Share

2. Permintaan

"Apa jaminannya?"

Cowok itu berpikir dengan diam, ia mengalihkan atensi pada sepasang kekasih yang tengah bermanja-manja di depannya. Sang cewek dengan manjanya berucap, "Aku mau es krim cake tiramisu yang kayak kemaren pokoknya! Kalo gak dibeliin aku ngambek."

Tanpa pikir panjang Baskara berkata, "Gue kabulin dua permintaan lo setiap seminggu." Dilihatnya Joita mengerutkan alis, tak begitu yakin. Baskara melebarkan mata sembari mencari solusi. Lalu ia berseru, "Apapun! Lo boleh minta apapun!"

Mata Joita semakin mengecil, menandakan bahwa keyakinannya belum level maksimal. "Kalo gue minta ketemu Kekeyi?"

Baskara mengangguk pasti. Kecil.

"Kalo gue minta anak kangguru?"

Baskara mengangguk, lagi. Terpatri jelas senyuman kebanggaan dengan sombongnya.

"Kalo mercedes benz?"

Ia tetap mengangguk, seolah semua yang dikatakan Joita hanyalah masalah kecil yang tak lebih dari kotoran kuku.

"Alah, tipu-tipu lo!" Ia mengibaskan tangan, mengusir kehaluannya yang ingin ternak kangguru.

Baskara menggeleng-geleng. "Nggak, gue ema-"

"Udah, ya, Bas, gak usah halu. Gue sibuk, gak harusnya denger kehaluan lo sekarang." Joita beranjak pergi. Sedangkan Baskara bengong. Baru saja ingin mengejar, Joita lebih dulu berhenti dan berbalik. Direbutnya uang ratusan di tangan Baskara dengar kasar, lalu melanjutkan tujuan sambil berkata, "Dah, orang tampan."

"Gue harus apa biar lo terima?" tanya Baskara lantang.

Tidak terduga, Joi membalas di sela-sela langkahnya, "Besok jemput gue pake mercedes benz!"

Dalam hati Baskara menggerutu, merasa tak yakin akan permintaan Joita kali ini. Akankah dia berhasil mengabulkan permintaan awal si doi?

***

Berkumpul bersama dengan sahabat adalah hal yang sering dijumpai atau bahkan dilakukan, sama halnya dengan gerombolan perawan-perawan ini. Eits, para wanita maksudnya.

"Ngapain tadi, Joi?"

Cewek yang disinggung menengok, ia menatap Bianca sambil mengunyah batagor. "Lo kan liat sendiri tadi gue boker, Ca." 

Bianca merubah raut jadi datar. "Gak nanya lo lagi gue, fix." Ia berbalik, menghadap tembok. Ngambek ceritanya.

Joita bengong, ia mengalih atensi kepada Clara yang tertawa kecil. "Maksudnya tuh lo sama Baskara tadi, Monyet." Ia melempar printilan batagor ke arah Joita.

Joita mendengus setelah tahu maksud pertanyaan Bianca. "Ya mana gue tau, Bego. Pertanyaan lo ambigu, sih." Joita menendang punggung Bianca lumayan keras. Membuat sang empu berbalik sambil mengumpat.

"Then?" tanya Bianca dengan segala kepenasarannya.

Joita menatap Tiara yang masih berkutat dengan kuku terawatnya, sama sekali tak memedulikan percakapan mereka. Kemudian ia baru menjawab, "Ngotot dia."

"Mau macarin lo?" Joi mengangguk sambil memasukkan batagor kesekian kali. Ia lapar, istirahat pertama sama sekali tak ada jeda belajar, guru bahasa indonesia itu tepatnya yang memulai.

Clara menyambung, "Kenapa dia emas berlian serbuk permata pengen macarin orang buluk kayak lo?"

Joita berdecih. "Kata Mama gue dan cermin kesayangan, gue orang tercantik di dunia." Ia mengibas rambutnya.

Bianca mendelik. "Iya Mama lo ngomong gitu?" Joita menangguk-angguk. Membuat bibir Bianca bertambah maju. "Cuma Mama gue doang emang yang bilang anaknya sendiri buruk rupa."

Seseorang yang baru saja datang tiba-tiba menyahut, "Gue juga kok, Ca. Boro-boro cantik, gue malah dikatain buluk kayak sipanse." Wajahnya kecut setelah itu, dia Angel.

Bianca meratapi nasibnya. Tapi tidak apa-apa, walaupun Mamanya julid bin ajaib, soal duit berduit Mamanya punya banyak. Ya ... semua manusia memang berbeda. Mama Joi baik, tapi ekonomi biasa aja. Sedangkan Mama julid Bianca orang yang luar biasa.

"Jangan solimi kamu!" Clara menunjuk-nunjuk Angel karena terlihat sedang menyumpahi sang Mama.

"Gue g—"

"Lo terima?" Tiara meniup kukunya yang baru selesai diasah.

Semuanya diam, menatap satu persatu dari mereka. Masalahnya jalur pembicaraan Tiara susah dimengerti, ambigu tepatnya.

"Sama Baskara."

Mereka semua berwoah serentak.

Joita yang masih mendengar perkataan tadi beralih menatap anak itu, jarang ia menimbrung di percakapan sampah.

"Nggak, lah! Udah gue bilang gue suka sama yang berduit." Ia berkata dengan bodo amat.

"Lah, anjim. Lo pikir si Baskara kagak berduit apa?" tanya Angel dengan nyolot.

Kelopak mata Joi yang lebar semakin lama semakin mengecil, hingga tak terlihat lagi eyelidnya. "Lo tau dari mana, Ngel?"

Alih-alih Angel, Clara menyela, "Denger gosip aja si Angel, tuh. Kayak nggak tau aja lo."

Joi melengos. Ia meneguk minuman bercup, menghiraukan debat antara Angel dan Clara dengan topik sama. Dimasukkannya batagor terakhir ke dalam mulut dengan enteng.

Matanya tak sengaja menangkap Tiara yang juga tengah memandanginya. Alis Joi terangkat sebelah, menjadi kata alternatif kenapa.

Namun, Tiara malah membuang muka. Joita sendiri tidak peduli, ia beranjak pergi membeli snack untuk persiapan kelas berikutnya.

***

Selesai dengan segala wejangan, Joita keluar dari kamar. Beralih ia memasang sepatu. Berhubung sepatunya sepatu bertali, jadi agak rumit. Dan Joita memiliki ikatan tersendiri. Aneh sih, tapi rumit.

Tiba-tiba Mama Joita yang baru datang langsung bertanya, "Ca, cowok ganteng di depan pacar kamu?"

Mata Joita langsung melebar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status