Share

Part 5

Pras pov.

Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis yang duduk di sampingku saat ini, mahasiswi yang suka bolos di jam mata kuliahku. Apa dia pikir aku ini pria bodoh yang akan dengan sangat gampangnya ia tipu, memasang wajah sedih agar aku mengiba dan membiarkannya pergi untuk tidak kembali mengikuti pelajaran bahasa Inggris.

"Turun!" titahku setelah memarkirkan mobilku dengan aman.

Ku lihat matanya liar jelalatan celingukan kesana-kemari. Aku pun mengikuti arah pandangan matanya.

"Kenapa? Cari apa?" tanyaku heran.

Wika nyengir cengengesan. "Enggak ada pak."

"Ya sudah, ayo turun!" titahku dan langsung keluar dari dalam mobil.

Setelah aku keluar, Wika tak kunjung keluar dan masih betah di dalam mobilku. Dengan kesal aku melangkah ke sisi mobil yang lain, membuka pintu mobil dan menatap tajam Wika.

"Apalagi sekarang? Kenapa tidak keluar juga?" tanyaku geram.

"Sabar dong pak, ini juga mau keluar kok." katanya santai seolah menyudutkanku sebagai pria yang tak sabaran.

"Bapak jalan saja duluan," katanya mengusirku untuk berjalan lebih dulu.

"Tidak!" tolak ku cepat. "Kali ini saya tidak akan membiarkan kamu lolos lagi."

"Apaan sih pak? Lolos apanya, aneh deh."

"Jangan pura-pura kamu, saya tahu kalau kamu mau mencoba kabur kan supaya gak masuk kelas mata kuliah saya, kan?" kataku to the point.

"Eh, ngawur bapak! Mana ada saya berpikiran seperti itu. Jangan su'udzon loh pak, itu sifat yang gak baik." katanya sungguh sok bijak.

"Diam kamu!" sentak ku, lama-lama aku emosi juga dibuat gadis bertubuh mungil ini.

"Loh, kok bapak jadi bentak saya!" balasnya menatapku nyalang.

Astaga!

"Terserah!" kataku akhirnya. "Terserah kamu saja kalau begitu. Tapi ingat, jika kali ini kamu tidak juga masuk kelas mata kuliah saya. Maka tidak ada nilai sedikitpun untuk kamu di mata kuliah bahasa Inggris." kataku mengancam.

Puas mengancam dengan amarah yang memuncak pun aku melangkah pergi meninggalkannya. Baru beberapa langkah tiba-tiba saja Wika sudah di depanku dengan kedua tangan yang terbentang lebar menghalangi jalanku.

"Apa?" tanyaku galak.

"Tidak ada, cuma mau bilang jika saya tidak peduli bapak mau kasih nilai sedikit, banyak ataupun tidak sama sekali." katanya memeletkan lidah dan pergi meninggalkanku yang sangat kesal.

*******

Aku menahan senyum saat melihat sosok Wika yang pada akhirnya masuk kelas mata kuliah ku bersama ketiga teman wanitanya. Ketiga teman wanitanya itu adalah mahasiswi-mahasiswi yang rajin masuk di kelas mata kuliahku.

Yang kalau tidak salah ku ingat nama mereka itu.... Loli, Tika, dan Ulfa. Ketiga wanita muda yang sangat ramah menegurku dengan tatapan mata yang memancarkan kekaguman. Terlalu percaya diri kah aku? Nyatanya memang seperti itu yang terlihat.

Baiklah, aku pun memulai mengajar. Kebiasaanku yang suka mengulang pelajaran minggu lalu sebelum memulai pelajaran yang baru. Hal ini memang sengaja ku lakukan bertujuan agar para mahasiswa dan mahasiswi di kelas ini mengingat kembali pelajaran minggu lalu agar tak lupa.

Aku memberikan beberapa soal pertanyaan kepada mereka secara satu-persatu untuk menjawabnya. Dan dengan isengnya aku menyuruh Wika untuk menjawab salah satu pertanyaan yang cukup sulit dariku.

Wika terpelongo dengan jari yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. "S—saya pak?" tanyanya tergagap.

"Iya kamu, yang duduk di pojokan paling belakang. Tolong jawab pertanyaan yang saya berikan tadi." ucapku menuntut Wika untuk menjawabnya.

Ku lihat Wika tampak kebingungan ingin menjawab apa. Celingak-celinguk ke arah teman-temannya berharap salah satu dari mereka bersedia untuk membantu dirinya menjawab. Teman-temannya menoleh takut-takut ke arahku yang kini menatap tajam mereka. Tersenyum nyengir kemudian beralih ke arah Wika dan mereka menggelengkan kepala sebagai tanda kemungkinan mereka tak bisa membantu atau mereka juga tidak tahu jawabannya.

Wika tampak semakin frustasi dan aku suka melihat dirinya yang seperti itu. Aku pun melangkah mendekat ke arah dimana Wika duduk dengan mata yang terus fokus menatapnya.

"Sudah?" tanyaku. "Ayo jawab!" titahku menuntut.

Ku daratkan bokongku dan duduk di pinggiran meja Wika, dengan pose menyamping sembari melipat kedua tanganku di dada.

"Uhm, itu pak—"

"Ya? Apa jawabannya?" sela ku memotong ucapannya.

"S—saya tidak tahu jawabannya pak." kata Wika tergagap.

Aku menggebrak meja cukup kuat, hal itu membuat para mahasiswa dan mahasiswi disini sangat kaget. Ku tatap semakin tajam Wika yang juga tampak sangat ketakutan.

"Kenapa bisa kamu tidak tahu jawabannya? Bukankah minggu kemarin saya sudah menjelaskannya secara detail?" tanyaku galak.

Wika terdiam tak berkutik, wajahnya pias dan memucat. perubahan ekspresinya tertangkap jelas di penglihatanku.

"Kenapa diam? Ayo jawab Wika Adelia!" kataku dengan nada suara meninggi.

Wika masih terdiam di tempatnya dan itu semakin membuatku kesal, aku kembali melangkah ke tempat ku semula. Kemudian aku menyuruh Wika untuk keluar dari kelas mata kuliahku, dan akan ku izinkan kembali masuk apabila ia sudah mendapatkan jawabannya.

Katakanlah aku gila karena telah iseng mengerjainya, dan aku yakin seratus persen pasti Wika mengomeliku sepanjang hari. Wika tampak tercengang dengan pengusiranku, menatapku penuh dengan kobaran api yang terpancar di kedua manik matanya, Wika pun mengambil tasnya kemudian melangkah keluar meninggalkan kelas.

Aku mengalihkan perhatian fokus mahasiswa lainnya dan kembali memulai pelajaran. Dalam hati aku tersenyum puas karena kali ini bukan Wika yang bolos, melainkan aku yang dapat menunjukkan sedikit kekuasaanku pada gadis itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elazmi Puji
aduh pa dia iseng deh🤭🤭🤭
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status