Share

5. Sisi Lain Hana

Hana mengikuti langkah Sean dan langsung di sambut oleh Raina di depan pintu. Raina langsung memeluk kaki Hana melepaskan kerinduannya pada kakak angkatnya tersebut.

Hana menjauhkan tubuh Raina dari kakinya dan merasakan jika tubuh gadis kecil itu bergetar. Kemudian Hana berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan gadis manisnya. Hana membelalakkan mata mengetahui Raina sedang menangis. Di hapusnya jejak air mata yang mengalir di pipi chuby Raina.

"Raina kenapa nangis?" tanyanya langsung lalu merengkuh tubuh Raina ke dalam pelukannya. Ia tidak bisa melihat adik kecilnya ini menangis.

"Rindu kak Ha... Hana." ucap Raina di sela tangisannya.

Jika mempunyai waktu senggang Hana memang akan menyempatkan diri berkunjung ke Day Care. Namun satu minggu kemarin ia benar-benar tidak bisa karena Bundanya sedang sakit dan dirinya sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah.

Hana mengenal Raina empat tahun yang lalu saat ia ikut Citra ke Day Care ini. Citra selalu mendonasikan uang untuk anak-anak yang terlantar. Waktu itu umur Raina dua tahun, bahkan ia di temukan dua hari sebelum kedatangan Citra dan Hana ke Day Care. Nama Raina, Hana sendiri yang memberikannya. Ia langsung jatuh hati ketika melihat Raina yang menggemaskan. Pernah suatu hari Hana meminta pada Citra untuk mengadopsi Raina. Tapi usulan itu di tolak secara halus oleh Citra. Bukan karena ia tidak ingin, tetapi ia berpikir nantinya Raina tidak terawat dengan baik. Sebab, ia sibuk dengan pekerjaannya lalu Hana dan Azka mereka harus bersekolah.

"Maafkan kak Hana yah." Hana mengusap punggung Raina bermaksud untuk meredakan tangisnya. Raina melepas pelukannya dan mengangguk mengerucutkan bibirnya.

"Kalo gitu senyum dong. Kan Raina nggak imut lagi kalo cemberut gitu." Hana mencubit kedua pipi Raina dengan gemas.

Setelah Hana melepas tangannya dari pipi Raina. Raina langsung tersenyum lebar menampakkan giginya.

"Ishhh adik kak Hana kok ngegemesin. Ya udah yuk masuk." Hana menggandeng tangan Raina masuk ke dalam Day Care.

Hal itupun tak luput dari perhatian Sean. Dengan sifat Hana yang seperti itu, membuat Sean semakin memiliki rasa sayang yang kuat pada Hana.

Hari ini merupakan hari yang paling menyenangkan untuk Sean. Bagaimana tidak, seharian ini yang menjadi pemandangannya adalah senyum yang terus mengembang di bibir Hana. Melihat bagaimana Hana sangat menyayangi anak-anak di sini. Hana dengan sabarnya membantu mereka belajar, menemani mereka bermain, bernyanyi, membuatkan cemilan sehat bahkan menidurkan mereka. Hana sudah seperti ibu bagi mereka.

"Capek ya." Sean memasang sabuk pengamannya lalu menatap Hana yang sedang sandaran di kursi penumpang sambil memejamkan mata.

"Iya. Tapi itu menyenangkan." Hana berucap masih memejamkan mata.

"Ya udah, lo tidur aja dulu. Nanti kalo udah sampai rumah lo gue bangunin."

Hana menanggapi dengan anggukan. Sean kemudian menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankannya keluar parkiran menuju rumah Hana.

***

"Minggu depan sepupu gue bakal pindah ke sini." Syafa meletakkan kacamata baca dan bukunya di atas meja lalu duduk di sisi ranjang.

Hana yang sibuk dengan ponselnya langsung mendongakkan kepala tanda tidak mengerti maksud Syafa.

Syafa menghela nafas sejenak. "Sepupu gue yang tempo hari gue ceritain ke lo itu mau pindah ke sini. Alias dia bakal netap di rumah gue untuk beberapa waktu."

Hana menganggukkan kepala mengerti. "Yang pacarnya Ashila itu yah."

"Gue nggak ngerestuin mereka yah!" sela Syafa.

Ponsel Hana bergetar tanda ada pesan masuk.

Abang Azka : Udah makan dek?

Hana menghela nafas sejenak, berpikir jika Abangnya punya maksud terselubung dari pesannya ini. "Iya tau gue. Terus kenapa lo jadi gelisah gitu?" Hana kembali menatap ponselnya untuk membalas pesan Azka.

Me : Udah Abang😒

"Yah gimana ya. Sepupu gue itu juga bakal sekolah disini, di sekolah yang sama ama kita." Jelas Syafa. 

"Lalu?" Hana menatap Syafa dengan keheranan. "Lah, itu baguskan?" lanjutnya.

"Apanya yang bagus Hana. Yang ada mah mereka nanti makin deket. Akhhh pokoknya nggak boleh, ini nggak boleh di biarin." Syafa mengambil bantal di sebelahnya lalu diremasnya dengan kuat seakan-akan itu adalah Ashila.

Hana menggelengkan kepala dan kembali menatap ponselnya.

Abang Azka : muka Adek kok gitu amat.

Abang Azka : lama banget sih balasnya. 

Me : Abang itu bukan muka, tapi emoji. Sorry adek lama balas tadi, soalnya denger Syafa curhat dulu.😉

Me : bukannya Abang sibuk?

Hari ini memang Hana menginap di rumah Syafa karena Bunda dan Abangnya sedang berpergian dalam urusan pekerjaan.

Abang Azka : Syafa curhat apa?

Hana mendengus karena pertanyaannya tidak di jawab. Sedangkan Syafa kini beranjak dari ranjang menuju rak untuk menyusun buku-bukunya.

Me : Abang kepo😏

Abang Azka : biarin😓

Me : Syafa curhat tentang cowok.

Hana tidak bohong tentang ini. Syafa memang curhat tentang cowok. Sepupunyakan cowok. Namun Hana merasa bersalah, mungkin saja Abangnya akan patah hati. Hana kemudian mengetikkan kembali pesan pada Azka.

Me : Sepupunya yang cowok.

Abang Azka : Ya udah😆 kalo gitu salam Abang ke Syafa.

Me : Siip👍

Hana kemudian melihat Syafa yang sedang merapikan buku di rak bukunya. "Fa. Abang gue nitip salam."

Entah bagaimana reaksi kaget Syafa sampai buku-buku yang ia susun tadi langsung jatuh berhamburan di lantai.

Hana berdecak lalu berdiri untuk membantu Syafa membereskan kekacauan yang terjadi. Di tumpuk-tumpukkannya buku tersebut kembali lalu meletakkannya di rak. "Lo kenapa?"

"Hah. Gue nggak kenapa-napa." Elak Syafa yang kini menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Abang gue nitip salam ama lo." Hana merapikan susunan buku tersebut agar letaknya terlihat bagus. Kemudian dia tak sengaja melihat sebuah photo yang terselip di salah satu buku Syafa.

"Iya." Syafa menjawab salam dari Azka.

Hana senyum-senyum sendiri memandangi photo tersebut. "Lo belum move on yah dari Abang Azka?"

Syafa yang mendengarkan perkataan Hana itu langsung membelalakkan mata. "Siapa bilang?!" bantahnya seperti tidak terima.

"Lalu ini apa?" Hana menunjukkan photo yang tadi di dapatnya.

Syafa otomatis kaget bukan kepalang. 

’Bagaimana bisa photo itu ada disana?’ batin Syafa.

"Balikin nggak!" Syafa berusaha mengambil photo itu dari tangan Hana.

Hana tertawa sebelum berlari untuk menghindari Syafa. 

"Hana. Ish balikin!" Syafa mengejar Hana yang masih terus saja berlari mengelilingi kamar Syafa.

Entah sudah berapa lama mereka berlari, keduanya pun lelah. Syafa lebih dulu merebahkan dirinya di ranjang lalu diikuti Hana.

"Pantes pelajaran olahraga gue nilainya cetek semua. Lari begini aja gue nggak kuat." ucap Syafa dengan ngos-ngosan.

"Sama. Nih." Hana menyerahkan photo Syafa dan Azka yang sedang berangkulan itu pada empunya.

"Jangan bilang-bilang Azka yah Na." ada nada memohon yang di ucapkan Syafa di sana.

Hana menatap Syafa lalu tersenyum. "Lo tenang aja. Rahasia lo aman ama gue."

Syafa mengangguk kemudian menatap photo yang di ambil waktu SMA itu. Waktu di mana hubungannya dengan Azka baik-baik saja.

Hana berpikir bahwa Syafa memang belum bisa melupakan Abangnya, begitupun juga dengan Azka. Dan Hana berharap mereka bisa kembali seperti dulu lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status