Share

6. Fakta Mengejutkan.

"Mama benar-benar keterlaluan!" Arjuna berteriak marah dengan suara yang terdengar nyaring.

"Apa maksud kamu? Tiba-tiba datang dan langsung marah-marah tidak jelas." Lauren ikut berdiri, bertanya degan intonasi yang sama kerasnya. Tatapannya menatap buas kepada putra kandungnya yang semakin kurang ajar itu. Hati kecilnya tidak terima ketika Arjuna terus-terussan membentaknya.

Kali ini Lauren tidak menyuguhi air minum untuk Arjuna seperti biasa saat Arjuna mengunjungi apartemennya. Firasat seorang ibu merasakan kalau anaknya akan berkunjung, dan rasanya itu bukanlah hal yang baik untuk hari ini. Tapi sebelum Lauren bergegas keluar, Arjuna sudah terlanjur membuka pintu dengan kasar dengan kemarahan yang ketara. Masuk ke dalam dan langsung meluapkan emosinya yang sedang meluap - luap. Firasat buruknya benar terjadi. Arjuna sekarang begitu marah padanya.

"Mama..... Mama kenapa tega menjual putri Mama hah?!" pria itu menatap mamanya dengan nanar. Arjuna mengepalkan tangannya dengan erat. Berusaha mengontrol emosinya yang di ujung tanduk. Walaupun nada bicaranya sekarang tak bisa dikontrol sekalipun.

"Siapa!"

"Siapa lagi... Julia... Dia anak Mamakan?!" ujar Arjuna dengan intonasi yang mulai rendah. Perasaanya menjadi tak karuan ketika menyebut nama gadis itu, rasa segan bercampur malu. Perempuan yang sebelumnya sangat ia benci. Sekarang rasa benci itu berubah menjadi rasa iba.

Lauren berkedip dua sampai empat kali untuk mencerna maksud Arjuna, dan ia mulai paham akan tujuan anaknya datang kemari. Seulas senyuman simpul terlukis di bibir indah Lauren yang berlipstik merah menyala.

"Arjuna... Arjuna, pakai otakmu. Dia bukan putriku, tapi dia putrinya Ridwan," jawab wanita itu enteng. Tidak mau peduli.

"Tapi dia anak Mama juga. Anak tiri Mama," Arjuna masih dengan emosinya yang belum terkontrol. Wajahnya memerah karena amarah.

Lauren menghela nafas panjang.

"Astaga Arjuna. Coba kamu bayangkan tiba-tiba ada seorang pria yang mau membanyar Mama uang lebih hanya untuk mendapatkan gadis bodoh sepertinya. Siapa yang mau menolak uang sebanyak itu, Arjuna. Tentu saja Mama langsung menyetujui penawaran bagus itu," kata Lauren yang berhasil membuat kepala Arjuna tiba - tiba pusing.

Arjuna menatap mamanya yang tengah tertawa lebar tanpa rasa bersalah sedikitpun. Andai saja mamanya tahu kalau pria yang sudah membayarnya itu adalah Arjuna sendiri. Mungkin tanggapan mamanya akan berbeda, mungkin biasa saja, atau mungkin malah senang. Mamanya memang tidak punya hati.

Arjuna menggertakkan giginya. Mati-matian Arjuna merutuki kejadian laknat itu. Merutuki kebodohannya. Merutuki takdir yang sudah tidak adil kepada Julia. Namun semuanya sudah terjadi. Tak ada gunanya menyesali. Setiap malam lelaki itu terus bertanya kepada Tuhan, kenapa harus dia yang tidak tahu apa-apa seolah takdir menjadikannya tokoh antagonis yang paling kejam di muka bumi ini.

Kenapa hatinya yang keras berubah menjadi sesak seperti ini?

Seandainya aku tahu kamu anak tiri Mama, aku tidak akan melakukan hal kejam itu kepadamu Julia, batin Arjuna.

"Lagipula dia sudah tidak sanggup memberikan jatah perbulan seperti yang Mama minta," wanita itu menjawab acuh. Ia sudah berbaring di sofa dengan jemari yang sibuk bermain ponsel.

Arjuna menatap mamanya dengan tatapan penuh tanya.

"Jatah..... Mama minta jatah apa lagi dengannya. Mama minta uang padanya?"

"Iya, Mama minta uang padanya. Tidak banyak, cuma lima belas juta setiap bulan," tetap, Lauren menjawabnya tanpa menoleh. Ia tidak peduli.

Arjuna terperangah. Bagaimana bisa?, batinya bertanya.

"Uang segitu tidak akan membuatnya tertekan."

"Apa? Lima belas juta Mama bilang Cuma sedikit?" Arjuna mengusap rambutnya kasar. Pantas saja selama ini Julia selalu meminjam uang pada perusahaan. Bahkan sebelum hutangnya terbayar lunas, Julia sudah meminjam lagi. Arjuna bahkan selalu menuduh yang tidak-tidak pada gadis itu. "Ma..... Apa Mama tidak tahu kalau Julia hanya seorang karyawan biasa, dia mati-matian bekerja. Kenapa Mama setega itu pada Julia?!" tanya Arjuna dengan mulut bergetar.

Kali ini ucapan Arjuna berhasil mengalihkan perhatian Lauren. Ia menatap anaknya dengan tatapan tajam menusuk.

"Tega kamu bilang? Memangnya kalau Mama minta sama kamu, Kamu mau memberikannya secara cuma-cuma? Bukankah kamu juga tega sama Mama!" Lauren balas bertanya dengan menatap Arjuna tak suka. Bahkan intonasi suaranya ikut meninggi.

"Tapi kali ini Mama benar-benar keterlaluan. Di mana hati Mama. Mama tega menjual Julia kepada....." Arjuna menghentikan kalimatnya. Ia menyugar rambutnya ke belakang. Dadanya kembali sesak. Ia menolak kenyataan bahwa dialah tersangka utama yang telah merenggut kesucian adik tirinya itu.

"Cukup Arjuna! Kalau kamu datang hanya untuk menyalahkan Mama, pergi dari sini sekarang juga!" teriak Lauren, kali ini wanita itu benar-benar marah. Bahkan ia tidak segan - segan menunjuk pintu kepada Arjuna.

"Baik. Arjuna akan pergi. Tapi Arjuna mohon sama Mama jauhi Julia dan Vino. Sebagai gantinya Mama boleh meminta semua aset Arjuna, apartemen, rumah, saham, deposito, tanah, kalau perlu perusahaan sekalian. Memang itu kan yang Mama inginkan. Mama dari dulu memang gila harta, tidak pernah berubah." Arjuna keluar setelah menutup pintu dengan kasar.

Sedangkan di tempatnya Lauren menatap kepergian Arjuna dengan perasaan gamang. Tanpa ia sadari air matanya menetes. Perkataan dari Arjuna benar - benar melukai hatinya.

***

Julia membasahi tubuhnya dengan air shower yang terus mengalir membasahi tubuhnya. Menggosok-gosok kulitnya dengan kasar, sampai tidak peduli kalau badannya sudah terasa sangat perih. Sudah lebih dari satu jam ia berada di dalam  kamar mandi, mengurung dirinya di sana. Ingatannya tentang kejadian semalam terus berputar di pikirannya. Julia merasa dirinya kotor. Ia jijik dengan dirinya sendiri. Julia terus menangis meraung-raung putus asa. Sesekali ia memaki-maki nama Arjuna.

Tanpa disadari suara tangisan pilu Julia sampai terdengar oleh Vino. Remaja lelaki itu terlihat sangat khawatir akan keadaan kakanya tersebut. Vino terus berteriak memanggil kakanya sambil terus menggedor pintu kamar mandi mereka. Tetapi Julia seolah tuli. Ia tetap mengurung dirinya di dalam  sana.

***

Setelah pulang dari apartemen Lauren, Arjuna langsung pergi ke apartemen miliknya sendiri. Ia tidak pulang ke rumahnya. Seperti biasa ketika ada masalah ia lebih memilih mengurung dirinya di apartemen. Tempat untuk melampiaskan segala emosinya dan kekesalannya.

Arjuna meneguk Wine langsung dari botol. Apartemennya sangat berantakan. Hampir semua barang - barang yang terbuat dari kaca pecah berserakan di lantai. Ia kembali meneguk Wine-nya dengan rakus sampai tumpah melewati lehernya, lalu membantingnya ke lantai hingga pecah. Pikirannya saat ini tidak karuan. Dari luar Arjuna memang tampak kejam. Sering bermain perempuan. Arjuna hanya bermain dengan mereka yang memang pantas untuk dipermainkan. Arjuna tidak pernah punya niatan untuk benar-benar menghancurkan hidup seseorang. Apalagi adik tirinya yang sebenarnya orang baik. Seseorang yang seharusnya ia hormati layaknya soudara.

Arjuna menyesal.

Ia melempar semua barang yang ada di atas meja sembari berteriak, "ARGHHHHHH!!!"

Tbc...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status