Share

Calon Permaisuri

Sudah menjadi hal biasa bahwa setiap pengantin yang menikah pihak wanita akan pergi meninggalkan acara jamuan terlebih dahulu. Pihak wanita diminta menunggu dikamar yang telah di siapkan dan menunggu pengantin lelaki yang masih menikmati jamuan pernikahan bersama tamu-tamu yang datang.

Jie’xie sadar bahwa menikah dengan calon kaisar selanjutnya bukanlah hal yang mudah dan harus pandai bersikap dan membawa diri dengan baik, untuk menjaga nama baik kedua orang tua dan keluarganya.

Walaupun sekarang Jie’xie sudah benar-benar tidak nyaman dengan semua riasan dan baju yang ia gunakan untuk pernikahan. Ia harus tetap duduk dengan tenang dan menjalankan tradisi yang berjalan di istana seperti wanita-wanita lain dan pendahulunya.

           

Jie’xie harus menunggu hingga suaminya datang dan melakukan kewajibannya, hanya Feng Rei lah yang berhak membuka penutup wajahnya untuk pertama kali malam ini. Jie’xie tidak bisa bertindak semaunya sekarang walaupun hanya sekedar berganti pakaian tampa menjalankan semua peraturan istana sebagai calon permaisuri.

            Jie’xie mendengar langkah kaki yang masuk dan melihat suaminya telah datang dan duduk di meja yang terdapat berbagai makanan di atasnya melalui ekor matanya. Saat Feng Rei memintanya mendekat dan duduk, terasa aura dingin yang di keluarkan oleh lelaki yang telah menikahinya.

            Jie’xie melihat suaminya menuangkan arak ke dalam dua cawan dan mendekatkan minuman itu kepadanya. Lalu dengan sangat elegan dan berkarisma kembali meraih cawannya sendiri untuk di minum dengan pelan.

            Jie’xie mengamati semua itu melalui ekor matanya bagaimana lelaki itu bertindak dan berbicara terlihat bahwa ia benar-benar seorang bangsawan yang sangat menjaga tata kramannya.

            Kau tahu alasan kita menikahkan?” Jie’xie mendengar pertanyaan yang di berikan Feng Rei kepadanya.

Jie’xie masih diam tidak mengeluarkan suara sama sekali karena ia belum begitu paham dengan arah pembicaraan suaminya. “Apa maksud lelaki ini menanyakan hal itu kepadaku.” Pikir Jie’xie.

            Di sana terdapat kain putih dan di dalam sini terdapat darah yang telah di siapkan pelayan.” Ujarnya lagi kepada Jie’xie.

Jie’xie semakin di buat tidak tahu arah pembicaraan yang di mulai oleh feng Rei, hingga tampa sadar mulutnnya terbuka untuk bertanya. “Darah?” Tanya Jie’xie dengan muka terkejutnya yang tersembunyi di balik pentup wajah merah menyala itu.

Berikan itu kepada utusan permaisuri besok sebagai bukti kita telah melakukannya.” Jelas Feng Rei

            Deg! Jantung Jie’xie berdetak dengan kencang saat menyadari maksud dari perkataan suaminya. Jie’xie tidak menyangka Feng Rei sudah merencanakan sejauh ini.

            Jie’xie melihat dengan ekor matanya menyaksikan suaminya yang meninggalkannya di malam pertama tampa membuka penutup wajahnya. Dan meninggalkan sebuah perintah untuk bersandiwara menjadi sepasang suami istri di depan kerajaan dan keluarga mereka.

            “Ternyata semua memang tidak pernah mudah dan setulus itu.” Gumam Jie’xie kepada dirinya sendiri.

            Jie’xie mengira sang calon kaisar memang ingin berniat untuk meikah walaupun masih dengan cara harus melakukan sayembara. Jie’xie kira suaminya akan bersikap sebagai lelaki yang akan bertanggung jawab atas hidupnya sekarang. Jie’xie kira walaupun pernikahan mereka tidak akan mudah karena politik di kerajaan, suaminya akan menjaganya.

            Tapi ternyata Jie’xie terlalu tinggi berharap, pernikahan politik tetaplah sebuah pernikahan politik hanya tentang untung dan rugi dalam pemerintahan. Hanya tentang dukungan dan kekuasaan.

            “Aku terlalu jauh bermimpi, pernikahan ini sepertinya akan tetap menjadi tempatku sendiri berjuang” Guman Jie’xie lalu melepaskan penutup kepala yang menutupi wajahnya.

            Terlihat wajah wanita yang putih dengan bulu matanya yang lentik, hidung mancung dan bibirnya yang berwarna merah. Terlihat tidak tipis dan tebal. Dengan mata besar nya.

            Tiga puluh menit berlalu, terlihat suaminya sang calon kaisar keluar dengan pakaian yang lebih santai bersiap untuk tidur. Saat kedua mata itu berpapasan Jie’xie menunduk dan memberikan hormat kepada suaminya dan pergi memasuki tempat pemandian dengan membawak kain dan darah yang tadi di jelaskan suaminya.

                                                                        ***

            Jie’Xie membuka matanya dengan pelan dan menyesuaikan dengan cahaya pagi yang masuk ke dalam kamar yang ia tempati, terlihat Feng Rei yang masih tidur menghadap ke atas, entah kapan suaminya datang lagi ke kamarnya karena saat Jie’xie keluar dari membersihkan diri ia tidak melihat lelaki itu sampai ia terlelap tadi malam.

            Barulah saat ia membuka matanya pagi ini ia melihat lelaki itu yang masih tidur di sampingnya. Ia benar-benar tidak menyadari kedatangan lelaki itu. apakah karena ia memang kelelahan hingga tidur sangat nyenyak atau memang lelaki itu sangat pandai tidak menimbulkan suara saat memasuki ruangan.

            Jie’Xie rasa kemungkinan yang kedua memang lebih cocok karena ia bukanlah orang yang tidur dalam keadaan mati, Jie’xie tahu ia cukup peka jika ada yang memasuki kamarnya namun sepertinya suaminya juga sangat ahli tidak menimbulkan suara hingga ia tidak sadar dari tidurnya.

            Jie’xie duduk membelakangi Feng Rei dengan kaki yang menyentuh ke lantai. Lalu menoleh ke belakang untuk melihat suaminya yang tidur.

            “Sepertinya aku harus memulai peranku!” pikir Jie’xie kepada dirinya sendiri dan menarik nafas dengan pelan, lalu bergerak untuk membersihkan diri.

            Feng Rei membuka matanya setelah Jie’xie pergi, dari belakang Feng Rei melihat wanita yang telah ia nikahi bergerak ke arah kamar mandi. Sebenarnya Feng Rei telah bangun sebelum wanita itu bangun tidur, ia hanya berpura-pura kembali menutup mata saat istrinya itu membuka mata.

Feng Rei masih segan mulai berintraksi dengan wanita itu, dan memilih berpura-pura tidur.

            Setelah wanita itu menghilang di balik pintu Feng Rei bangun dan bergerak untuk keluar dari kediaman calon permaisurinya itu. terlihat beberapa pelayan dan juga orang-orang dari permaisuri sudah menunggu saat ia membuka pintu.

            Semua pelayan dan utusan permaisuri menunduk memberikan hormat kepadanya. Setelah Feng Rei membalas salam mereka dan berjalan menjauh para dayang itu memasuki kamar dan akan mulai membersihkan apa yang menjadi tugas mereka dan utusan permaisuri akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

            Terlihat para pelayan dan utusan permaisuri memasuki kamar tesebut dan membersihkan kekacauan yang telah Feng Rei lakukan di sana. Feng Rei memang sengaja membuat segalanya nampak berakan agar pernikahaanya lebih menyakinkan.

            Wu Jie’xie keluar dengan jubah tipis yang ia gunakan untuk menutup tubuhnya, para pelayan yang sedari tadi menunggunya dengan sigap membantunya untuk berpakaian dan bersiap-siap.

            Dia membuat semuanya dengan sangat menyakinkan.” Pikir Jie’xie saat melihat para pelayan yang membersihkan ruangan dan beberapa menganti alas tempat tidur yang mereka gunakan. Padahal saat Jie’xie meninggalkan ruangan itu masih sangat rapi dan tidak seberantakan ini.

Seorang utusan permaisuri memberi hormat kepada calon permaisuri selanjutnya lalu pergi meninggalkan kamar itu dengan membawa kain yang akan menjadi bukti kepada permaisuri.

            Wu jie’xie duduk dengan tenang saat para pelayan memberikan riasan di wajahnya dan membantu menata rambutnya. “Berapa lama lagi jamuannya akan di mulai?” tanya Jie’xie kepada pelayan di ruangan itu.

            “Jamuannya akan di mulai satu jam lagi yang mulia.” Jawab salah satu pelayan yang

mempunyai pangkat paling tinggi di sana.

            “Apakah yang mulia Feng Rei akan menghadirinya?” Tanya Wu jie’xie lagi.

            “Tidak yang mulia, anda hanya akan bertemu dengan yang mulia permaisuri dan Permaisuri terhalu yaitu nenek dari putra mahkota.” Jawab Pelayan yang sama mereka tidak mungkin menyebut nama majikannya, karena akan di anggap tidak sopan.

            “Baiklah, terimakasih.” Ujar Wu Jie’xie sopan.

            Semua pelayan yang ada di ruangan itu terdiam saat mendengar calon permaisuri mengucapkan kata terimakasih kepada pelayan rendahan seperti mereka, semua pelayan merasa sangat gugup dan takut sekarang. Suasana yang sibuk berubah jadi sunyi dan mencekam.

            “Ampun yang mulia, hamba tidak berani.” Ujar pelayan itu menunduk meminta maaf kepada putri Wu jie’xie.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status