Share

6. Undangan

"Lo peka, ya. Gue akui acting lo bagus."

Alisnya ia naik turunkan, menyombong for life. "Apa sih yang Joi gak bisa?" ujarnya sembari bersedekap. Membuat Baskara mendengkus kecil, menyesal melontar pujian.

"Karena kita udah official, malem minggu kita ngedate, ya. Gak ada penolakan." Ia tak mengalihkan atensi dari ponsel, masih mensearching tempat ngedate yang bagus.

Joi mendelik. "Unofficial mungkin," ucapnya tak terima. Hey, sekaya-kayanya Baskara kalau bukan tipe Joi ya tetap tidak lampu hijau. Dia memang sepemilih itu.

Sementara Baskara mengangguk-angguk tak peduli. Toh semua hanya untuk publisitas, agar cewek-cewek seperti pagi tadi tidak menganggu Baskara lagi. 

Lagipula ngedate yang dimaksud bukan seperti ngedate pada umumnya, paling Baskara dan Joi hanya pergi makan, berfoto, posting, lalu pulang. Tidak ada sentuh-sentuh, tidak boleh!

"Hai, Bas?"

Atensi Joi dan Baskara teralih bersama. Di sana, berdiri seorang gadis berambut panjang lurus dengan semburat malu. Kalau Baskara tak salah ingat, namanya adalah Dania. Mantan Baskara yang ke-15. 

"Ya?" balasnya sambil mengubah duduk ke arah Dania. Sementara Joita hanya diam menyimak.

Gadis itu menggaruk rambutnya malu-malu, membuat Joita gedeg sendiri. "Anu ..., lo gak lupa, kan kalo besok gue ulang tahun?" 

Baskara langsung mengangguk, tapi tidak menjamin ia mengingatnya. "Tentu."

"Bagus, deh. Soal-"

"Intinya aja bisa, gak?" potong Joita dengan wajah kesal. Jijik rasanya melihat gadis sok jaim.

Gadis tadi langsung bergeming, segan sama Joita. Setelahnya dia kembali menghadap Baskara, sang pujaan hati. Tangannya terulur memberi selembar kertas berwarna merah muda dengan ilustrasi bunga aster. "Dateng, ya, Bas!"

Baskara mengangguk-angguk, juga tak memastikan dia akan datang. Setelah dilihat-lihatnya undangan itu, ia tersadar. "Gue pergi sama pacar gue boleh, kan?"

Yang awalnya Joita asyik memakan kacang polong, jadi tersedak karena perkataan cowok itu. Dibalikkannya badan Baskara agar menghadap padanya, lalu bertanya pelan tapi terkesan ngegas, "Kenapa gue?"

Sementara Baskara hanya mengangguk-angguk pelan, seolah mengatakan hal yang seharusnya. Atensinya beralih pada Dania, mengacuhkan Joita yang bak cacing kepanasan. "Jadi bisa, kan?" tanya Baskara mengulang.

Mau tak mau Dania mengangguk, tak bisa menolak permintaan Baskara. "Boleh, kok. Apa aja untuk Baskara." Senyumnya terbentuk dengan sedikit keterpaksaan. Apalagi saat melihat Joita yang melotot. Amit-amit jabang bayik!

"Thanks, Dan. Seperti biasanya, lo baik banget," kata Baskara yang mana membuat Joi berdecih julid.

Tiba-tiba saja Baskara menarik pergelangan Joi, membuat anak itu seperti diseret. "Gue duluan, ya, Dan. Makasih buat undangannya!" Belum saja Dania membalas perkataannya, ia sudah nyeleneng pergi saja. Tak lupa ia tarik Joita.

Jengah diam bak babu, Joi berceletuk, "Enak banget nyeretnya." Tak lupa rolling eyes judes itu.

Ia tak ditanggapi. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan kelas Joi. "Belajar yang rajin, ya, Mbak Pacar." Sebelum pergi, Baskara sempat-sempatnya mengacak pucuk rambut Joi. Membuat gerombolan cewek di koridor itu berteriak iri. Sedangkan Joi hanya diam, sampai Baskara hilang dari pandangannya. Saat ingin masuk kelas, ia dapati pandangan aneh dari sekitar. Langsung saja ia melotot sambil bertanya galak, "Apa lo? Mau gue bully?!"

Otomatis, anak-anak tadi langsung mengalihkan pandang. Bahkan separuh langsung kembali ke kelas masing-masing. Cari mati namanya kalau cari masalah dengan seorang Joita Rastanti!

Setelah ia pastikan tak ada lagi tatapan aneh, Joita masuk ke kelas. Ikut duduk di antara 4 sahabatnya. "Hay, girls!"

Tak ada yang menjawab, kini Joi yang menatap aneh sahabat-sahabatnya. "Kalian pada kenapa, anjir? Sariawan?"

Tak tahan dengan suasana yang semakin aneh, Angel malah balik bertanya, "Lo yang kenapa, Joi?" Ia menarik napas dalam, memendam amarah. "Datang pake mobil mewah, setelahnya bolos mata pelajaran Bu Setan demi ngapel. Waras lo?!"

Bianca meralat, "Bu Syitan." Sementara Clara menahan tawa dengan pura-pura memijit pelipis.

Kaki Joita dinaikkan anteng ke atas meja. "Apa, sih? Alay lo pada." Alisnya dinaikkan berulang kali, menggoda orang di sana.

Tak disangka, Tiara tiba-tiba saja keluar dari kerumunan mereka. Tepatnya ke tempat duduknya, dengan alasan mengerja pekerjaan rumah yang belum selesai. Memang benar jika geng mereka dikatakan nakal, tapi setidaknya ada yang masuk 5 besar, siapa lagi kalau bukan Tiara. Hanya dia yang peduli pada dunia pelajar. Kalau Bianca, Clara, Angel, dan Joi tahunya hanya cowok ganteng dan berduit saja.

"Serius lo pacaran sama Baskara?"

Joi mengangguk. Ia comot kacang polong yang masih ia kantongi.

Clara menutup mulutnya dramatis. Lalu ia mendekat. "Eh ... Joi. Gue sebenernya biasa aja kalo lo pacaran sama Baskara. Demi Alek, kagak apa-apa. Tapi sebelum gue tahu kalo Baskara emang sekaya itu. Astaga, Joi. Apa pesugihan kali, ya, si Baskara?"

Angel memukul jidat Clara keras. "Eh, Bekantan! Omongan lo ngalahin ibu-ibu komplek aja." Ia ikut mendekat. "Lagipula, nih, ya, gue udah bilangin ke lo pada kalo si Baskara itu kaya. Gak percayaan, sih!" Penjelasannya ditutupi dengan kibasan rambut.

"Dih, sotoy lo, Babun!" celetuk Joi ketus.

Membuat Bianca dan Clara tertawa keras, terlebih saat wajah Angel merah kesal.

Setelah itu Bu Jelita masuk, mengisi jam kedua di kelas mereka. Otomatis menjadi penutupan perbincangan remaja-remaja itu. Baskara seolah terlupakan, mereka kini berbondong-bondong menyalin pekerjaan rumah Tiara.

***

Hari ini tepat hari yang tertera di undangan Dania, Rabu. Karena itulah Joita bingung sekarang, akan memakai baju seperti apa. Bukan tentang tak punya baju pesta, tapi terlalu banyak pilihan. Biasa, jika Joi pergi ke pesta ulang tahun temannya, ia hanya memakai baju kasual yang agak nyentrik, membuat kesan simpel tapi cocok. Nah, berhubung ia sama sekali tak kenal Dania dan konsep pestanya, ia bingung harus bagaimana. 

"Udahlah, Ca. Mama capek milih, nih. Pake gamis Mama aja, dah, yang paling simpel." Mama Joi duduk santai di pinggiran kasur.

"Ih apaan? Gak, ya! Dikira ibu-ibu arisan kali."

Kembali ia pilih-pilih jejeran baju nyentrik di lemarinya. Namun, sebuah ide tiba-tiba masuk ke otak tanpa permisi. "Ma, Ica kalo ngadain birthday party pake konsep bikini, ya?" Senyumnya lebar.

Mama Joi berdiri sambil mengangguk. "Setelah itu kamu Mama jual ke Om-Om, mayan hilangin beban," kata sang Mama dengan senyum kemenangan.

Membuat Joi terperangah sebentar. Lalu beralih memukul lengan Mamanya pelan. "Jahat!"

"Sana cepet milih! Kasihan Baskara lama nunggunya."

Lantaran sudah pusing, Joi pasrah mengambil sembarang gantungan gaun. Cepat- cepat ia bersiap, lalu turun menghampiri Baskara yang sudah menunggu sekitar setengah jam.

Dan beginilah Joita sekarang. Sheath dress dua tali berwarna cream muda dan sandal hak kasual legam, serta tas selempang berpadu pas dengan warna dress. Jangan lupakan rambut yang selalu ia cepol sembarang, asal cepolannya terlihat modis. Ingat, tidak berlaku untuk orang yang jarang sisiran.

Penampilan asal-asalan Joi mampu membuat Baskara terperangah kagum, melupakan waktu yang terbuang sia-sia. "Lo bisa cantik juga, ya, Joi?" celetuknya yang entah berarti apa.

Baskara berdiri masih dengan mulut terbuka. Ia mendekati Joi, menatapnya tak henti dari atas sampai bawah. "Gila! Nice banget, Joi!"

 Joi berdecak. Alih-alih baper, ia malah kesal. "Apaan, sih!"

Dilihatnya kemeja putih yang ia kenakan serta celana hitam, lalu dilihat kembali outfit Joi. "Gila, serasi banget kita." Tak dapat disangkal bahwa outfit mereka tampak senada dan cocok.

"Udah, ah, ayo berangkat!"

Baskara mengangguk sambil cengengesan. Tanpa izin, ia merangkul Joita yang hanya sebatas telinga, tentunya dengan bantuan hak sandal. Joita tidak pendek, bahkan di antara sahabatnya ia yang memegang rekor tertinggi. Hanya saja Baskara yang terlalu tinggi untuk ukuran cowok Indonesia.

Lagi-lagi Joi pasrah saat Baskara menyeretnya keluar. Tak lupa ia kunci rumah, berhubung Mama Joi menginap di rumah keluarga saat Joi sedang bersiap-siap tadi.

Betapa terkejutnya Joi ketika menengok dan mendapati motor butut Baskara di pekarangan rumahnya. "Lo becanda, kan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status