Share

Pernikahan Politik

Feng Rei duduk di ruangan kaisar dan permaisuri yang sedang duduk untuk membicarakan beberapa hal dan minum teh di sore hari, ia datang menghadap karena ada hal yang ingin di sampaikan kepada kedua orang tuannya.

Setelah Feng Rei duduk dan bertanya tentang keadaan orang tuanya barulah pembicaraan yang serius di mulai di antara mereka.

“Apa kau sudah menentukan pilihan Feng Rei? Tanya sang Kaisar kepada putranya.

“Sudah ayahanda,Feng Rei sudah menetukan pilihan.” Jawab Feng Rei yakin.

“Siapa yang kau pilih?” Tanya ibunya.

“Feng Rei memilih putri dari bangsawan Wu.” Jawab Feng Rei menatap kedua orang tuanya.

“Bangsawan Wu adalah bangsawan yang jujur dan mempunyai prinsip yang tegas.” Puji sang Kaisar.

Feng Rei mengangguk membenarkan ucapan ayahnya, sepertinya kaisar setuju dengan pilihannya.

“Kau tahu Feng Rei, kau bisa memilih bangsawan manapun untuk menjadi pasanganmu. Kami tidak memaksamu menjalani pernikahan yang tidak kau inginkan.” Ujar ibunya sang permaisuri.

“Feng Rei sudah memikirkannya ibu, ini adalah pilihan Feng Rei dan lagi Feng Rei sedang tidak tertarik kepada siapapun.” Jelas Feng Rei.

“Anakku jika suatu saat kau jatuh hati kepada seseorang, kau bisa mengambilnya sebagai selirmu.” Ujar ibunya.

“Feng Rei tidak akan mengambil seorang selirpun ibu, pewaris kerajaan selanjutnya hanya akan lahir dari permaisuri.” Ujar Feng Rei teguh dengan pendiriannya.

“Sudahlah istriku, kita tidak bisa memaksa calon kaisar menuruti keinginan kita. Karena dia juga harus memikirkan seluruh rakyat kita.” Ujar sang Kaisar menengahi ibu dan anak itu.

“Baiklah.” Ujar sang permaisuri mengalah.

“Kapan kau ingin meresmikan hubungan?” Tanya sang Kaisar.

“Feng Rei menyerahkan semua urusan pernikahan kepada ayahanda dan ibu.” Ujar Feng Rei.

“Hm...Kalau begitu kami akan membicarakannya kepada bangsawan Wu.” Jawab Kaisar.

“Terimakasih ayahanda.” Ujar Feng Rei sopan kepada sang Kaisar walupun kaisar adalah ayahnya sendiri.

                                    ***

Feng Rei memasuki aula tempat pelaksanaan pernikahan antara dirinya dan putri bangsawan Wu, Feng Rei hanya sekali menemui wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu. Mereka bertemu saat kedua orang tua mereka bertemu utnyuk menentukan tanggal pernikahan di istana.

Feng Rei berjalan dengan sedikit lambat dari biasanya untuk mensejajarkan langkah kakinya dengan wanita yang berjalan di sampinnya. Mereka mengenakan baju pengantin berwarna merah dengan semua riasan yang melekat di tubuh mereka.

Wajah pengantinya masih tertutup dengan kain berwarna merah, jujur saat pertama melihat wanita itu. Feng Rei akui nona Wu adalah wanita yang cantik. Sama dengan putri bangsawan lainnya, yang mengenakan baju-baju bagus dan mahal dan tentu saja terawat.

Namun bagi Feng Rei tidak ada yang spesial dengan wanita itu, dia hanya akan menjadi alat yang akan membantunya mengurus kerajaan dan melahirkan calon kaisar selanjutnya.

Setelah sampai di hadapan Kaisar Feng Rei dan Jie’xie berhenti lalu memberikan hormat kepada Kaisar dan Permaisuri.

“Feng Rei dan Jie’xie memberi hormat kepada yang mulia kaisar dan permaisuri.” Ujar kedua pengantin itu.

Kaisar menganggukan kepala sebagai tanda ia menerima penghormatan kepada kedua orang tersebut.

Melihat itu Feng Rei dan Jie’xie melanjutkan penghormatan kepada kedua orang tua Jie’xie yaitu bangsawan Wu, setelah selesai mereka memberikan hormat kepada tamu-tamu yang hadir sebelum duduk di tempat kedua mempelai disediakan.

Kaisar melihat kedua pengantin yang telah duduk lalu ia berdiri untuk memberikan ucapan selamat kepada anak dan menantunya.

“Hari ini anakku Sheng Feng Rei akan melangsungkan pernikahan dengan putri dan bangsawan Wu yang sangat loyal terhadap kerajaan, aku doakan agar pernikahan ini semakin membawa berkah untuk keduanya dan juga kerajaan. Bersulang!” ujar sang kaisar mengangkat cawannya.

“Bersulang!” Ucap semua tamu yang hadir mengamini semua ucapan sang Kaisar.

Kedua mempelai masih diam tidak ikut menikmati arak seperti tamu-tamu karena ini belum saatnya mereka melakukan itu, mereka harus menunggu hingga semua tamu yang hadir selesai menyampaikan kata-kata mereka. Dan setelah itu mereka akan meminum bagian mereka yang menandakan pernikahan mereka telah selesai dan mereka resmi menjadi sepsang suami istri.

***

            Wu Jie’xie telah duduk di dalam kamar pengantin yang di sediakan untuknya dan suaminya, Jie’xie pergi meninggalkan pesta lebih dulu sejak satu jam yang lalu, dan

menunggu Feng Rei untuk datang ke kamar pengantin mereka. Jie’xie masih menggunakan pakaian lengkap dengan kerudung merah yang menutupi wajahnya.

            Menurut tradisi tidak ada yang boleh melihat wajah sang pengantin wanita sebelum suaminya sendiri melepaskan penutup kepalanya itu, untuk itu Jie’xie masih duduk sendiri menunggu suaminya melepaskan penutup kepalanya. Dan sudah satu jam Jie’xie menunggu, sepertinya suami itu masih sibuk dengan tamu-tamu yang mengajaknya menikmati minuman yang tersedia di pesta pernikahan mereka.

            Feng Rei berjalan memasuki bangunan yang menjadi yang akan menjadi kediaman permaisuri selanjutnya, malam ini adalah malam pertama mereka untuk itu mereka akan tidur bersama. Kelak mereka akan tidur terpisah di vaviliun masing-masing.

            Saat Feng Rei masuk ke dalam kamar terlihat putri bangsawan Wu yang duduk menunggunya lengkapa dengan penutup kepalanya. Sesuai tradisi seharusnya Feng Rei lah yang harus melepaskan kerudung istrinya dan menjadi orang pertama yang melihat wajah wanita itu.

            Dikamar itu terdapat satu tempat tidur yang terbuat dari kayu dan empat tiang di masing-masing sudutnya untuk menjadi penahan kelambu tipis. Semua yang ada di kamar itu berwarna merah khas warna kerajaan mereka yang memiliki bendera berwarna merah.

            Feng Rei duduk di meja yang ada di kamar prngantin itu, meja yang ada di situ di penuhi dengan berbagai makanan dan buah. Selain itu terdapat arak yang menjadi tradisi pengantin untuk minum bersama di malam pertama mereka.

            “Kemarilah!” panggil feng Rei kepada istrinya sambil menuangkan arak ke dalam cawan kecil yang telah di sediakan.

            Jie’xie berjalan mendekat ke arah Feng Rei dengan menunduk dan penutup kepala yang masih belum di buka oleh Feng Rei.

            “Duduk!” Ujar feng rei dengan datar.

            Jie’xie masih menuruti semua perkataan suaminya tampa mengeluarkan satu kalimatpun.

            Feng Rei menyerahkan cawan yang telah di isi oleh arak ke depan wanita yang duduk di depannya. Jie’xie hanya melirik dengan ekor matanya saat Feng Rei menyerahkan cawan yang telah di isi itu ke dekatnya, lalu melihat Feng Rei meminum bagiannya dengan pelan.

            “Kau tahu alasan kita menikahkan!” Ujar Feng Rei memulai pembicaraan dan masih dengan memegang cawan kecil di tangannya.

            Feng Rei sedikit bermain-main dengan cawannya yang telah kosong, untuk menunggu respon dari wanita yang telah menjadi istrinya dan calon permaisuri kerjaannya sebentar lagi, namun sepertinya wanita itu tidak berniat untuk membuka mulutnya.

            Jie’xie masih duduk dengan kedua tangan saling mengengam di atas pangkuannya dan kepala yang masih sedikit menunduk.

            Feng Rei tidak mempedulikan tanggapan wanita itu dan memilih melanjutkan pembicaraannya.

            “Di sana terdapat kain putih dan di dalam sini terdapat darah yang telah di siapkan pelayan.” Ujar feng Rei.

            Jie’xie mengangkat kepalanya bertanya untuk apa darah yang ditunjuk Feng Rei kepadanya. “Darah?” cicit Jie’xie bertanya.

            “Berikan itu kepada utusan permaisuri besok sebagai bukti kita telah melakukannya.” Jelas Feng Rei.

            “Jie’xie dapat menagkap maksud suaminya sekarang, lelaki itu tidak mau menyentuhnya.

            “Aku akan mandi terlebih dahulu, kau tahu cara mengerjakankan.” Ujar Feng Rei.

            “Hamba mengerti, yang mulia” Ujar Jie’xie sopan.

            “Hn...dan tentang kewajibanmu melahirkan pewaris selanjutnya akan kita bicarakan lain waktu.” Ujar feng Rei meninggalkan Je’xie untuk membersihkan dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status