang tidak sedikit pada perusahaan. Untuk apa uang itu, hm?" Arjuna menutup nota tersebut cepat dengan satu gerakan tanganya.

Julia menunduk berusaha berpikir keras. Tubuhnya bergetar hebat dengan situasi yang tidak bersahabat. Mana mungkin Julia akan memberitahukan alasannya. Karena bagaimanapun juga itu adalah aib keluarganya, dan Julia mati-matian akan menjaga rahasia keluarganya.

"Saya sangat membutuhkan uang itu. Maaf saya tidak bisa memberitahu anda," ia menggeleng, menyesal.

"Untuk apa? Shopping, SPA, liburan, mempercantik diri, atau membeli barang mewah?" tanya Arjuna penuh gertakan. Rasa penasarannya semakin menjadi. Ia tidak terima ketika Julia memilih bungkam. Tentu itu bukan jawaban yang bagus yang sesuai dengan yang Arjuna harapkan. 

Julia tetap kukuh diam membisu.

"Dengar, Nona Julia. Aku akan memberikanmu penawaran yang menarik. Kamu boleh meminjam uangku berapapun yang kamu mau tanpa perlu menggantinya. Asalkan kamu-" Arjuna tiba-tiba menarik dagu Julia. Mengecup bibir lembut perempuan itu dengan ganas. Julia terkejut dan mendorong dada Arjuna dengan kuat, membuat pria itu terpaksa mengakhiri ciuman sepihaknya, "-menjadi milikku." 

PLAAAKKK...

Pipi Arjuna terasa panas. Ia mengusap pipinya dan menatap Julia tajam.

"Saya memang membutuhkan uang itu, tapi saya bukan wanita murahan yang mau menjual diri hanya untuk mendapatkan uang dengan mudah. Cam kan itu baik-baik, Pak Arjuna yang terhormat!"

"Cih, beraninya kamu-" Arjuna menarik Julia, lalu mendorong tubuh Julia dan menghimpitnya ke tembok. Pria itu berusaha mencium Julia untuk yang kedua kalinya. Tapi Julia berusaha memberontak. Aksi saling mendorongpun terjadi. Tenaga Arjuna tentu lebih unggul. Julia sampai kewalahan untuk menyelamatkan dirinya. 

"Pak, tolong lepaskan saya!"

"Sekuat apapun kamu berteriak tidak akan ada yang menolongmu!" gertak Arjuna marah dengan tangan yang berusaha menarik lepas kemeja Julia.

Brekkk...

"Pak, jangan lakukan ini, saya mohon..." Julia semakin berteriak menjadi-jadi. Ia berusaha menutupi tubuhnya yang terekpos. Air matanya meluncur deras seiring katakutannya.

"DIAM!!!"

"Lephaaasss..." Julia berusaha mendorong tubuh Arjuna. Hanya ini kesempatan terakhirnya, membuat pria brengsek di depannya sadar. Julia berpikir akan menendang bagian tertentu Arjuna dengan kuat. 

Dug...

"Arghhh, perempuan sialan!"

Julia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu ketika Arjuna lengah sibuk memegang selangkangannya yang nyeri sambil menggerang kesakitan. Dengan langkah tergesa-gesa Julia berlari keluar meninggalkan ruangan terkutuk itu.

Arjuna terus mengumpat melihat Julia yang lolos dari ruangannya. 

Tbc...

Komen (3)
goodnovel comment avatar
SIM
.........Semangat
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sepertinya menarik! ga sabar buat baca semuanyaaa btw author ada sosmed ga? mau follow dong
goodnovel comment avatar
SIM
Up up up up up up
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status