Share

Part 1

Shaka membuka pintu rumahnya yang langsung di sambut riang oleh sang mama tercinta. Shaka mendengkus melihat senyuman di wajah bu Marwa.

Bu Marwa mendekat ke arah putranya masih dengan senyuman yang terpatri di wajah cantiknya.

"Bagaimana?" tanya bu Marwa.

"Bagaimana apanya ma?" tanya Shaka bingung.

"Dasta, apa kamu mengantarkannya pulang tadi?" Shaka mengangguk.

"Apa reaksi gadis itu ketika melihatmu menjemputnya?"

Shaka sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan ibunya, lelaki itu lebih memilih melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai atas.

Bu Marwa melihat punggung anaknya yang perlahan jauh. Meskipun kecewa dengan respon Shaka, tapi bu Marwa mencoba sabar.

Shaka pasti hanya sedang lelah, makanya terlihat kusut begitu. Karena bu Marwa meyakini jika Shaka menyukai Dasta, gadis pilihan yang pilihkan sebagai calon istri untuk putranya.

Dasta sendiri adalah sahabat Rasty, putri bungsunya. Yang sudah berteman lama sejak mereka masih duduk di bangku SMP.

Saat itu untuk pertama kalinya Dasta mampir datang ke rumah Rasty dan langsung mengambil posisi tepat di hati bu Marwa. Sikap sopan dan santun Dasta membuat bu Marwa kepincut untuk menjadikannya sebagai mantu idaman.

Dari situ bu Marwa sudah mengincar Dasta, dan harus menjadikan wanita itu istri untuk putranya, Shaka.

"Bagaimanapun caranya, mereka harus bersatu!" tekad bu Marwa sangat yakin.

*******

Dasta meraba bibirnya yang tadi di kecup oleh Shaka, tidak! Bukan hanya mengecup, tetapi lelaki itu bahkan melumat lembut bibirnya.

Mengingat itu, dada Dasta kembali berdesir hebat. Bayangan ciuman tadi seakan mengalirkan rasa aneh dalam diri Dasta.

Pipi Dasta bahkan rasanya sangat panas apabila ia terus mengingat kejadian di mobil tadi. Jika Dasta bercermin, bisa di pastikan pipinya yang merona memerah bak kepiting rebus.

"Apakah aku harus menceritakan hal ini pada Rasty?" gumam Dasta teringat akan sahabatnya yang kini tengah mengandung 5 bulan.

Sepertinya ide bagus jika ia menceritakan yang terjadi di mobil tadi pada Rasty. Karena selama ini, mereka berdua selalu bercerita tentang apapun. Tak ada kebohongan ataupun rahasia di antara mereka, mau hal kecil atau besar sekalipun baik Dasta maupun Rasty akan mengatakannya.

Dasta menghubungi nomor ponsel Rasty, cukup lama ia menunggu panggilannya di angkat. Namun sayang, Rasty tak kunjung mengangkat panggilan teleponnya.

"Apakah mungkin dia sudah tidur?" gumam menebak-nebak.

Dasta melihat jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul delapan malam. Aneh! Baru jam segini dan Rasty sudah tidur. Pikir Dasta ragu.

Dasta membaringkan tubuhnya di kasur miliknya yang tak terlalu empuk dan tak terlalu besar itu. Lelah seharian bekerja membuat mata Dasta seperti di duduki gajah, terasa berat dan mengantuk.

Akhirnya, Dasta yang sudah tak kuat lagi menahan kantuknya pun langsung tertidur. Melupakan makan malam dan mandi.

********

Shaka berdiri di bawah pancuran shower, membiarkan tubuh kekar telanjangnya basah oleh air yang mengalir deras tanpa niat ingin mandi.

Lelaki itu tampak termenung dengan raut wajah kesal. Sesekali kedua tangannya tampak mengepal kuat, dan meninju pelan dinding tembok kamar mandi.

Shaka berusaha menahan amarahnya, menormalkan dirinya sebaik mungkin. Setelah di rasa cukup, Shaka mematikan shower dan melilitkan handuk putih dari bawah pinggang sampai lututnya.

Masuk ke dalam walk in closet dan mulai memilih sepasang setelan pakaian kerja beserta dalamannya. Selesai dengan itu, Shaka beralih ke arah dasi dan mulai mencari warna dasi yang cocok dengan jasnya.

Shaka bercermin saat akan memakai dasinya, kemudian beralih ke laci penyimpanan khusus arloji mewahnya. Shaka mengambil salah satu arloji favoritnya.

"Sempurna," ucapnya begitu puas dengan penampilannya.

Shaka melangkah keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang makan. Disana tampak keluarganya tengah berkumpul. Mama, papa, beserta adik dan adik iparnya tengah menikmati sarapan mereka.

"Pagi semuanya," sapa Shaka tersenyum seperti biasanya.

"Pagi." jawab ke empatnya serempak.

Shaka menarik kursi si sebelah Rasty, Rasty menoleh dan tersenyum manis ke arah kakaknya itu.

"Abang?"

"Ya?"

"Malam ini ajak Dasta ke rumah ya bang, aku merindukannya." pinta Rasty dengan mata berbinar.

"Ide bagus, mama setuju." sahut bu Marwa menimpali keinginan Rasty.

Shaka mengurungkan niatnya yang ingin sarapan, lelaki itu bangkit berdiri seraya merapikan pakaiannya.

"Aku berangkat ke kantor, sampai nanti." pamit Shaka pada semua orang.

Rasty tampak kecewa dengan Abangnya, Shaka sama sekali tak menjawab baik menyetujui ataupun menolak permintaannya.

Bu Marwa yang mengerti dengan perubahan wajah Rasty pun langsung sigap memenangkannya.

"Sudah jangan sedih, mama yakin pasti abangmu akan membawa Dasta ke rumah malam ini."

"Sungguh ma?" bu Marwa mengangguk.

"Nah, gini dong sayang. Ceria lagi, kamu tahu, ibu hamil gak boleh cemberut. Nanti baby-nya ikut cemberut, mau?"

"Iiihhh, gak mau lah ma." elak Rasty membuat semua orang terkekeh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status