Share

Kabar Berita

Musim kering sedang melanda kerajaan Nagi, sumur-sumur penduduk mengalami kekeringan dan juga sungai yang menjadi salah satu penopang kehidupan penduduk mengalami penyusutan dengan cepat.

            Kekeringan yang terjadi sudah berjalan hampir tiga bulan, banyak dari penduduk yang mengeluhkan hal ini dan meminta pihak kerajaan untuk melakukan ritual pemanggilan hujan kepada dewa-dewa.        

            Untuk itu sebuah rapat besar sedang di adakan di aula istana, Kaisar mendengarkan semua keluhan yang di sampaikan mentri-mentri yang ia tugaskan untuk memantau situasi rakyat yang mulai mengalami kesulitan mendapatkan air dan mempengaruhi seluruh kegiatan mereka.

            “Bagaimana situasi dan kondisi rakyat sekarang?” Tanya sang Kaisar dari singsananya.

            Seorang mentri bernama Mentri Tan ji we

maju untuk menjelaskan situasi yang terjadi saat ini, “Hormat saya yang mulia.” Ucap Mentri Tan ji we memberi hormat kepada Kaisar sebelum memberikan penjelasan tentang keadaan rakyat mereka.

            Kaisar Sheng mengangkat tangannya menerima hormat dari mentri itu.

            Mentri Tan ji we mengangguk dan siap menyampaikan semua kabar yang ada setelah mendapat ijin dari sang Kaisar. “Kami telah mengumpulkan semua kabar yang ada, yang Mulia, dari semua itu seluruh penduduk kerajaan Nagi meminta agar kaisar melakukan ritual pemanggilan hujan kepada dewa.” Jelas Mentri itu

            Kaisar menganggukan kepalanya mengerti atas keinginan rakyatnya.

            “Ampun yang mulia,” Ucap Mentri itu sedikit gugup ingin menyampaikan kabar yang sedang tersebar di kalangan rakyat kerajaan Nagi.

            “Karena...kabar yang tersebar bahwa ...semua ini terjadi karena...” Ujar Mentri itu menajadi berbelit-belit menyampaikan kabar tersebut.

            “Katakan.” Ujar Kaisar.

            “Maafkan hamba yang mulia.” Ucap menunduk lalu dengan cepat menyelesaikan kalimatnya. “Menurut kabar yang bererdar hal ini terjadi karena calon kaisar selanjutnya Putra mahkota dan putri mahkota tidak membawa keseimbangan Yin dan yang di kerajaan sehingga memunculkan musibah ini.” Jelas Mentri tertunduk takut.

            “Apa? Bagaimana bisa kabar seperti ini bisa ada dan menyebar!?” Bentak Kaisar marah.

            “Ampun yang mulia,” Ucap mentri itu cepat bersujud melihat kemarahan Kaisarnya.

            Feng Rei melihat ke arah mentri yang menyampaikan informasi tentangnya dengan tatapan tajam, kabar yang di sampaikan oleh mentri itu terdengar sangat bodoh dan menyangkut tentangnya.

            Mentri itu menyambung kembali perkataannya. “ Ampun yang mulia hal itu tersebar karena Putra mahkota dan Putri mahkota sangat jarang terlihat bersama dan menimbulkan berbagai kabar di kalangan pelayan sehingga menimbulkan berrbagai gosip, selain itu yang membuat kabar ini semakin cepat tersebar adalah belum adanya kabar bahwa calon permaisuri akan memberikan keturunan Kaisar selanjutnya setelah lama menikah.” Jelas mentri itu takut.

            “Oleh sebab itu maka rakyat meminta agar ritual hujan dilakukan oleh putra mahkota dan juga purti mahkota.” Jelas Mentri.

            Seluruh ruangan itu menjadi gaduh, saat mendengar penjelasan Mentri, mereka mulai berbisik-bisik tentang pernikahan putra mahkota dan putri mahkota yang telah berjalan hampir emapat bulan, namun belum ada kabar calon permaisuri itu akan memberikan keturunan sebagai calon kaisar selanjutnya.

            “Diam!” Bentek Kaisar.

Semua yang hadir terdiam dan menunduk dengan cepat karena dengan berani berbisik-bisik tentang keluarga Kaisar apalagi dia akan menjadi pemimpin selanjutnya di kerajaan Nagi.

            “Lakukan ritual seperti yang di ingin kan rakyat. Feng Rei pastikan kau dan calon putri mahkota melakukannya dengan baik.” Perintah Kaisar melihat ke arah Feng Rei yang juga hadir di rapat itu.

            “Baik yang mulia, hamba akan melakukan dengan baik.” Jawab Feng Rei lalu memberikan hormat kepada Kaisar.

            Kaisar hanya mengangguk melihat itu. “Pertemuan selesai.” Ujarnya lalu pergi meninggalkan aura kerajaan.

           

Tidak menunggu lama Feng Rei pun ikut meninggalkan ruangan itu di ikuti oleh Deng Huo di belakangnya.

                                                                        ***

            Jie’xie menikmati teh di sore hari, ia telah mengetahui bahwa ia dan Feng Rei akan melakukan ritual hujan dua hari lagi dan akan pergi ke gunung Moku untuk itu. berita memang cepat terebar di istana dinding dan angin seolah selalu berlomba-lomba menyampaikan informasi diantara penghuni istana.

            “Nona apa yang anda inginkan untuk ritual di gunung Moku?” Tanya Lan hua hormat kepada nonanya. Lan hua adalah pelayan yang di bawa Jie’xie dari kediamannya.

            “Siapkan seperti biasa saja.” Jawab Jie’xie .

            “Baik nona.” Jawabnya lalu beranjak untuk menyiapkan beberapa keperluan.

            Jie’xie duduk sendiri di sebuah pendopo yang berdiri di atas sebuah kolam ikan di taman belakang kediamannya. Jie’xie sering menghabiskan waktunya di sana jika sedang tidak mengerjakn sesuatu.

            Suasana yang tenang dan banyak nya tumbuhan pohon dan bunga membuatnya menjadi lebih santai, di tambah dengan ikan-ikan yang ada di bawahnya membuat ia menjadi semakin menyatu dengan alam.

            Jie’xie sudah tahu bahwa banyak berita miring yang tersebar tentangnya sejak awal pernikahannnya, apalagi ia yang belum kunjung memberikan kabar sedang mengandung membuat berita-berita semakin gencar tersebar untuk melihat kecacatannya sebagai calon permaisuri.

            Jie’xie tahu bahwa tidak semua pejabat senang dengan pernikahan ini, karena mereka juga menginginkan anak mereka atau keluarga mereka untuk menjadi keluarga inti kerajaan, namun ternyata Feng Rei menjatuhkan pilihan kepadanya.

            Sejak saat itu Jie’xie semakin sadar bahwa Feng Rei memilihnya hanya sebatas teman kerjasama. Tidak ada yang istimewa dengan pernikahan ini kecuali tujauan mereka yang ingin mensejahterakan rakyat mereka dan menekan kekuasan bangsawan yang tidak berpihak kepada rakyat.

            Dan tentang kehamilan Jie’xie tidak tahu kapan akan terjadi, karena mereka

menikah tidak untuk tujuan itu, oleh sebab itu mereka tidak melakukan hal yang umumnya dilakukan pasangan suami istri.

            Dan apakah Jie’xie siap akan hal itu, menjadikan dirinya sebagai mesin pencetak keturunan Kaisar selanjutnya. Walaupun Jie’xie sadar bahwa ini adalah tugasnya, namun hatinya ternyata tidak setegar sikapnya selama ini.

            Ia memikirkan akibat dari tindakannya ini kepada anaknya kelak jika ia melakukannya, ia takut anaknya akan terluka jika tahu ia di lahirkan hanya untuk sebuah tahta. Jie’xie memang tidak keberatan dengan pernikahan politik ini, namun jika menyangkut anaknya Jie’xie tidak tahu apakah masih bisa bersikap dingin hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status