Share

Chapter 3 - Sassy Maid

Besok lusa adalah hari dimana carnaval di SMA Benediktus di selenggarakan. Sekolah swasta satu itu memang cukup terkenal di kota Surabaya. Sekolah ini memang selalu menyelenggarakan carnaval untuk lingkungan civitas akademika di sekolahnya. Carnaval tersebut biasanya diadakan setiap kali ujian tengah semester telah selesai di semester genap. Persiapan dari pihak penyelenggara di sekolah tersebut sudah semakin sibuk dan mulai banyak staf sekolah yang lalu - lalang.

Tema yang diusung biasanya beragam, tiap tahun akan sangat beragam. Tidak ada tema yang akan sama dengan tema tahun sebelumnya, itu yang menjadi ciri khas carnaval di SMA Benediktus. Satu hal yang pasti sama adalah, harus ada sesi kewirausahaan untuk muridnya di tiap tema carnaval. Tahun ini tema yang dipakai adalah Halloween.

Halloween, suatu konsep yang sangat menyeramkan untuk sebagian orang, dengan banyak sekali property serba hantu dan serba gelap dibanding semua konsep apapun itu?

Tahun lalu kakak kelas mereka memiliki tema malaikat dan peri di carnaval mereka. Mengapa sekarang panitia acaranya memilih tema Halloween? Apa berarti penduduk sekolah ini sudah kebanyakan dosa sehingga harus berlagak menyerupai hantu dan setan menyeramkan. Besar sekali perbedaannya, seperti siang dan malam.

Masih belum yakin dengan apa yang dibicarakan Mina tadi terkait jual diri. Lilac berfikir sebentar, kemudian mengaitkannya dengan apa yang dibawa oleh Mina sekarang. Gadis yang punya rangking satu di kelasnya itu membawa sesuatu yang membuat alis Lilac menyatu. Lilac jadi ingin berteriak sejadi – jadinya pada Mina.

“MIN, KAU MAU GILA YA!!?” Teriak Lilac pada Mina, temannya yang mendadak secara sukarela berurusan dengan cosplay kelompoknya di carnaval tahun ini.

Ternyata yang gadis itu maksud jual diri adalah, Lilac mendapat bagian menjadi pelayan atau maid di kelompok mereka, suatu peran yang akan sangat cocok dengan muka polos dan imut milik Lilac, Eerrr minus tingkahnya yang sangat tidak beres itu sepertinya.

“Tidaklah... Sehat ini!” Jawab Mina sambil menenteng dan memperlihatkan kostum mereka.

“Halloween, Min. Halloween temanya!!! Kita enggak lagi mau jadi mimi peri-an!” Sembur Lilac pada temannya satu ini. Kemana sih, Mina yang katanya paling pinter, paling bener di antara mereka berempat sekarang? Kok rasanya otak Mina sedang ketuker dengan miliknya.

“Ini imut juga ya Min.” Puji Una pada Mina, tanpa berusaha tidak memperdulikan Lilac.

Gadis berambut panjang lurus itu sudah membuka buntelan plastik berisi kostum miliknya. Una sepertinya terlanjur suka dengan kostum yang dibawa oleh Mina. Lilac bernafas kesal. Una sudah di pihak Mina sekarang. Gadis itu menatap cemberut pada kostumnya yang belum ia buka. Dia geli, dia tak suka.

Lilac sudah lama menunggu tema halloween di antara semua tema carnaval sekolah yang pernah ia ikuti. Dan sekarang, saat sekolahnya menetapkan tema tersebut, ia malah disuruh berdandan sok imut, sok cantik, dan sok bersih tingkah dan manner-nya di daftar buku milik guru BK sekolahnya. Idih apaan sih ini? Bu Mona pasti sakit perut melihatnya.

“Lak, kok diem aja, kamu enggak suka?” Tanya Mina, yang mencium hawa panas di kelompoknya. Lilac yang diam saja, berarti ada sesuatu yang mengganggu pikiran gadis itu.

“Aku kira, kostum kita besok sangar begitu Min! Ada belatung, atau uler – ulernya begitu. Ini kan temanya halloween, Min. Ular piton-nya Yuta tuh di budidayakan! Asset tuh.... Apa mau minta Yuta biar bawa buayanya sekalian?” Lilac mulai berbicara dengan segenap harapan agar Mina menyetujui usulannya.

“Jangan bilang kau pingin jadi Nyi Blorong, atau Sundel Bolong ya Lak... Belatung, ular piton, naga maksudmu? Yang benar saja!”

Mina hampir melotot mengatakannya. Gadis berambut pendek itu sudah muncul perempatan kesalnya mendengar ocehan Lilac. Seharian kemarin dia harus sibuk harus datang ke tempat kursusnya dan juga mengurusi finishing kostum mereka di taylor langganannya, dan sekarang Lilac malah terlihat tak menyukainya. Gadis satu ini kenapa benar – benar ekstrimis sih?

“Kalau seperti ini bagaimana bisa bikin orang dag – dig – dug-nya Min?” Lilac masih saja suka ngeyelnya.

“Kita ini besok di carnaval, tugasnya jualan ya Lak.... Kalau aku nambahin kamu yang mau jadi Nyi Blorong, yang ada kita yang dilaporin pihak sekolah gara – gara bikin pelanggan kita keselek liatin ular piton-nya Yuta yang segedhe gajah.” Mina sudah hampir menggebrak meja mengatakannya. Lilac langsung terkejut saat melihat wajah Mina yang seakan tertulis, patuhi aku, atau kau aku makan dalam sekali gigitan!

“Satu lagi, kita bukan sedang jadi cupid atau juga mimi peri. Enggak ada istilah bikin orang dag – dig – dug. Enggak ada! Yang harus kita lakukan adalah menghasilkan keuntungan sebesar – besarnya, mengurangi biaya sekecil – kecilnya. Kita harus dapat laba besar – besaran. Kayak Lee Soo Man kalau bisa.” Seru Mina dengan semangat kenegaraannya, gadis itu bahkan mengangkat satu tinju tangannya ke atas.

“Siapa sih Lee Soo Man itu Un?”

“Lee Soo Man ini CEO-nya SM Entertainment Lak. Pemilik agensi paling besar di Korea, EXO, NCT, AESPA bahkan Super Junior ada disana.” Jawab Una kalem. Kenapa enggak sekalian Mina bilang ingin jadi Robert Budi Hartono saja sih? Pemilik saham terbesar BCA dan grup Djarum itu?

“Dasar kapitalis!” Seru Lilac frontal.

“Emang, output tugasnya kita harus dapat profit sebesar - besarnya kan? Dan aku juga enggak mau dapat nilai D, ingat itu ya Lak!”

Mina sekali lagi mengingatkan Lilac akan filosofi hidupnya yang harus tidak ada nilai D-nya. Gadis itu penganut nilai sempurna, kalau dia bisa mendapat nilai sebagus nilai A, mengapa dia harus dapat nilai B dan C. Mengatakan itu di depan anak seperti Lilac hanya semakin membuat gadis bergigi tupai itu semakin jengkel. Lilac tak pernah setuju jika hidup itu harus dihiasi angka A selamanya, Se-la-ma-nya!

Lilac membuka bungkus plastik kostumnya. Gadis itu sudah mengangkat ke atas kostum hitam – putih dengan banyak sekali renda di celemeknya itu. Una tersenyum melihatnya. Kostum kelompok Lilac memang bertema maid and butler, cosplay maid yang biasanya sering muncul di anime – anime Jepang.

Cantik, bersih dan menarik!

Dasar Mina, taktik jualannya benar – benar harus dipraktikkan. Terlalu nyata untuk masuk ke dunia nyata. Ini sih pelayan beneran!

“Lak coba pakai gih... Kamu pasti cantik beneran pakai ini.” Ujar Una, gadis itu sudah mendorong Lilac masuk ke dalam kamarnya, dari tadi mereka memang bertengkar di ruang tamu milik Lilac.

Lilac baru keluar dari kamarnya lima belas menit kemudian, gadis berambut hitam panjang bergelombang itu takut – takut untuk keluar kamar dengan pakaian yang sok polos semacam itu. Lilac jadi tak percaya diri. Menggunakannya, Lilac merasa seputih malaikat, sepolos bayi. Berbanding terbalik jika mengingat tingkahnya yang selaknat kuntilanak usil itu selama ini.

Gadis pemilik nama bunga itu mengedip bodoh pada kedua temannya yang berdiri di depannya. Mina dan Una melihatinya dengan mata bulat khas Indonesianya yang tidak berkedip. Mina bahkan lupa, dia harus keluar sebentar untuk mengambil seragam butler milik Yuta yang ketinggalan di mobilnya.

“WHOAAAHHH, Sejak kapan berandal kita berubah jadi mirip kelinci gemes gini?” Seru Yuta yang baru melihat Lilac dengan seragam maidnya. Tuyul satu itu tengah berdiri di pintu masuk rumah Lilac, ada seringaian menyebalkan yang ia tunjukkan untuk Lilac.

“Tuh kan Min, enggak cocok sama akuuu!!” Raung Lilac hampir melempari Yuta dengan bantal sofa.

“Enggak, cocok ahhh!! Pokoknya cocok! Dapat nilai A pasti ini kita.” Lilac semakin memutar kepalanya, dahinya sudah panas. Perkataan Mina tidak membantu untuk menenangkan emosinya sama sekali.

“Yakin dapat A Min? Hahaha.” Yuta semakin tertawa, menunjuk – nunjuk Lilac dari atas kebawah. Tuyul ini semakin mirip monyet saja rutuk Lilac.

“Apa sih Yut, cantik begini Lilacnya.” Puji Una.

Gadis itu mendekat membetulkan hiasan kepala Lilac yang agak miring. Lilac masih melempar tatapan kesal pada Yuta yang sepertinya bahagia sekali melihat dirinya yang tersiksa memakai kostum seperti itu. Awas saja jika Tuyul satu ini sekali lagi tertawa dan mengolok – olok dirinya.

Gadis itu sudah tak ambil pusing lagi saat Mina menggeret anak laki – laki itu untuk keluar dari ruang tamunya, dan berjalan masuk lagi dengan buntelan seragam butlernya, berikut tiga kardus isi bahan – bahan membuat donut, seperti minyak, tepung, gula bahkan telur.

“Nah taruh sana! Hati- hati Yut... Isinya telur itu, ntar pecah!!”

“Kenapa enggak di sendiriin sih! Baru sekarang lagi ngomongnya!” Seru Yuta kesal. Anak itu dengan kesusahan meletakkan satu persatu kardusnya, agar sekotak telur -

telur itu tak pecah.

“YA!! Jangan taruh sana, ntar kita lupa bawanya!!” Perintah Mina terang – terangan.

“Kalau barangnya seupil ya pasti lupa, Min! Nah ini!!”

“Enggak, Pokoknya taruh sini!” Mina yang lagi mode seperti ini dilawan, ya pasti kalah Yutanya.

Mina yang gaya sok bossy itu tanpa masalah memerintah sepupunya yang biasanya sulit sekali untuk di atur itu dengan sangat mudah. Lilac hanya menonton perdebatan bodoh Yuta dengan Mina terkait cara menaruh telur dengan benar. Mereka berdua adalah keturunan Jepang yang sangat menjengkelkan terkait kekeras kepalaan-nya.

Lilac mendudukkan dirinya di atas sofa. Una sudah masuk kamar Lilac untuk mencoba baju kostum maidnya miliknya sendiri. Lilac mengipas – ngipasi badannya dengan kipas kecil miliknya sambil membaca susunan acara carnaval besok, kertas itu sepertinya baru saja dibawa oleh Yuta. Sebelumnya tadi, sepupunya Mina itu memang baru saja datang dari rapat perwakilan peserta pengisi stan kewirausahaan di SMA Benediktus.

“Apa? Pakai penilaian stan juga?” Seru Lilac heran.

Setahunya mereka cuma harus menyetorkan laporan laba rugi penjualan seusai acara, karena mereka hanya sebagai pengisi acara carnaval yang mereka lakukan demi memenuhi tugas kewirausahaan di semesternya.

Mina yang mendengarnya langsung meninggalkan Yuta, dan ikut duduk di samping Lilac, gadis pemilik rangking satu itu ikut membaca semua isi kertas yang dipegang oleh temannya.

“Yut, apa ini? Kenapa kamu baru ngasih tahu aku sih?” Semprot Mina enggak tanggung – tanggung. Mina langsung mengangkat kertas berisi susunan acara carnaval besok agar dilihat oleh Yuta.

“Aku juga baru dapat susunannya tadi pagi, Min. Semua kelompok juga baru di kasih tahu. Isi stan, dekorasi, tema, sikap pelayanan hingga semua properti stan akan dapat penilaian.” Jawab Yuta kalem sambil duduk di sofa single di depan Lilac dan Mina.

Lilac mencium gelagat ingin tertawa dari pemuda itu. Lilac sudah lama tahu, jika Yuta senang sekali mempersulit hidup Mina, semakin Mina kesulitan untuk mendapatkan nilai A, semakin Yuta merasa hidup mereka bagai di surga. Mereka berdua benar – benar saudara sepupu yang sangat aneh.

“Itu kebijakan baru dari Calil, dia sendiri bahkan yang akan menilai masing – masing dari stan peserta yang berkontribusi ke jalannya acara. Kalau aku lihat dari peserta stan lain, konsep dan dekorasi stan kita yang sudah matang Min, tinggal kau harus training si Lilac biar bisa stand by sampai malam tanpa berubah jadi Nyi Blorong tiba- tiba.” Imbuh Yuta dengan tak bertanggung jawabnya, anak laki – laki itu mungkin lupa jika untuk seharian besok, nasib Lilac ada di tangan Mina. Lilac langsung mendapat delikan mata dari Mina.

“YAAA... Kamu mau ngasih training apaan lagi?” Tanya Lilac ketakutan, setelah melihat reaksi Mina.

“Nanti Lak, nanti aku akan mengurusimu.” Jawab Mina ambigu. “Yut, kenapa stan kita malah baru dinilai jam tujuh malam? Keburu sisa – sisa donk? Kenapa enggak pagi aja sih?”

“Itu hasil kocokan dari panitianya, Min. Pesertanya banyak sekali.”

“Kenapa kau enggak protes sih Yut, kau kan hobinya protes – protes biasanya. Taringmu mulai hilang ya?” Seru Mina lagi.

“Kali ini beda Min, kau sih enggak tahu Calil ini kayak apa orangnya? Kalau panitianya kayak panitia carnaval tahun lalu, kayak Vernon sih sudah aku makan dia. Ini Calil masalahnya.” Yuta jadi agak sensitif saat Mina mengira ia jadi tambah lembek sekarang.

“Padahal dari jauh waktu beberapa kali berpapasan dengannya, Calil itu sepertinya tenang orangnya.” Mina merenung sesaat, dia ingat dia pernah sekali dua kali sempat bertemu pemuda itu.

“Tunggu... Kalian dari tadi membahas Kalil Kalil. Siapa sih Kalil itu?” Tanya Lilac dengan suara yang lucu, dia tak tahu kemana arah pembicaraan dua orang keturunan Jepang yang juga jadi saudara sepersepupuan itu.

Gadis berambut panjang bergelombang itu sudah kelanjur penasaran dengan topik bahasan satu ini. Lilac sudah sedari tadi tidak paham, dan Yuta sama sekali tidak menjelaskan terkait siapa yang sedang mereka jadikan bahan gosipan itu sekarang. Gadis bergigi tupai yang biasanya sangat pemalas terkait kepanitiaan dan organisasi di sekolahnya itu memang tidak punya cukup modal untuk tahu semua profil anak OSIS sekolahnya satu persatu.

“Calil, Lak. Calil. Bukan Kalil!” Tegur Mina pada Lilac.

“Hah, apanya yang Calil Kalil? K sama C apa bedanya. Huruf juga kan, Min? Sama ja.” Celoteh Lilac yang memilih tak ambil pusing. Lilac sudah mencomot satu cup pudding yang tadi dibawakan oleh Mina. Kali ini pudding vanila yang ia makan.

“Serius kau tak tahu siapa Calil, Lak?” Tanya Yuta sangat heran pada Lilac.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status