Share

Part 7

Pukul dua dini hari Shaka baru kembali pulang ke rumahnya, Shaka membuka pintu dan memasuki rumah megah itu dalam keadaan yang sudah sangat sunyi. Tentu saja, karena semua orang sudah tertidur pastinya.

Shaka menaiki tangga menuju ke lantai atas, tujuannya saat ini adalah kamarnya yang sekarang sudah di sulap menjadi kamar pengantin. Ia sangat ingin melihat Dasta, apakah wanita itu sudah tertidur? Atau kelelahan menunggunya pulang? 

Shaka mengernyit heran saat ia memutar kenop pintu tapi pintunya tak bisa di buka, di kunci? Tebak Shaka cepat, ia pun merogoh saku celananya dan mengambil kunci cadangan kamar miliknya yang menang selalu ia bawa kemanapun selain kunci mobil.

Cklek...

Shaka membuka pintu kamar dan hal yang pertama kali ia tangkap dalam penglihatannya adalah kegelapan. Mengernyit heran karena lampu kamarnya di matikan. Apa mungkin Dasta yang melakukannya? 

Masuk ke kamar dan langsung mengunci pintunya, Shaka menghidupkan lampu agar kembali terang. Dan ia bisa melihat jelas Dasta yang tertidur pulas di atas ranjang yang selalu ia tiduri. 

Mata Shaka memindai ke segala arah, kamar pengantin yang benar-benar indah. Di dekorasi dengan sangat manis dan romantis, Shaka tahu siapa yang melakukan ini terhadap kamarnya. 

Rasty! Ya, pasti adiknya itu yang begitu antusias melakukan ini.

Shaka terus memperhatikan tubuh Dasta yang tidur nyenyak dengan posisi telentang. Selimut yang menutupi tubuh Dasta tersingkap ke bawah kakinya. Bagaimana mungkin seorang Dasta tidur sebegitu kacaunya? 

Tak mempedulikan keseksian Dasta yang hanya memakai gaun tidur tipis transparan di atas ranjang, tampak lezat dan menggugah selera.

Shaka melangkah mendekati ranjang, merunduk membungkukkan badannya condong ke wajah Dasta hingga kini wajah mereka sejajar. Sengaja Shaka meniupkan angin dari mulutnya menerpa wajah dan rambut Dasta.

Dasta menggeliatkan badannya, kelopak matanya perlahan terbuka. Mengernyit menyesuaikan penglihatannya yang masih mengabur efek kantuk, berbinar bahagia ketika matanya sudah melihat dengan jelas wajah siapa yang ada di depan wajahnya kini.

"Bang Shaka!" seru Dasta bahagia.

Dasta membentangkan kedua tangannya lebar bersiap menerima pelukan Shaka, ia pikir pasti Shaka akan memeluknya dan memberinya kecupan-kecupan mesra di wajah seperti biasanya yang lelaki itu lakukan.

Lama tangan Dasta terbentang tapi Shaka tak kunjung bergerak, lelaki itu hanya menatap Dasta lekat. Dasta mengernyit melihat tatapan suaminya yang sekarang ini terkesan tajam dan dingin, tak seperti tatapan bang Shaka yang seperti biasanya.

"Bang Shaka, kenapa?" pertanyaan yang di lontarkan Dasta.

Rasa takut tiba-tiba menjalari diri Dasta, raut kecemasan juga terlihat di wajahnya. 

Shaka tersenyum sinis ke arah Dasta seraya mendekatkan bibirnya ke bibir Dasta. Tersentak saat merasakan bibir Shaka yang melumat bibirnya. 

Tidak ada bau alkohol dari mulut bang Shaka, berarti dia tidak mabuk. batin Dasta bergejolak. 

Shaka memperdalam ciumannya yang membuat Dasta terbuai, kini kedua tangan Dasta melingkari leher Shaka. Ikut serta membalas ciuman suaminya tak kalah panasnya.

Tiba-tiba Shaka menghentikan ciumannya dan berjalan menjauhi Dasta. Pria itu kini berdiri di kaki ranjang, Dasta memperhatikan setiap gerak tubuh suaminya. 

"Kau ingin malam pertama yang indah bukan?" tanya Shaka berkacak pinggang.

Dasta merona mendengarnya, malu-malu ia menganggukkan kepalanya. 

"Baiklah, aku akan melakukannya bersamamu. Hanya untukmu!" 

Kembali Shaka membungkukkan tubuhnya merunduk ke bawah, Dasta malu saat ini posisi Shaka pas di daerah kakinya. Tangan Shaka terulur menyentuh jari kaki Dasta sampai ke pahanya. Berulang kali ia lakukan dari paha sampai ke jari kakinya, Dasta merasakan sensasi aneh yang terasa enak.

Shaka puas melihat Dasta yang ke enakan dengan sentuhan tangannya. Tersenyum sinis sekaligus mengejek wanita yang kini telah resmi menjadi istrinya.

Istri? Mengingat kata istri kembali membuat Shaka kesal setengah mati. Dan tanpa di duga, Shaka memegang masing-masing kaki ramping Dasta dengan kedua tangannya. Menarik kedua kaki Dasta kuat hingga membuat wanita itu jatuh merosot sekuatnya.

Pinggang dan bokong Dasta pas mendarat ke lantai kamar yang dingin hingga membuat wanita itu jatuh terduduk. Dasta meringis merasakan sakit pada bagian tubuhnya yang menghantam lantai. 

Dasta mendongak menatap tak percaya pada apa yang Shaka lakukan padanya. Lelaki itu kini berdiri menjulang di hadapan Dasta, masih menatap Dasta dengan pandangan yang sama.

"B-bang Shaka, ada apa denganmu?" tanya Dasta terbata.

Shaka menyeringai lebar, berdecih dengan tatapan jijik melihat Dasta.

"Bang-" 

"Diam!" 

Dasta tersentak dengan bentakan Shaka, ini kali pertamanya Shaka membentak dirinya. 

Ada apa sebenarnya ini? Kenapa suaminya bersikap aneh? 

Ya Tuhan! Apa yang telah terjadi? batin Dasta terisak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status