Share

8. Pelukan

"Bilang apa?"

Sesudah menyodorkan helm pada sang empu, Joi malah balik bertanya, "Apa?"

Baskara menghela napas. Lalu menggeleng, membiarkan pertanyaannya tadi mengambang tanpa balasan. Ia beranjak menyalakan mesin motor tuanya. Hendak pergi, ia sempat berkata, "Kalo lo ngerasa udah ngerepotin seseorang, minimal ucapin terima kasih. Kecuali lo emang gak tahu terima kasih, sih." Sindiran halus itu menjadi akhir percakapan mereka, karena Baskara menjalankan motornya, berlalu.

Joita yang malas mencerna, memilih masuk saja. Rumah tampak gelap, karena memang Mama Joi belum pulang. Kalau sesuai izinnya pada Joi, kemungkinan besar pulang besok.

Ruangan gelap itu terang kala Joi masuk ke dalam. Bukan otomatis, tapi karena Joi memencet tombolnya.

Setelah mandi dan memakai segala kebutuhan malam seperti biasa, Joi duduk di meja dapur. Memakan sayur mayur yang berada dalam tudung saji.

Asyik bengong, Joi disadarkan oleh notifikasi ponsel. Setelah ia cek, orang yang mengirim pesan adalah Baskara.

Baskara : Buruan post foto tadi!

Membuat Joi rolling eyes. Ia balas sambil malas.

Joi : Lo aja dulu, dih.

Setelahnya Joi kembali memakan sayur, masih di wajannya. Sudah terlalu malas berdiri, lagipula tidak mengurangi kesedapan makanan jika dimakan dengan alas wajan, kan?

Baskara : Lo dulu! Kalo gue dulu ntar kesannya gue yang bucin.

Joi mendelik, dahinya terlipat. Walaupun begitu ia masih membalas pesan Baskara.

Joi : Bawel lo, sat.

Segera ia buka aplikasi sosial media. Lalu mengunggah semua foto yang sempat mereka ambil tadi, itupun karena paksaan Baskara. Katanya biar totalitas peran mereka.

Tanpa caption apapun, 3 foto itu tampak berhasil diunggah di laman akun Joi. Tak ada tagar-tagar alay yang biasa digunakan pengguna baru untuk mendapatkan banyak suka. Sekadar mengikutsertakan akun Baskara di foto itu, tag.

Selesai dirasa, Joi kembali menikmati sayur-sayurnya. Terlebih pada brokoli yang Mama Joi masak tumis. Huh, sedap tak ada lawan. Joi pun sampai menjilati ujung jarinya lantaran rasa luar biasa.

Namun, bunyi notifikasi membuyar suasana indah itu, lagi. Ia ambil kasar ponsel bersampul hitam itu.

Baskara : Lo kenapa ngetag gue, Joita?

Baskara : Kenapa juga gak ada captionnya?

Nafas Joita tertahan sebentar. Segenap hati ia mematikan internetnya, tak peduli dengan bacotan Baskara. Ia lebih memilih sayur-sayur tercinta.

Enak-enak makan sayur, tiba-tiba Joita kepikiran tentang sesuatu. "Mama kalo dirayu terus mau nggak ya adain birthday party konsep bikini buat gue?"

***

Sebenarnya Joi malas keluar rumah malam ini, apalagi waktu sore tadi ia pergi keluyuran dengan Baskara. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada apapun di rumah. Termasuk persediaan snack seminggunya. Mungkin Mama Joi tidak sempat memasakkan lauk lebih sebelum berangkat tadi. Ia juga tidak dalam suasana ingin memakan makanan berat. Kemungkinan ia hanya akan ke supermarket untuk membeli persediaan snack seminggu saja.

Sekitar 14 menit Joi berjalan ke supermarket terdekat. Biasanya sih ke supermarket yang jaraknya kisaran 5 menit. Entah kenapa supermarket itu tutup tanpa alasan. Jadilah Joi jauh-jauh jalan sampai jalan besar.

Saat masuk ke dalam, indra penglihatan Joi mendapati seorang lelaki dengan hoodie hitam dan topi senada. Langkahnya yang menuju ke kiri langsung berubah haluan ke kanan, menghindari lelaki itu.

Dia adalah Antakali, anak tongkrongan sekolah sebelah yang dulu sering berkumpul dengan geng Joita. Yup, dia adalah mantan Joi, lelaki yang pernah ia sebut pernah tidur bersamanya.

Bukannya gagal move on atau bagaimana, Joi hanya tidak memiliki suasana hati berbicara dengan sang mantan termeresahkan itu. Syukur-syukur akhir-akhir ini hilang kontak, eh sekarang malah dipertemukan kembali.

"Malam, Joi." Tangan yang hendak menggapai sereal cokelat itu langsung terdiam. Detik kemudian ia mengambil dan memasukkan ke keranjang, lalu mendorongnya seperti biasa. Tidak menghiraukan sapaan tadi tentunya.

"Selain ngegambar, lo juga hobi ngeghosting?" Dia mengekor.

Decakan halus keluar dari bibir Joita. Ia berkata pelan, "Enyah lo." Kaki dan tangannya terus bergerak sesuai kebutuhan yang diperlukan, walaupun hatinya tidak.

Bukannya marah dan pergi, Antakali malah tertawa. "Joita banget," ucapnya.

Ia rolling eyes lalu beranjak ke kasir dan membayar. Setelahnya keluar dengan masih tak mengindahkan kehadiran Antakali yang terus mengekor.

"I have a great news, Ta!"

"How great?"

"Ada pendonor buat Ayah."

Langkah Joita terhenti. Ia berbalik dan mendongak menatap Antakali. "For real?" tanyanya sedikit tak percaya. Soalnya Antakali dan kebohongannya itu tidak bisa lepas ataupun menjauh. Wajar saja jika selama ini kata-kata Antakali hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri buat Joi 

"Iya, seriusan."

Bibir cewek itu melengkung lebar. Tak bisa ia pungkiri bahwa ia sangat senang atas berita yang dibawa Antakali. Juga tentang betapa dekatnya ia dan keluarga Antakali sebelum konflik hubungan tak jelas waktu itu.

Senyum dan mata berair Antakali begitu haru. Cewek itu menggapai leher Antakali dan memeluknya erat. Melupakan plastik makanan yang terjatuh ke lantai. Perasaan bahagianya langsung mematahkan ego tentang Antakali yang tidak berhati baik. "Syukur banget, Ta!"

Nyatanya, sampai rumah Joi langsung mengutuk diri. Bayangkan saja seorang Joita yang bernotabene membenci Antakali tapi malah memeluknya. Betapa memalukan.

Tatapan Joita mengarah pada plastik yang menganggur di atas meja. Beranjak ke sana lalu mengambil sebuah es krim. Benar saja, semuanya mencair.

Dengan malas ia masukkan semua makanan dan minuman dingin ke lemari es. Lalu sisanya ia taruh di rak gantung. Tak lupa beberapa snack ia ambil untuk dimakan di ruang tengah.

Setelah duduk di sofa dan menyalakan televisi, ponselnya beberapa kali berbunyi. Jadilah siaran televisi yang terpampang lebar diacuhkan, memilih melihat pesan yang mengambang di kunci layar.

Baskara : Lo sendirian?

Joita mengernyit, anak itu tahu dari mana bahwa Joi sendirian? 

Joi : Kenapa?

Baskara : Gue liat mama lo di luar.

Ia menggumam, hampir saja Joi kira Baskara menguntitnya. Kan seram.

Pesan Baksara yang telah ia baca dibiarkan saja. Beralih pada grup yang bernama 'Rasa Jagung Bakar'. Entahlah, kemungkinan besar Bianca yang mengubah, karena memang seringnya seperti itu.

Angel : Bar kuy!

Clara : Najong ngapel lo, sat.

Bianca : Diam, katamu terlalu kasar, Bekantan!

Tiara : Gawaras.

Angel : Gak, anjir. Dia dah resign.

Clara : Kek bahasa lo paling suci aja, Ca.

Tiara : Kuy lah ke bar!

Clara : Yaudah skuy lah. Kapan lagi ngumpul?

Tiara : Lo ikut, Joi?

Joita memejamkan mata. Sebenarnya agak malas ia keluar-keluar. Tapi kapan lagi ia keluar dengan teman-temannya saat Mama pergi? Emas sekali, bukan?

Joi : Gue Join.

Tepat pukul 11 malam, Joi dan kawan-kawan sampai di tujuan. Semuanya berpakaian ketat, kecuali Joita. Anak itu tidak berpakaian seperti biasa saat akan ke bar, seringnya sih dress kasual sepaha. Sekarang hanya rok pendek dan jaket kulit.

Mereka masuk dan langsung mengambil duduk. Memesan minuman lalu berbincang-bincang kecil. Seperti yang semua orang duga, Angel berbohong. Memang sudah niatnya ke bar untuk bertemu si doi. Resign hanyalah alasan agar kawan-kawan tak menggodanya. Lihatlah anak itu di dinding pojok, entah sudah sampai mana kegiatan mereka.

Setelah menelan habis minumannya, Joi berpamitan ke toilet. Seingatnya ia banyak meminum minuman manis saat di rumah tadi. Berkutat lama di toilet yang mana berdandan mendominasi membuat Joita menghabiskan banyak waktu. Ia keluar toilet sambil merapikan roknya.

"Joi?"

Matanya menyipit, menatap Baskara yang datang dengan agak sempoyongan. Tak disangka-sangka, anak yang 5 waktunya lengkap seperti Baskara bisa datang ke tempat seperti ini.

Baskara tersenyum. Ia mendekat dengan senyum lebar. Dikunci keberadaan Joi dengan menumpu kedua tangannya di kedua sisi. Senyum lebar itu tambah jelas di kedekatan. Nafasnya bahkan menerpa kuat wajah Joita.

Seperti dugaan, Baskara mabuk. Terbukti dengan beraninya ia mencium bibir Joita. Yang mana cewek itu sangat kaget dan tak percaya. Seperti ... yang benar saja?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status