Share

Episode 10

Waktu pulang kerja akhirnya datang. Seperti biasa, Ceria akan tampil maksimal agar tidak mempermalukan atasannya. Dia masih mengenakan seragam kerja, merapikan rambut dan memoles make upnya kembali. Make tipis minimalis yang membuatnya terlihat mempesona. Kali ini dia memakai lipstik peach agak orange, menambah cerah wajahnya yang sudah merona dengan sapuan blush on. Mencerminkan penampilan wanita karir yang elegan dan penuh percaya diri. 

Mr. Mark yang jangkung terlihat semakin gagah dengan mengenakan jas resmi, warna jas yang senada dengan blezer yang dipakai Ceria. Lelaki itu tidak perlu melakukan apapun terhadap wajahnya, hanya mencuci muka saja sudah terlihat segar. Mereka bergegas menuju tempat yang sudah dipesan oleh Ceria. Selama perjalanan, ceria melihat waktu yang berputar, berdasarkan informasi dari Bagja, perusahaannya baru akan memulai acara pada pukul tujuh malam. 

Beruntung, semua seolah berpihak, mereka tiba di tempat acara setengah jam sebelum acara dimulai. Ceria pun memesan tempatnya untuk pukul tujuh malam. Sebuah ruangan billiard dengan fasilitas karaoke yang dipesannya. Letak ruangannya sengaja bersebelahan dengan tempat perayaan pesta ulang tahun perusahaan Bagja. 

Pandangan Ceria berputar mencari-cari sosok lelaki yang tadi pagi ditinggalkannya tadi pagi. Terlihat lelaki itu tengah duduk, pastinya bersebelahan dengan gadis itu lagi, siapa lagi kalau bukan Sisy. Ceria menjaga moodnya agar tetap baik. Dalam jarak beberapa meter lagi mereka melewati tempat Bagja, wanita itu menjadi semakin pintar memanfaatkan situasi. Ceria sengaja membuat kakinya seolah tersandung sehingga dengan spontan Mr Mark menahan tubuhnya yang terhuyung. Mata Bagja membulat melihat lengan Mark yang memegang bahu istrinya dengan postur tubuh yang lebih tinggi terlihat sedang merangkul. 

Sudut mata Ceria melihat raut muka yang sudah berubah, dengan sopan dia meminta Mark melepaskan pegangannya. Mereka berjalan seolah tidak tahu jika ada Bagja disana. Mark yang memang begitu perhatian pada staffnya itu terdengar menasihati Ceria. 

“Please take care, please don’t make me worry, if anything happen to you, what should I do?” ucap lelaki bertubuh tinggi itu sambil sesekali melirik Ceria yang berjalan tertunduk disampingnya. 

“Thank you Sir, everything is ok,” ucap Ceria sambil memasang senyum termanisnya ketika tepat berada didepan meja Bagja yang tengah memperhatikannya. 

Ceria dan Mark memasuki private room karaoke dan bilyard diiringi dengan tatapan tidak berdaya dari Bagja. Lelaki yang sejak dulu selalu meremehkan perasaan istrinya. Lelaki yang menaruh Ceria salam urutan kesekian dalam prioritasnya. Kini lelaki itu tengah terbawa oleh pemikirannya yang mulai beterbangan. Apa yang dilakukan istrinya didalam ruangan itu bersama lelaki yang terlihat begitu perhatian padanya, Mark. 

“Pak, ayo kita nyanyi, lagu biasa ya?” suara Sisy yang duduk disampingnya membuyarkan pikirannya. Dia mengangguk, tidak enak juga jika tiba-tiba menolak ajakan Sisy karena biasanya mereka akan menjadi pasangan terkompak disetiap acara gathering seperti itu. 

Sisy dan Bagja bernyanyi, gadis itu begitu menghayati lagu yang selalu mereka bawakan setiap kali ada acara. Lagu Cinta karena cinta yang dipopulerkan oleh Judika.

Aku hanyalah manusia biasa

Bisa merasakan sakit dan bahagia 

Izinkan kubicara 

Agar kau juga dapat mengerti 

Kamu yang buat hatiku bergetar 

Rasa yang telah kulupa kurasakan 

Tanpa tahu mengapa 

Yang kutahu inilah cinta 

Cinta karena cinta 

Tak perlu kau tanyakan 

Tanpa alasan cinta datang dan bertahta 

Cinta karena cinta 

Jangan tanyakan mengapa

Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara 

Kamu yang buat hatiku bergetar 

Senyumanmu mengartikan semua 

Tanpa aku sadari 

Merasuk didalam dada 

Cinta karena cinta 

Tak perlu kau tanyakan tanpa alasan cinta datang dan bertahta 

Cinta karena cinta 

Jangan tanyakan mengapa 

Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara

Ooo-ye-ye

Cinta karena cinta 

Tak perlu kau tanyakan tanpa alasan cinta datang dan bertahta 

Cinta karena cinta 

Jangan tanyakan mengapa 

Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara

Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara

Mereka bernyanyi bersama, namun pikiran Bagja kosong entah kemana, beberapa kali dia salah lirik. Ada juga dia tertinggal nada, penampilan terburuknya sepanjang sejarah karena seorang wanita yang beberapa bulan lalu masih diabaikannya. Pikirannya masih menatap pintu private room dimana Ceria masuk tadi. Sisy hanya menatapnya heran, atasannya tersebut sejak pagi sudah terlihat tidak bersemangat.

“Pak, lagi sakit?” tanya Sisy seusai menyanyi. 

“Engga Kho,” ucap Bagja. Lelaki itu kemudian merogoh saku untuk mengambil ponsel dan menjauh dari teamnya yang masih bernyanyi. Kini giliran dari divisi lain yang unjuk gigi. Acara makan malam staff yang tahun-tahun kemarin terasa begitu semarak dengan kehadiran Sisy yang menambah riang, kini tidak berlaku lagi baginya. Semua terasa hambar. 

Berkali-kali dia memijit nomor Ceria, namun tidak ada jawaban. Tidak berapa lama, sebuah notifikasi pesan masuk.

“Ada apa Mas?” tanya Ceria mengirim pesan whatsapp. 

“Kamu pulang jam berapa?” pesan whatsapp dari Bagja. 

“Ini udah selesai, bentar lagi pulang,” jawabnya singkat.

“Aku tunggu diparkiran ya,” balas Bagja. 

“Bukannya Mas Bagja masih lama ya, tadi kan bilang ke aku mungkin sampai tengah malam, aku ga mau nunggu Mas, mau ke tempat Mamah, kasian Iren,” balas Ceria panjang lebar. 

“Aku bisa kho pulang lebih cepat, ini ga wajib juga, acara hiburan saja,” balas Bagja lagi. Untuk pertama kalinya dia rela meninggalkan acara party perusahaan dan pulang lebih cepat demi istrinya. Biasanya dia akan pulang ketika acara sudah selesai dan mengantarkan Sisy dulu ke rumahnya, karenanya sering sekali sampai di rumah pukul satu atau dua malam. 

“Oh gitu, terserah Mas Bagja, walaupun mau sampai habis acara juga ga masalah, Mr Mark mau nganterin aku,” balas Ceria.

“Ga usah, pulang bareng aku aja,” pesan Bagja. 

“Ok,” balas Ceria. Ada setetes haru menitik dihati wanita itu, setelah sekian lama dirinya diabaikan dan seperti makhluh transparan, kini dia sudah mulai terlihat lagi dimata suaminya. 

Mark yang berada disampingnya meliriknya dan bertanya. “Are you crying?” sambil memicing melihar mata Ceria yang berair. 

“Sleepy,” ucap Ceria sambil tertawa, kebetulan tamu mereka baru saja keluar. Mark hanya menggangguk saja sambil menghabiskan minumannya. 

“Mr Mark, saya pulang bareng Mas bagja, ga usah diantar,” ucap Ceria meminta ijin.

“Who is Bagja?” tanya Mark sambil mengerutkan dahi. Ah walaupun berkerut dahinya, tapi tidak mengurangi ketampanannya.

“My husband,” ucap Ceria sambil tersenyum.

“Oh Ok, take care, saya mau continue party,” ucapnya sambil mempersilahkan Ceria yang akan pulang duluan, sementara lelaki itu terus melanjutkan karaoke ditemani dengan singer disana. 

Ceria keluar dari private room terlihat Bagja menatap kearahnya. Ceria memberikan kode kalau dia akan menunggu diluar, bagja mengangguk. Ceria berjalan melewati kerumunan staff dari perusahaan seaminya. Bagja bergegas pamit pulang pada bosnya. Sisy yang mendengar, bergegas menghampiri lelaki yang tengah memakai jaket itu.

“Pak, nanti yang nganter saya pulang siapa?” tanya Sisy, dirinya sudah terbiasa diantar jemput oleh Bagja.

“Kan banyak transportasi online, saya duluan ya,” ucapnya sambil melambaikan tangan pada Sisy dan mengejar Ceria yang masih terlihat punggungnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status