“Sekarang biarkan dia pergi, Nak,“ kata Mama Davina. Wanita itu melepaskan pelukannya dan menepuk pundak Drey berkali-kali.
Drey menatap sendu cincin yang berada di tangannya, digenggam erat dengan air mata sudah bercucuran. Cincin itu belum genap satu tahun melingkar di jari Auryn, namun kini cincin itu sudah kembali pada Drey
Dalam tangisan disertai derasnya air mata. Drey sempat berpikir. Apakah perpisahan ini akan membuat Auryn bahagia? Lalu bagaimana dengan dirinya? Drey bisa mati tanpa Auryn. Drey berada dipihak tersakiti setelah ditinggalkan oleh Auryn.
Mama Davina ikut meneteskan air mata melihat anaknya menangis—batin seorang Ibu ikut merasa sakit.
Drey menangis dalam penyesalan atas perbuatan bodoh selama ini. Sungguh ini begitu menyakitkan. Penyesalan yang sulit sekali di maafkan. “Pasti Auryn nggak akan maafin aku, Ma. Dia sangat membenciku! Tapi Aku mencintainya,” isak Dre
Untuk Drey,Drey … maafkan keputusanku yang mengerikan ini. Sepertinya aku membutuhkan waktu. Aku pergi, aku meninggalkanmu. Maaf … ini yang aku inginkan walaupun sangat berat. Maaf juga, waktu itu. Aku melakukan percobaan mengakhiri hidup di bak mandi. Saat itu aku sangat putus asa. Aku benar-benar kecewa. Aku seakan merasa tidak ingin di dunia ini. Keberadaanku yang tak aku inginkan. Aku tidak ingin benar-benar tertekan dengan pernikahan kita.Terima kasih … terima kasih telah menyelamatkanku waktu. Aku pergi, Drey. Aku tidak berpamitan padamu karena saat melihatmu, kekecewaan yang aku rasakan memuncak. Aku ingin pergi tanpa ada rasa bersalah padaku.Perpisahan ini memang harus. Aku harap kamu menjadi lebih baik ketika aku pergi. Biarkan aku pergi, jangan mencariku. Oh, ya. Tentang perceraian. Aku sudah menyiapkan surat cerai kita. Kamu jangan khawatir. Kamu bisa menikah dengan Anna. Kalian bisa hidup bahagia. Kalian bisa bersatu.J
Air mata Drey terus mengalir dan tiada henti. Penyesalan yang ada didalamnya semakin Dreyrasakan. Sejak tadi Drey tidak mampu membaca guratan tinta Auryn, tapi dia membaca hingga selesai. Dengan tangan gemetaran, Dreymemeluk buku diary tersebut dengan isak tangis.Di sini yangtersisa hanyalah barang-barangAuryn, termasuk novel yang seringAurynbaca. Semua masih tertinggal di sini. Sang pemiliklah yang menghilang.Bukan Aurynyang jahat di sini telah meninggalkan Drey, namun Drey yang jahat. Dreymengakui dirinya. Kepergian Aurynbukan membuatnya bahagia, namun hanya menyakitinya. Bukan menenangkannya, namun malah menaruh dirinya dalam jurang kesepian.Dengan mata berair, Dreymeletakkan kembali buku Diary milik Auryn.***[Auryn POV]Di antara keputusan. Inilah keputusan paling terberat yang aku buat. Ini memang keputusan yang paling gila. Bagaimana tidak gila? Ak
“Ryn, bagaimana kalau kita menikah?”Bukan kalimat yang membuat Aku tersenyum, tapi cara Drey mengucapkan kalimat itu. Pipinya berubah menjadi merah tomat karena malu. Matanya menyipit bulan dan sayu serta berkedip malu-malu. Drey juga menghampiriku, meremas tanganku. Lucunya, Drey tidak berani menatap mata sabitku.Sangat lucu dan menggemaskan. Drey, lelaki penuh kejutan bagiku. Bagaimana tidak? Permintaan tadi sangat mengherankan dan mengejutkan bagiku. “Kamu bicara apa, Drey?” Mataku menyipit, heran. “Menikah?”Drey mengangguk. “Kamu tidak mau menikah denganku?” Raut wajah Drey terlihat kecewa.Apa mungkin, perkataanku tadi adalah penolakan secara halus menurut Drey?Aku belum menjawab pertanyaan Drey, tetapi Drey berkata lagi, “Aku hanya ingin seperti orang lain, Auryn ....” Suara Drey memelan diakhir kalimat.Aku mengeryit kening, apa maksudnya dari
Namaku Auryn Chistina. 22 tahun.Hari ini adalah hari paling bahagia. Aku akan menikah. Hari pernikahanku menjadi kenangan sangat manis dalam hidupku. Menikah dengan seseorang yang aku cintai, dia kekasihku. Kami sudah menjalin hubungan selama lima tahun dan sekarang kami menikah.Drey Vincent. Ya, namanya Drey. Dia akan menikahiku dan menjadi kekasih hati. Kekasih hati? Aku berharap menjadi kekasih hati Drey hingga seumur hidup dan maut memisahkan.Kini pernikahanku akan berlangsung dengan meriah. Kakakku, Anna Daisy namanya. Dia kakak kandungku, dia baru pulang dari Inggris, karena dia kuliah di Inggris. Dia menyelesaikan pendidikannya dan kembali ke Jakarta di Indonesia untuk menghadiri pernikahanku.Aku tahu, Anna sangat baik kepadaku dan menyayangiku. Anna dan aku berbeda, Anna sangat pintar, sedangkan aku? Haha, aku tidak sepintar dia.“Wah ... Aku tidak meny
Aku membasuh muka di wastafel kamar mandi. Hari ini lelah sekali, memakai dres seberat itu dan mahkota di kepala, rasanya hari ini pusing.Aku menatap pantulan wajahku di cermin, semuamake upsudah terhapus dan hilang hingga menyisahkan wajah asli tanpa memakai make up. Sebenarnya aku tidak menyukai make up, karena sejak dulu aku selalu berpenampilan apa adanya. Setiap pergi ke kampus, hanya memakai bedak dan lip balm bibir agar tidak pucat serta tidak mengelupas.Wajahku memancarkan aura kebahagiaan tergantikan dengan wajah gelisah sejak aku memperkenalkan Anna dengan Drey. Aku bertanya-tanya. Ada apa dengan mereka?Apakah Drey dan Anna saling mengenal? Aku rasa tidak, karena Anna kuliah di Inggris dan baru kembali ke rumah. Okay, sebaiknya aku jangan berpikir negatif!
Satu minggu setelah hari pernikahanku.Aku kuliah kembali, karena aku masih kuliah. Drey, dia seorang dosen di kampusku. Seharusnya Drey mengambil cuti setelah kita menikah, tetapi dia tetap mengajar mahasiswa di kampus.Aku kecewa. Drey benar-benar berubah. Dia jarang meluangkan waktu untukku. Aku seperti diabaikan begitu saja. Cuti mengajar satu minggu, apakah Drey tidak bisa? Semua orang, ketika baru menikah, mereka pasti libur bekerja. Walaupun hari Ini Drey libur mengajar, aku rasa bukan waktu yang tepat.Aku mengecutkan bibir kesal. Baru pulang dari kampus, tiba-tiba Mamaku berkata; katanya semua barang-barang milikmu sudah dipindahkan ke rumah baru milik Drey. Apa rumah baru? Jujur, aku benar-benar terkejut.Sejak kapan Drey memiliki rumah? Dan Drey telah menyiapkan rumah untuk kita? Rumah yang katanya sudah milik Drey.“Sekarang Drey sudah pergi ke rumah baru," kata Mamaku. "Hm ... kira
"Brengsek kalian!"Akukeluar dari kamar dan dengan sengaja membanting pintu dengan keras. Drey dan Anna tersentak kaget. Mereka berpikir, mungkin aku akan semarah ini kepada mereka. Sejujurnya pikiranku kacau dan hatiku remuk berkeping-keping.Aku tidak tahu bagaimana cara meluapkan emosi. Apakah aku harus menampar pipi Drey dan menjambak rambut Anna? Aku tidak segila itu. Aku masih bisa mengontrol emosiku, tetapi rasanya sakit.Ya Tuhan, sesakit inikah aku melihat Drey dan Anna berciuman mesra di depan mataku sendiri?! Sesakit inikah ketika suamiku mencintai wanita lain, lebih sakit wanita yang dicintai Drey adalah kakak kandungku.Kenapa? Kenapa ini semua terjadi begitu saja. Kenapa setelah pernikahanku dengan Drey tidak berjalan mulus, semulus pantat bayi?Semua sudah jelas, aku tidak mungkin salah meliat. Semua nyata terjadi. Tapi aku tidak menyangka jika Kak Anna berciuman dengan Dre
Jam 6 pagi aku terbangun, tanganku meraba ke badan di sampingku. Aku merasa Drey sudah bangun dari tidurnya, dugaanku benar. Aku mengeryit dahi ketika tidak ada Drey, hanya ada satu lembar kertas putih bertulis pesan entah apa.Aku mulai membaca kertas itu, mataku menyipit khas orang bangun tidur. "Maaf, Ryn. Aku berangkat ke kampus sangat pagi. Ada sesuatu yang membuatku harus berangkat pagi. Anna memintaku untuk bertemu di kampus. Aku hanya membantu Anna karena dia sekarang menjadi dosen baru."Sepagi ini Drey berangkat ke kampus hanya untuk membantu Anna?Aku merobek-robek kertas itu menjadi kepingan kertas yang tidak terbentuk. "Huh." Aku menghela napas kasar dengan bibir cemberut.Anna lagi dan L A G I.Kenapa, sih! Drey sekarang berubah, lebih mementingkan Anna daripada aku. Haruskah aku mencoba untuk lebih sabar lagi?Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi, aku masih memikirkan Drey dengan Anna. Drey semakin menjauh dari