Aku membasuh muka di wastafel kamar mandi. Hari ini lelah sekali, memakai dres seberat itu dan mahkota di kepala, rasanya hari ini pusing.
Aku menatap pantulan wajahku di cermin, semua make up sudah terhapus dan hilang hingga menyisahkan wajah asli tanpa memakai make up. Sebenarnya aku tidak menyukai make up, karena sejak dulu aku selalu berpenampilan apa adanya. Setiap pergi ke kampus, hanya memakai bedak dan lip balm bibir agar tidak pucat serta tidak mengelupas.
Wajahku memancarkan aura kebahagiaan tergantikan dengan wajah gelisah sejak aku memperkenalkan Anna dengan Drey. Aku bertanya-tanya. Ada apa dengan mereka?
Apakah Drey dan Anna saling mengenal? Aku rasa tidak, karena Anna kuliah di Inggris dan baru kembali ke rumah. Okay, sebaiknya aku jangan berpikir negatif!
Lagi, aku menatap pantulan wajah di cermin. Kenapa tiba-tiba pipiku merona dan panas. Harum bau sedap malam pertama menempel di hidungku, aroma ini... layaknya parfum mempunyai harum sangat ciri khas. Pikiranku langsung kacau.
Astaga ... Kenapa tiba-tiba aku mengharapkan bercinta dengan Drey?
Aku segera menepis harapan itu dengan membasuh wajahku. Detik selanjutnya, tiba-tiba pintu kamar mandi diketuk dari luar.
“Ryn ...” panggil Drey memanggil namaku.
Aku terjingkat, kaget. Aku tidak mengerti saat Drey memanggil namaku, suaranya dingin. Aku menjadi gelisah, setelah aku memperkenalkan Drey kepada Anna, sikap dan suara Drey berubah 100℅.
Ada apa sebenarnya? Kenapa aku menjadi sangat gelisah.
“Apa kamu masih lama di kamar mandi?”
Aku terdiam. Pikiranku berkecamuk. Kenapa Drey tidak lagi memanggilku dengan sebutan sayang?
“Ryn ....”
“Iya, Drey. Aku masih lama di dalam kamar mandi,” kataku dengan cepat..
Aku berdiri tidak bergerak, menunggu jawaban Drey. Namun nihil, tidak ada suara Drey lagi, mungkin Drey sudah pergi dan tidak ada dibalik pintu.
Tidak butuh waktu lama, Aku segera menyelesaikan kegiatan membersihkan badan. Setelah selesai mandi, aku membuka pintu kamar mandi tetapi aku menutup pintu ketika mendengar suara Drey. Itu benar suara Drey sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon.
Aku mendengar baik-baik suara Drey, dibalik pintu kamar mandi.
“Aku telah menemukan seseorang yang salama ini aku rindukan dan seseorang yang telah menghilang meninggalkanku.”
Nada suara Drey terdengar sangat frustasi.
Aku mengeryit, tidak mengerti! Sungguh!
“Aku mencintai Ryn, tapi bukan dia yang selama ini aku harapkan. Bukan dia ...." Suara Drey memelan diakhir kalimat.
Tubuhku berdiri kaku. Seakan saraf-saraf membeku turun ke ujung jempol kaki, Aku terpaku. Apa maksudnya dari perkataan Drey? Aku tahu, Drey mencintaiku setulus hati. Lantas kalau bukan aku yang Drey harapan lalu siapa?
“Aku salah ... Aku menyesal telah menikah dengan Auryn. Bagaimana ini? Apa aku harus mengakhiri pernikahan ini?” Drey sedang bertanya kepada sahabatnya melalui telepon.
Sakit ... sakit sungguh. Aku tidak mengerti, kenapa rasa sakit ini lebih sakit daripada putus cinta. Lebih sakit lagi mendengar kalimat mengakhiri pernikahan, keluar dari mulut lelaki yang selama ini aku percayai dan lelaki yang aku cintai?
“Kenapa, Drey? Kenapa kamu ingin mengakhiri pernikahan kita? Apa yang sebenarnya telah terjadi?” Suaraku bergetar dan batin berkecamuk.
“Aku tidak tahu. Kenapa aku bodoh! Aku tidak ingin menyakiti Auryn, tetapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku kembali mencintai Anna ...."
Anna? Aku terkejut, jantungku mulai berdebar tidak karuan. Ini tidak mungkin! Ini tidak mungkin, Drey mencintai kakakku. Tidak! Mungkin aku mendengar. Iya, aku salah mendengar.
"Anna, dia cinta pertamaku. Aku jatuh cinta kepadanya, ketika masih sekolah. Aku telah salah memilih seseorang. Seharusnya aku menikah dengan Anna bukan Auryn. Mereka kakak beradik, bodohnya aku tidak bisa membedakan.”
Jantungku semakin berdetak kencang, aku mendengar pengakuan sangat menyakitkan. Aku membekap mulutku. Gejolak emosi berusaha aku tahan, menahan rasa sakit hati yang kini meliputi hatiku. Jadi, selama ini Drey pernah jatuh cinta kepada Anna? Cinta pertama Drey adalah Anna?
“Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mengakhiri pernikahanku?”
Ya Tuhan! Kenapa ini begitu sakit. Suami yang baru beberapa jam lalu menikah denganku. Ternyata dia mencintai wanita lain? Anna, kakak kandungku!
Aku tidak ingin keluar dari kamar mandi sebelum Drey menyelesaikan obrolan dengan sahabatnya. Aku tidak ingin malam pertamaku menjadi kacau. Yang aku lakukan harus tenang dan jangan bertindak gegabah. Oke, Ryn. Tenang. Tarik napas lalu hembuskan.
Aku sadar dengan keterpakuanku saat ketukan pintu. Sebelum aku membuka pintu, aku menatap cermin dan membasuh wajahku. Aku menarik napas dalam-dalam, kedua pipiku tepuk-tepuk.
“Ryn, kamu sudah selesai mandi?”
Aku memutar kenop pintu. Aku melangkah menunduk lalu bertanya. “Sayang, mau mandi, bukan? Biarkan aku siapin baju.” Aku berkata tidak menatap lawan bicara dan melangkahkan kaki.
“Ryn ....”
Aku langsung menghentikan langkah kakiku ketika Drey mamanggilku. “Um, ada apa?” tanyaku, aku benar-benar tidak ingin melihat wajah Drey. Aku... Aku... Sakit hati. Aku kecewa. Sangat kecewa kepada Drey.
“Maaf,” kata Drey dengan suara pelan dan lirih.
Aku memberanikan diri untuk menatap wajah Drey dan aku tersenyum palsu. “Maaf untuk apa, Sayang?” tanyaku pura-pura tidak tahu.
“Semuanya. Maafkan aku ... Aku sungguh minta maaf.” Raut wajah Drey frustasi dan terlihat berbeda. Drey masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah pintu kamar mandi tertutup dan bunyi shower berisik. Tubuhku merosot hingga bersandar lemas pada lemari besar. Aku duduk di lantai dengan tidak berdaya. Aku tahu, kenapa Drey meminta maaf kepadaku. Karena Drey merasa bersalah telah menyakitiku. Dia sudah berjanji tidak akan membuatku menangis. Tetapi ...?
Drey tidak menepati janji.
Aku menjambak rambutku, aku ingin menangis, tapi aku menahan agar tidak menangis dan tidak ada suara tangisan. Air mata sudah penuh dipelupuk mata mengalir mengalir deras membasahi pipiku. Sesakit inikah perasaan seorang wanita ketika mengetahui suami mencintai wanita lain dan ingin mengakhiri pernikahan?
Pernikahanku baru saja terjadi. Kenapa harus berakhir?
Malam pertama adalah malam paling istimewa namum sangat menyakitkan hatiku. Aku tidak menyangka, aku akan mendengar pengakuan dari Drey. Aku harap pernikahan ini didasari oleh cinta dan berjalan semestinya.
Tapi kenapa menjadi serumit ini? Rasa sakit di malam pertama, mendengar suamiku mencintai kakak kandungku.
Apa yang harus aku lakukan?
****
Hari sudah menjadi semakin larut malam. Sejak tadi aku dan Drey saling diam, aku hanya tidak ingin berbicara dengan siapapun. Aku berjalan menuju ke ranjang tempat tidur dan menyelimuti diriku sendiri.
“Kamu mau tidur, Ryn?” tanya Drey.
Aku tidak menjawab. Aku sudah menutupkan kedua mata, mengabaikan Drey. Lelaki itu mendesah frustasi, merasa bersalah.
Baru saja beberapa menit aku terlelap. Mataku terbuka saat merasakan sentuhan lembut di pipi. Apakah aku sedang bermimpi? Batinku. Aku memandang wajah Drey dua jengkal dari wajahku. Suamiku tersenyum manis kepadaku.
“Maaf ....” kata Drey begitu lembut di telingaku. Berulang kali Drey membelai rambut panjangku. “Dan maaf juga telah membangunkanmu dari tidur. Kamu pasti lelah.”
Aku tersenyum lalu menggeleng kepala.
Drey mengecup puncuk kepalaku. “Aku minta maaf jika aku menyakitimu. Sekarang Aku sudah menjadi milikmu, Ryn. Aku suamimu. Aku tidak akan pergi darimu."
“Ku mohon jangan pergi. Aku membutuhkanmu, Drey."
Satu minggu setelah hari pernikahanku.Aku kuliah kembali, karena aku masih kuliah. Drey, dia seorang dosen di kampusku. Seharusnya Drey mengambil cuti setelah kita menikah, tetapi dia tetap mengajar mahasiswa di kampus.Aku kecewa. Drey benar-benar berubah. Dia jarang meluangkan waktu untukku. Aku seperti diabaikan begitu saja. Cuti mengajar satu minggu, apakah Drey tidak bisa? Semua orang, ketika baru menikah, mereka pasti libur bekerja. Walaupun hari Ini Drey libur mengajar, aku rasa bukan waktu yang tepat.Aku mengecutkan bibir kesal. Baru pulang dari kampus, tiba-tiba Mamaku berkata; katanya semua barang-barang milikmu sudah dipindahkan ke rumah baru milik Drey. Apa rumah baru? Jujur, aku benar-benar terkejut.Sejak kapan Drey memiliki rumah? Dan Drey telah menyiapkan rumah untuk kita? Rumah yang katanya sudah milik Drey.“Sekarang Drey sudah pergi ke rumah baru," kata Mamaku. "Hm ... kira
"Brengsek kalian!"Akukeluar dari kamar dan dengan sengaja membanting pintu dengan keras. Drey dan Anna tersentak kaget. Mereka berpikir, mungkin aku akan semarah ini kepada mereka. Sejujurnya pikiranku kacau dan hatiku remuk berkeping-keping.Aku tidak tahu bagaimana cara meluapkan emosi. Apakah aku harus menampar pipi Drey dan menjambak rambut Anna? Aku tidak segila itu. Aku masih bisa mengontrol emosiku, tetapi rasanya sakit.Ya Tuhan, sesakit inikah aku melihat Drey dan Anna berciuman mesra di depan mataku sendiri?! Sesakit inikah ketika suamiku mencintai wanita lain, lebih sakit wanita yang dicintai Drey adalah kakak kandungku.Kenapa? Kenapa ini semua terjadi begitu saja. Kenapa setelah pernikahanku dengan Drey tidak berjalan mulus, semulus pantat bayi?Semua sudah jelas, aku tidak mungkin salah meliat. Semua nyata terjadi. Tapi aku tidak menyangka jika Kak Anna berciuman dengan Dre
Jam 6 pagi aku terbangun, tanganku meraba ke badan di sampingku. Aku merasa Drey sudah bangun dari tidurnya, dugaanku benar. Aku mengeryit dahi ketika tidak ada Drey, hanya ada satu lembar kertas putih bertulis pesan entah apa.Aku mulai membaca kertas itu, mataku menyipit khas orang bangun tidur. "Maaf, Ryn. Aku berangkat ke kampus sangat pagi. Ada sesuatu yang membuatku harus berangkat pagi. Anna memintaku untuk bertemu di kampus. Aku hanya membantu Anna karena dia sekarang menjadi dosen baru."Sepagi ini Drey berangkat ke kampus hanya untuk membantu Anna?Aku merobek-robek kertas itu menjadi kepingan kertas yang tidak terbentuk. "Huh." Aku menghela napas kasar dengan bibir cemberut.Anna lagi dan L A G I.Kenapa, sih! Drey sekarang berubah, lebih mementingkan Anna daripada aku. Haruskah aku mencoba untuk lebih sabar lagi?Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi, aku masih memikirkan Drey dengan Anna. Drey semakin menjauh dari
Aku melamun, menompangkan daguku. Aku sadar sejak tadi sahabatku, Viola dan Jessica memandang punggungku dari jauh dengan ekspresi penuh curiga.Bagaimana tidak curiga? Yang biasanya di kampus selalu bersikap calm down tiba-tiba aku berubah menjadi Auryn suka melamun dan sering diam di kelas. Satu kelas saja menyadari perubahanku, mereka selalu bertanya kepadaku."Ada apa?""Apa kamu baik-baik saja?""Kamu punya masalah?""Ayo katakanlah, jangan dipendam sendiri, Ryn."Aku menjawab hanya gelengan kepala dan senyuman palsu dari bibir pucatku. Aku dulu ramah senyum, sekarang menjadi cuek dengan orang sekitar. Aku kemarin sengaja bolos mata kuliah, moodku buruk!Viola mendengar kabar dari mahasiswa lain, bahwa aku datang ke ruangan dosen Drey tapi setelah itu wajahku tampak sendu berjalan keluar kampus. Viola Dan Jessica tahu, hubunganku dengan Drey sangat dekat hingga menikah, tapi siapa sangka semua berubah semenjak menikah.
[ Author POV ]Selesai memberi materi kepada mahasiswa. Drey kembali ke ruangannya dan duduk di kursi, merebahkan badannya untuk mengambil waktu istirahat. Perut kosong karena sejak tadi pagi belum mengisi perutnya. Rasanya tidak napsu untuk sarapan. Sekarang cacing di perut mulai berdemo. Jadi, Drey tidak perlu menunggu perut sakit baru makan. Rasa lelah dan lapar, dia hempasan jauh dari perasaan bayang-bayang Anna mulai mengusik pikirannya. Drey akui, dia masih memikirkan wanita itu. Wanita yang menjadi cinta pertamanya dan dulu berjanji akan menikah.Anna memilih menempuh pendidikannya di Inggris dan terpaksa meninggalkan Drey, sementara Drey kuliah di Jakarta.Beribu pertanyaan membentuk gundukan piramid yang tidak berujung. Hingga sebuah pertanyaan, kenapa memilih menikah dengan Auryn bukan Anna? Setiap kali Drey melihat Auryn, dia teringat dengan seseorang, namun Drey sudah berusaha melupakan Anna. Tetapi cintanya bersemi kembali kala ke
Aku merasa Drey tidak akan mengakhiri pernikahan kita, pernikahan baru berjalan satu minggu. Tidak mungkin Drey meminta cerai secepatnya. Sementara Drey dan Aku tidak ingin menyakiti ibuku dan ibunya. Bila kita berpisah, bukan hanya aku yang tersakiti, namun Ibu Drey.Ngomong-ngomong, umurku masih 20 tahun, sedangkan Drey 25 tahun. Drey lebih tua dariku. Sekarang, aku kuliah jurusan psikologi dan Drey menjadi dosen departemen ekonomi.“Drey ..." panggilku. "Kamu sudah pulang?” Mataku sudah berkaca-kaca melihat Drey pulang ke rumah.Aku menyambut kedatangan Drey yang baru saja masuk ke kamar dan meletakan tas punggung. Wajahnya terasa lelah dan letih itu menoleh ke arahku.Dheg. Aku tercengang melihat sorot mata Drey. Tatapannya sangat berbeda dan lebih dingin. Aku terpaksa menarik sudut bibir membentuk senyuman.
“Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku, ya, Ryn!” pesan Drey kepadaku saat kita sudah berdiri di halaman kampus. “Hari ini aku nggak ada jadwal mengajar di kampus kok, Ryn. Jadi, sedikit banyak waktu luang.”Aku mengangguk paham. Rumah tangga kita adem ayem. Aku pikir, Drey sebisa mungkin memperhatikan dan peduli denganku. Mungkin satu alasan, aku istrinya. Sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab suami."Oke, deh. Aku ke kelas dulu, ya."Drey mengecup keningku lalu. “Jangan kebanyakan melamun, kuliah dengan serius supaya cepet wisuda,” nasihat Drey Dan menyentil dahiku dengan jarinya."Aw ..., Sakit," ringisku sembari mengelus keningku."Sudah sana, kamu ke kelas," usir Drey.Aku mengangguk dan meninggalkan Drey di sana. Baru saja berjalan lima langkah, ada seseorang yang memanggil namaku. Aku hapal siapa gerangan pemilik suara yang memanggilku.“Kenapa Drey?” tanyaku bingung. Drey menghampiriku. Berdiri dihadapanku.Drey menyo
Lima belas menit berlalu .... Belum ada tanda-tanda Profesor psikolog Pak Raffa tak kunjung datang. Hingga menit ke dua puluh, ada seseorang masuk ke kelas. Sontak seluruh mahasiswa yang berada di kelas seketika menghentikan kegiatan mereka.“Selamat pagi semua!”Selamat pagi? Tumben sekali Profesor Raffa mengucapkan selamat pagi, biasanya datang selalu menyapa dengan, apakah kalian sudah siap dengan materi hari ini? Eh bentar, suara Profesor Raffa berubah menjadi lembut? Jangan-jangan yang datang seorang bidadari? Eh ralat, maksudnya seorang wanita.Tapi siapa?Jessica menyenggol lenganku. “Angkat kepala, Ryn. Liat di depan siapa yang masuk ke kelas kita,” bisik Jessica.Aku menurut, sesaat badanku kaku melihat wanita di depan sana. Kak Anna, kenapa dia masuk ke kelas ini? Kenapa harus bertemu di saat aku berusaha menyembuhkan luka hatiku dan belajar menjadi istri yang baik. Rasanya seperti ada busur panah menusuk hatiku, wanita yang aku sengaja menjau