Setelah kejadian itu Mayang seperti tidak memiliki semangat hidup. Keluarga berantakan dan sahabat yang telah meninggalkannya. Dua minggu berangkat sekolah tetap pemandangan yang sama yang dilihatnya. Eric dengan semua wanitanya. Mayang tidak tahu kenapa Eric juga menjadi seorang playboy sekarang.
Karena malas pergi ke sekolah Mayang membolos, membuat surat palsu yang mengatakan dia sedang sakit. Mayang ingin tidur seharian untuk melupakan semua masalahnya ini.
Seharian tidur sangat membosankan, ibu tercintanya masih berjualan di pasar besar dan belum pulang, Mayang sekarang memang benar-benar berbeda. Dia mempunyai tabungan yang isinya lumayan dari hasilnya menipu semua siswa bodoh yang mendekatinya, bahkan ibunya bisa berjualan juga karena kebaikan Marco, pacarnya dulu, yang memberi modal dan mencarikan tempat.
Mayang memang bukan gadis yang sangat cantik, hanya senyumnya yang manis dan alis tebalnya yang menarik banyak siswa menyukainya. Tetapi sejak dia banyak mengenal lelaki dan mendapatkan sedikit modal, aura kecantikannya sangat kentara saat ini.
Hari kedua tidak masuk dan Mayang sudah sangat bosan di rumah, dia berencana berjalan-jalan sebentar untuk mencari udara segar. Setelah puas, dia berniat pulang ke rumah, tak lupa mampir ke indom^^t untuk membeli snack dan minuman kesukaannya.
Ditenggaknya kaleng minuman itu, sampai tak terasa sudah empat kaleng Guinness berukuran kecil yang hanya memiliki kadar alkohol 5% itu, sudah cukup membuat otaknya sedikit tenang dan bersiap untuk tidur.
Mayang mendengar ada ketukan di pintu depan rumahnya, tetapi tidak berniat membukanya untuk orang yang ingin bertamu, karena bila ibunya yang pulang tanpa mengetuk pasti sudah bisa masuk sendiri. Memang sekarang sudah mendekati jam ibunya pulang dari pasar sekarang.
~
"Nak Eric?" tanya ibu Mayang baru pulang dari pasar dan mendapati Eric yang duduk di teras dengan badan yang bersandar sempurna dan sedikit mengantuk.
"Ibu. Mayang di rumah?" jawab Eric sambil berdiri dan mengusap wajahnya, takut jika ada sesuatu yang menjijikkan di sana dan mengurangi kadar ketampanannya.
"Iya, mungkin tidur," jawabnya sambil berlalu untuk membukakan pintu. "Mari masuk Nak Eric." ajaknya dan berlalu meninggalkan Eric.
"Di kamar Nak Eric, tidur. Nak Eric bangunkan sendiri tidak papa, ibu mau beber sih dan istirahat?" tanya ibu Mayang dengan wajah yang memang terlihat kecapekan sehabis berjualan dari subuh.
"Iya, Bu.” jawab Eric sambil berlalu masuk ke kamar Mayang.
Sudah biasa baginya masuk ke kamar Mayang karena mereka cukup dekat dan Eric termasuk anak yang dapat dipercaya. Eric membelalakkan matanya setelah masuk ke dalam kamar Mayang, ada banyak botol dan kaleng minuman berbagai jenis dan ukuran berjejer di kolong tempat tidurnya. Ada 2 kaleng di dalam kantong kresek dan beberapa snack, dan 4 kaleng yang menggelinding dan tutupnya sudah terbuka, pertanda sudah diminum isinya dan menyisakan kaleng kosong.
Bau alkohol yang tidak terlalu tajam mengganggu sirkulasi udara yang melewati hidung mancung Eric. Ditatapnya Mayang yang tidur dengan tubuh tengkurap dan rambut yang menutupi hampir seluruh wajahnya.
"May," panggilnya pelan sambil menyisihkan rambut halus itu agar tidak mengganggu pandangannya. "May. Bangun." digoyangkannya pelan punggung wanita yang sangat dia sayangi itu.
Sakit.
Eric merutuki dirinya sendiri, dia yang salah. Dia tahu semua masalah Mayang dan malah menambah beban di pundaknya lagi.
Sebenarnya Eric sangat marah ketika tahu Mayang bertindak ceroboh di belakangnya, tidak ada niat lain saat dia mulai memacari banyak gadis di sekolahnya. Murni hanya karena ingin memberi tahu bahwa dikhianati rasanya sangat sakit.
Eric tidak pernah menyangka akan seperti ini akibatnya.
"Mayang." dipanggilnya sekali lagi. Mayang mengeliat dan tatapan mereka bertemu.
"Kamu ada di sini Eric?” jawab Mayang malas dan berniat memejamkan mata kembali.
"Kamu ngapain Mayang?" tanya Eric selembut mungkin agar tidak menyakiti hatinya.
"Aku hanya mencoba melupakan sesuatu." jawab Mayang.
"Dengan cara seperti ini?" kata Eric sambil menatap iba Mayang.
"Apa pedulimu Eric, temani saja wanitamu di luat sana, aku tidak peduli." Mayang berpaling dan memejamkan matanya lagi.
Eric tidak tahu harus bicara apa lagi, dia merasa tenggorokannya sangat kering saat ini. Dilihatnya punggung mungil itu sedikit bergetar. Mungkin Mayang menangis pikirnya. "Maafkan aku." hanya itu yang bisa dikatakan Eric.
"Bagaimana kalau sekarang giliranku yang memintamu pulang Eric, kita impas kan?" Ucap Mayang tanpa merubah posisinya.
"Aku janji besok aku akan menjadi Eric yang dulu Mayang." kata Eric sambil terus mengelus punggung Mayang.
“Jangan berjanji Eric, aku takut ada yang mengingkari dan ada yang sakit lagi." kata Mayang.
“Maafkan aku Mayang." kata Eric lagi.
"Aku ingin sendiri Eric." kata Mayang dan benar-benar mencoba untuk tidur sekarang.
Tidak ada lagi yang saling bicara antara mereka. Eric masih setia mengusap punggung Mayang yang sudah tidak bergetar lagi namun diganti oleh nafas yang terdengar teratur. Eric menghentikan usapannya, berganti mengacak dan sedikit menarik rambutnya sendiri. Dia tidak tahu sudah sejauh mana Mayang melakukan kebiasaannya ini, karena terdapat sangat banyak botol kosong di bawah sana. Dampak sangat besar yang ditimbulkan oleh kesalahan seorang pria kepada kaum hawa saat mereka menyakiti perasaannya.
Mayang memang pernah bercerita tentang bapaknya yang kawin lagi dan sudah memiliki anak, namun Eric tidak pernah berpikir akan sejauh ini.
Setelah tidak sengaja bertemu Mayang di Toko Oen saat itu, Eric mencari informasi dan cukup terkejut dengan daftar nama siswa yang pernah dekat dengan Mayang. Tidak pernah terpikir kalau Mayang akan sampai meminum minuman keras seperti ini, meski pun beralkohol rendah tetapi bila dikonsumsi dengan berlebih tetap saja tidak baik untuk tubuh peminumnya.
Eric mengeluarkan snack dari dalam kantong kresek itu, tetapi dia membawa semua minuman yang masih tersisa. Berpamitan dengan ibu Mayang dan pulang ke rumah.
~
Mayang terbangun dari tidurnya, mengeliat dan duduk di tepi ranjang. Dia memunguti kaleng kosong dan menyimpannya di kolong tempat tidur bersama puluhan botol lainnya, sedikit heran karena snack yang berserakan dan keluar dari tempatnya.
Mayang mencari sisa minumannya yang masih beberapa botol tetapi tidak menemukannya. Dia berpikir untuk mengingat apa yang terjadi, kenapa botolnya bisa hilang. Tidak ada yang dia ingat selain bermimpi bertemu Eric yang datang ke rumahnya.
Mayang menggelengkan kepalanya karena tidak mungkin itu terjadi.
Mayang melangkah keluar dan mendekati ibunya sedang menonton acara komedi di TV. "Ibu", sapanya dan mendekat untuk memeluk ibunya itu.
"Sudah bangun, Nduk?, ayo makan dulu." kata ibu Mayang sambil mengelus kepala Mayang yang berada di pangkuannya sekarang.
"Ibu tadi pulang jam berapa? Mayang tidak dengar Ibu pulang." tanya Mayang.
"Oiya tadi Eric kesini Nduk, ibu baru pulang jadi ibu suruh dia ke kamarmu dan membangunkanmu sendiri, kamu lupa Nduk?" jawabnya sambil mengusap sayang rambut Mayang.
"Kapan buk?" sungguh Mayang tidak merasa bertemu Eric tadi.
"Mungkin jam satu, tadi ibu pulang dari pasar nak Eric sudah menunggu di teras depan Nduk, sampai ketiduran.” kata ibu Mayang.
Mayang bergeming dan berpikir apa yang tadi itu bukan mimpi tapi sebuah kenyataan. Eric memang datang ke kamarnya.
Mentari bersinar cerah di bulan Maret ini. Burung berciutan terdengar merdu di telinga.Meskipun Mayang yakin ini masih sangat pagi, namun dia merasakan guncangan yang sangat kentara mengganggu tidurnya. Perlahan membuka mata dan menemukan sosok Eric di depannya dengan senyuman seperti biasanya. "Ngapain kesini?" kata Mayang ketus.“Galak bener, sekolah yuk." kata Eric yang terus menggoda Mayang agar segera bangun.“Aku lagi sakit." jawab Mayang malas."Mana ada orang sakit tidur pake tengtop gitu." kata Eric sambil menarik kaos yang dikenakan Mayang."Mendingan Lu urusin tuh cewek-cewek Lu." kata Mayang dan duduk sedikit menjauhi Eric.Meskipun sedikit tersinggung Eric harus tetap bersabar menghadapi Mayang ketika marah seperti sekarang. "Mandi sekarang atau kugendong ke kamar mandi." tegas Eric.Mayang segera berdiri, mengambil handuk dan berlalu ke kamar mandi. M
"Sudah berapa kali ayah bilang, jauhi Mayang." padahal Eric baru masuk rumah, tapi langsung disambut oleh kalimat yang membuatnya marah.“Apa salahnya, Yah?" tantang Eric, dia tidak suka ayahnya terlalu ikut campur masalah pribadinya.“Kamu itu anak seorang jendral, seharusnya kamu tahu mana yang baik dan mana yang tidak pantas kamu lakukan. Lihat kakakmu, sukses membanggakan orang tuanya. Kamu tidak mau seperti itu?" murka ayahnya.“Aku cinta, Yah." kata Eric sambil memelas menatap ayahnya."Mana tahu anak ingusan sepertimu masalah cinta." kata ayahnya meninggikan nada suaranya."Mayang berbeda, Yah." kata Eric meyakinkan ayahnya.“Iya, dia berbeda. Bedanya kamu gak akan bisa makan kalau hidup dengannya." setelah mengatakan itu ayah Eric pergi, meninggalkan Eric yang terdiam tidak tahu harus bagaimana lagi.Memang keluarga Eric tidak terlalu menyukai Mayang, bukan
Eric mendekatkan bibirnya ke telinga Mayang, "Aku yakin itu ciuman pertamamu, rasanya aku baru saja mencium manekin yang memiliki bibir lembut tapi rasanya sangat manis." bisik Eric dan Eric pun segera berlari keluar setelah mengatakan itu."Eriiicccc?!!!" teriak Mayang sambil mengacungkan tinjunya ke arah Eric yang kian menjauh.~~~Setelah kejadian di perpus waktu itu Mayang mulai membuat jarak antara dirinya dan Eric, canggung dan malu, itu yang dirasakan Mayang saat bertemu Eric.Setelah jam kosong yang berhari-hari karena sudah mendekati acara kelulusan, hari ini seluruh murid kelas 12 dikumpulkan di aula untuk membicarakan masalah prom night yang akan diadakan beberapa minggu lagi.Setelah rapat selesai, Mayang segera meninggalkan aula untuk menghindari pertemuannya dengan Eric. Di sinilah sekarang Mayang berada, duduk di taman belakang sekolah yang menghadap ke lapangan voli. Melihat permaina
Lelaki berjaz krem dengan dalaman kaos hitam dan celana jeans biru, seperti orang yang salah kostum saat prom night malam ini, tetapi dia tetap PD keluar dari mobil matic Toyota Yariz berwarna citrus mica metallic yang biasa dibawanya saat dia malas atau tidak memungkinkan mengendarai motornya, seperti saat ini.Eric sedikit berlari ke sisi yang lain dan membukakan pintu untuk seseorang yang berada satu mobil dengannya tadi. Gadis manis yang rambutnya disanggul rapi dengan gaun bernada kemerahan, sangat kontras dengan penampilan Eric yang sedikit berandal.Eric dan Mayang menikmati acara prom night dengan sangat khidmat, mereka berdua menyadari ini adalah malam terakhirnya bersama teman dan juga gurunya. Kedua sejoli itu sangat totalitas selama pesta berlangsung, meski pun bukan king and queen malam itu, mereka sangat bahagia karena masih memiliki kenangan satu lagi untuk mereka simpan.~Setelah acara selesai Mayan
Terdengar suara motor memenuhi halaman rumah Mayang yang tidak terlalu luas. Mayang sedikit berlari membukakan pintu, dilihatnya Eric sedang tersenyum sambil melepas helm catok berwarna silver dan terpampang stiker Slank di sisi kirinya."Kangen banget sampai jemput aku keluar gitu." goda Eric.Mayang yang tidak mendengarkannya segera menarik tangan Eric agar segera masuk ke dalam rumahnya. "Aku mau tanya sama kamu, tapi ini serius banget dan aku mau kamu jawab jujur." tuntut Mayang setelah mereka berdua duduk di kursi ruang tamu Mayang."Apaan sih, May?" tanya Eric penasaran.“Tangan kamu kemaren kenapa diperban?" tanya Mayang."Itu lagi sih May, terkilir. Aku kemaren kan udah bilang gitu." jawab Eric sambil meraih kantong plastik di atas meja, melihat ada bungkusan dan satu botol teh. Eric membuka teh itu dan meminumnya."Kenapa bisa terkilir?" tanya Mayang lagi.
[Kamu di mana May?] tanya Eric di seberang sana.“Aku kerja Eric, maaf tidak memberi tahumu dulu" jawab Mayang.Ada hembusan nafas yang terdengar dari telepon yang menyambungkan Mayang dengan seseorang di seberang sana.[Kamu gak bisa kayak gini May!!] bentak Eric."Maaf Eric, maafkan aku." Mayang pun menutup sambungan telepon itu karena sudah tidak sanggup lagi mendengar suara Eric, rasanya sangat sakit sekali.Meskipun sekarang ponselnya berdering beberapa kali, Mayang tidak berniat sedikit pun mengangkatnya. Mayang malah menumpahkan semua air mata yang entah sejak kapan berkumpul di kelopak matanya, mengantre ingin keluar dari tempatnya dan membasahi pipi pucat Mayang.~Eric yang merasa panggilannya sia-sia berteriak seperti orang kesetanan di dalam kamarnya, dia melempar semua yang ditemukannya. Menjambak rambutnya dan memukuli dadanya sendiri. Belum puas dia p
Dering-dering panjang terasa menyesakkan dada. Entah sudah panggilan ke berapa Mayang mencoba menghubungi Eric tetapi hanya menyisakan kekecewaan lagi dan lagi. Mayang tidak tahu harus bagaimana lagi, satu sisi dia juga takut kehilangan Eric tapi disisi lain dia juga sangat sadar siapa sebenarnya dirinya.[Ya] hanya itu yang terdengar dari sambungan telepon yang entah sudah ke berapa kalinya dia coba."Eric?" panggil Mayang.[Kau mengingatku sekarang?] kata Eric dengan kekecewaan yang mendalam."Maafkan aku." kata Mayang.[Dua hari lagi aku akan berangkat, aku harap kamu juga bisa menjaga diri kamu di sana] kata Eric datar."Maafkan aku Eric." hanya itu yang bisa diucapkan Mayang.[Ku harap masih ada waktu untuk kita] hanya itu yang diucapkan Eric dan sambungan telepon pun telah terputus.Mayang tersedu di ruang istirahatnya. Dia sangat bodoh karena
Sudah lima bulan berlalu, Mayang sangat rindu dengan ibunya. Hari libur yang hanya dua hari ini digunakan dengan baik oleh Mayang, pulang ke kota yang menyimpan semua kenangan manisnya.Mayang masih membawa satu kunci rumahnya, tanpa memberi kabar terlebih dahulu karena ingin memberi kejutan untuk ibunya. Mayang mengendap masuk ke dalam rumah, setelah meletakkan tas yang dibawanya, dia mendengarkan suara radio dari dapur yang menandakan ibunya sedang berada di sana.Mayang menutup mata ibunya saat melihat itu tercintanya itu sedang mengiapkan bahan untuknya berjualan besok.Ibu Mayang langsung melepas paksa tangan harum yang diyakininya adalah anak perempuannya itu dan memeluknya dengan erat, mencurahkan rindu yang membumbung setiap hari kian menggunung. Diciuminya rambut, pipi, wajah, dan semua yang dirindukannya tak peduli dengan keadaannya yang penuh keringat dari sisa kegiatan yang dilakukannya hari ini.“Mayang