"Assalamu'alaikum, kakak pulang!" ucap seorang pria begitu membuka pintu rumahnya.
"Wa'alaikumsalam." jawab Tisha senang karena akhirnya sang kakak pulang.
"Apa Sekar sudah pulang sayang?" Tisha mengangguk.
"Barusan saja pulang kak."
"Apa kau sudah makan malam?" Tisha mengangguk lagi.
"Baiklah, kalau begitu kakak mau mandi dulu, gerah banget soalnya." Gavin melangkah ke kamar mandi.
Tisha kembali duduk di ruang tamu, menunggu kakaknya selesai mandi.
Tak berapa lama kemudian Gavin selesai mandi dan sudah memakai pakaiannya, ia menghampiri sang adik dan memeluk pinggang rampingnya.
Ia kecup rambutnya yang sangat wangi, aromanya membuat Gavin kecanduan untuk mencium rambut adiknya.
"Kakak lapar sayang." aduh Gavin.
"Sebaiknya kakak makan malam dulu." usulnya yang di angguki Gavin.
"Ya sudah, kakak makan dulu ya cantik." Tisha mengangguk.
Selesai makan Gavin melihat adiknya yang tertidur di sofa ruang tamu, dengan cepat ia menggendong adiknya masuk ke dalam kamar. di letakkannya dengan lembut Tisha ke ranjang, seakan Tisha itu sebuah kaca yang takut pecah apabila Gavin meletakkannya kuat.
Ia selimuti tubuh adiknya, di kecupnya lama kening Tisha. setelahnya ia keluar dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.
*********
"Tisha, kau tunggu disini saja ya sayang." ucap Gavin menyuruh adiknya tetap duduk menunggu dia siap olahraga.
"Iya kak."
Tisha duduk dengan diam di sebuah bangku taman, Gavin awalnya menolak Tisha untuk ikut dengannya, tapi ia tetap bersikukuh untuk ikut, mau gak mau Gavin pun menurutinya.
Tiba-tiba saja seseorang terjatuh di hadapan Tisha, membuat Tisha kaget ketakutan.
"Siapa kau?" tanya Tisha memegang erat tongkatnya.
"Maaf nona, aku tidak sengaja tersandung kakimu." ucapnya membela diri.
"Tunggu dulu, apa kau buta?" tanya orang itu yang ternyata seorang pria.
Tisha semakin ketakutan dan bangkit, ia berusaha berjalan menggunakan tongkatnya. meskipun beberapa kali ia terjatuh karena tidak fokus, terlebih tangannya sangat gemetaran.
Seseorang yang menabrak Tisha tadi masuk ke dalam mobil mewah. "Apakah benar gadis itu buta?" tanya pria yang duduk di sebelah supir.
"Iya Tuan, gadis itu buta!"
Pria yang di panggil Tuan itu memejamkan matanya, setelah mendengar kenyataan bahwa gadis yang ia tabrak 5 tahun lalu ternyata buta.
"Aku sudah terlalu jahat melakukan ini semua." gumamnya lirih.
"Jalankan mobilnya!" perintahnya pada sang supir yang langsung di patuhi.
Tisha terus berjalan tak tentu arah karena rasa panik yang melanda, sekali lagi ia jatuh tersungkur membuat lututnya berdarah. ia menangis meratapi dirinya yang terlalu lemah.
Orang-orang yang berlalu lalang hanya melihat Tisha begitu saja, tanpa ada yang berniat untuk sekedar membantunya.
Gavin yang telah selesai dari lari paginya, panik saat melihat Tisha tidak ada di bangku yang sebelumnya dia suruh.
"Kemana adikku?" gumamnya panik.
Gavin mencari Tisha sambil terus memanggil-manggil namanya, ia terus mencari sampai matanya menangkap sosok wanita yang duduk di tepi jalan, wanita itu menundukkan kepalanya saat dua orang wanita yang berdiri di depannya mengatakan sesuatu.
"Mbak, kalau buta sebaiknya di rumah saja. jangan keluyuran di jalanan begini, bikin repot orang saja, kalau mbak ketabrak gimana?" ucap seorang wanita pada Tisha.
Gavin yang melihat itu pun emosi, adiknya kesayangannya di marahin orang lain.
"Jawab dong mbak!" bentak wanita satu lagi membuat Tisha tersentak.
"Jangan marahin adik saya!" teriak Gavin marah.
Kedua wanita tersebut menoleh ke arah Gavin, Gavin berjongkok memegang tangan adiknya untuk bangun agar berdiri.
Merasa kakaknya ada disini membuat senyum ceria Tisha terbit, ia meremas genggaman tangan kakaknya. menyalurkan rasa takutnya pada sang kakak.
"Adik saya memang buta, tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya saja menghinanya." jelas Gavin.
"Mas kalau punya adik yang buta itu seharusnya di jagain, bukannya ngebiarin adiknya keluyuran begini."
"Mas tau gak, adik mas ini hampir aja di tabrak mobil." omel kedua wanita itu.
Gavin yang mendengar itu pun merasa tercubit hatinya, ia lirik adiknya yang semakin menunduk ketakutan, juga remasan pada tangannya yang semakin kuat.
"Maafkan saya ibu-ibu, saya lalai dalam menjaga adik saya, sekali lagi maafin saya." ucap Gavin akhirnya meminta maaf.
"Yaudah deh mas gak apa-apa."
"Kami juga minta maaf ya mas, karena tadi udah bentak-bentak adik masnya. maafin ya neng!" setelah mengatakan itu, kedua wanita tersebut pergi.
Gavin membalikkan badannya menghadap Tisha, ia angkat dagu Tisha agar tidak menunduk.
"Tisha mau kemana emangnya?" tanya Gavin lembut.
"Maafin Tisha kak, tadi ada orang yang mengganggu Tisha." ucapnya menjelaskan.
"Maksudnya?" Gavin mengerutkan dahinya bingung.
"Ada seorang pria yang tiba-tiba jatuh di hadapan Tisha di bangku taman tadi."
Gavin menghela napasnya dan tak sengaja matanya melihat lutut Tisha yang berdarah.
"Kenapa dengan lutut mu?"
"Tadi jatuh kak saat berjalan."
Tanpa banyak bertanya lagi Gavin menggendong tubuhnya, Tisha reflek mengalungkan kedua tangannya di leher Gavin, setelah sebelumnya meraba-raba dimana letak leher sang kakak.
Jantung Tisha berdetak kencang, ada perasaan aneh yang hadir saat dirinya berdekatan dengan sang kakak, perasaan seperti nyaman dan hangat.
Gavin menghentikan langkahnya saat Tisha meraba-raba wajahnya. mulai dari mata, hidung, pipi, terakhir bibir dan dagu lalu kembali ke hidungnya.
"Kau memiliki hidung yang mancung kak." ucapnya masih meraba-raba.
Tisha meneteskan air matanya, membuat Gavin menatap sedih ke arahnya.
"Aku penasaran dengan wajah kakak ku yang sekarang! aku ingin sekali melihat wajahmu lagi kak." ungkapnya sedih.
Gavin pun tak kuasa menahan air matanya. "suatu saat nanti kau pasti akan melihat wajahku lagi, tak hanya itu kau juga akan melihat indahnya dunia." ucap Gavin memberi semangat.
Tisha terkekeh pelan. "ah, aku sudah tidak sabar menunggu waktu itu akan datang kak."
Di kecupnya ringan bibir sang adik, hanya sapuan kecupan ringan namun mampu membuat Tisha mengerjapkan matanya, serta membuat detak jantungnya berdetak semakin kencang.
"Bersabarlah sampai menunggu saat itu sayang." lirih Gavin berbisik mesra di telinga Tisha.
Tisha meraba-raba bibirnya sendiri yang di kecup sang kakak tadi pagi, masih terasa bagaimana rasanya saat Gavin mengecup bibirnya dengan lembut.Ia menggelengkan kepalanya kuat seraya menghilangkan segala pikiran mengenai perasannya pada sang kakak. "Ini tidak benar!" gumamnya."Apanya yang tidak benar cantik?" tanya Sekar heran melihat Tisha."Hah? ah tidak ada apa-apa Sekar.""Kau yakin? lalu kenapa kau geleng-geleng kepala?" Sekar masih penasaran."Itu karena kepala ku agak sedikit pusing." ucap Tisha berbohong."Astaga! kenapa tidak bilang jika kau sakit? ya sudah sini ku bantu untuk istirahat." Sekar membantu Tisha baringan di ranjangnya.Setelah Sekar keluar dari kamarnya, kembali Tisha meraba bibirnya dan tersenyum, entah kenapa ia begitu bahagia saat kakaknya bersikap manis dan lembut padanya."Apakah mungkin ini yang namanya perasaan cinta? lalu rasa cinta yang seperti apa?" batin Tisha bingung.Tak lama Tisha pun m
"Pagi!" sapa Sekar saat masuk ke dalam rumah Gavin dan Tisha."Pagi juga sekar, bagaimana keadaan mu? sudah lebih baikan?" tanya Gavin begitu perhatian."Sudah lumayan agak mendingan Gav." jawab Sekar."Syukurlah kalau begitu." ucap Gavin tersenyum."Emm, Gav...." panggil Sekar menggantungkan kalimatnya."Iya? kenapa Sekar?" tanya Gavin penasaran.Ragu-ragu Sekar ingin mengatakannya, takut jika Gavin marah dan menolak keinginannya."Hari ini sebenarnya aku ingin pergi bersama keluargaku!" kata Sekar."Lalu?" "Bagaimana jika aku membawa serta Tisha bersama ku, hitung-hitung sekalian aku menjaganya, daripada kau harus cuti kan?" usul Sekar.Gavin tampak berpikir. "intinya, sebenarnya kau ingin pergi dan tidak bisa menjaga Tisha. begitu kan?" tanya balik Gavin."Ya awalnya sih gitu, tapi setelah aku pikir-pikir tidak ada salahnya juga aku membawanya pergi bersama ku dan keluarga ku." "Tapi itu sih, terserah kau saja Gav!" ucap
Seorang pemuda tengah menatap foto seorang wanita cantik, wanita itu tersenyum memandang ke arah lain, bukan ke arah kamera.Ia usap foto itu dengan lembut dan ia kecup dengan sayang, seakan-akan foto itu wujud asli sosok wanita tersebut."Kau sangat cantik disini sayang." gumamnya pada foto tersebut.Ia menaruh kembali foto itu di atas nakas samping tempat tidurnya, ia bangkit dan membuka seluruh pakaiannya.Setelahnya ia masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. mandi di bawah shower telanjang bulat, membuatnya terlihat seksi dari belakang dengan tubuh yang sangat di idolakan banyak wanita.Tak butuh waktu berapa lama untuknya mandi, ia langsung mengenakan pakaian bersihnya. berjalan keluar menuju ruang makan, di sana terlihat orang tuanya yang sudah menunggu kehadirannya."Ayo sayang kita makan malam!" ajak ibu pemuda itu.Pemuda itu
Tisha masih terengah-engah dengan ciuman kakaknya, ia merasa kehilangan saat kakaknya menghentikan ciumannya."Kakak...." rengek Tisha.Entah kenapa Tisha seakan lupa ingatan jika yang menciumnya adalah kakaknya sendiri, Gavin semakin sulit mengendalikan dirinya yang tengah di ambang batas kesadarannya."Tisha, k-kau katanya ingin mandi kan? ayo kakak antarkan ke kamar mandi."Gavin mendekat dan menarik pelan tubuh adiknya agar berdiri, ia antar sampai ke kamar mandi."Mandilah!" perintahnya dan mulai berjalan keluar."Kakak, kenapa kau mencium ku?" pertanyaan Tisha menghentikan langkah Gavin."Dan kenapa kakak juga menghentikan ciuman kita, kau tau kak! aku sangat suka saat kakak menciumku, aku sangat menikmatinya." ucap Tisha sedikit mendesah di akhir kalimatnya.Gavin hanya diam mendengarkan ucapan adiknya, ia bingung ingin mengatakan apa.
Happy reading!"Ini bayaran buat Lo berdua." ucap seorang pemuda memberikan lembaran uang merah yang sangat banyak pada dua orang preman."Sipp, terima kasih bos." ucap preman tersebut mencium uang itu."Tapi bos, bos mukulnya kuat banget, sakit beneran ini!" salah satu preman menunjukkan wajahnya yang lebam akibat pukulan kuat pemuda tersebut."Tapi bayarannya setimpal kan?" alis pemuda itu terangkat."Setimpal kok bos, lain kali kalau butuh bantuan, panggil kita aja ya bos." Fikar tersenyum mengangguk.Setelahnya kedua preman tersebut pergi, Fikar tampak tersenyum puas dengan rencananya hari ini, awal mula dia akan mendekati gadis cantiknya.Fikar menghayalkan wajah Tisha, wajah cantik nan pesona yang sangat menggoda Fikar. tapi selain itu, ada maksud tujuan tertentu lainnya, selain ingin mendapatka
"Aaahhh Gav." rintih Sekar merasakan perih karena Gavin meremas dadanya kuat."Bukankah ini yang kau mau hm?" tanya Gavin menggertakkan giginya geram melihat Sekar."Awwhh! ku mohon pelan-pelan." pinta Sekar lagi.Dengan posisi berdiri menyudutkan punggung Sekar ke dinding tembok, Gavin menyeringai menatap Sekar.Sangat kasar Gavin melumat bibir Sekar, di gigitnya kuat bibir bawah Sekar hingga mengeluarkan darah Segar.Bukannya megap-megap keenakan, Sekar malah megap-megap meringis kesakitan, sungguh tidak ada kelembutan dari Gavin padanya.Di cengkram kuat kedua bahu Sekar. "kau ingin bercinta denganku kan?" Sekar mengangguk."Apakah kau juga ingin vagina mu ini di masuki oleh milikku hah!" desis Gavin di depan wajahnya.Lagi-lagi Sekar mengangguk sambil menitikkan air matanya, satu kata yang tergambar saat ini pada Sekar. memalukan!
Gavin menyelimuti tubuh polos Tisha, tampak raut kelelahan dari wajahnya. ia kecup kening sang adik dengan sayang, setelah itu ia bangkit untuk membersihkan tubuhnya.Kalian pasti berpikir jika mereka berdua sudah berhubungan intim bukan? tapi kenyataannya tidak!Gavin memang melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuh Tisha, ia cumbu semua tubuh adiknya habis-habisan. sangking bernafsunya membuat tubuh Tisha memiliki banyak tanda hasil perbuatan Gavin, terlebih di bagian leher dan dada, semua tak luput dari perhatian Gavin.Dan untuk pertama kalinya Gavin menjadi pria brengsek sekaligus kakak yang tidak tau diri, karena dengan lancang dan gairahnya yang tersulut. ia melebarkan paha adiknya hingga terpampang lah milik adiknya yang indah, ia cumbu dengan semangat sampai Tisha menjerit nikmat mendapatkan orgasmenya, yang langsung Gavin hisap habis.Setelahnya Tisha kelelahan dan tertidur, Gavin tersenyum meli
"Sekar? kaukah itu?" panggil Tisha."Cantik, iya ini aku."Tisha berjalan dengan pelan ke ranjang milik kakaknya, saat dekat Sekar langsung meraih tangan Tisha."Apakah tadi malam kau menginap disini?""Iya cantik, Gavin yang menyuruhku menginap." bohong Sekar."Benarkah?""Iya.""Kenapa aku tadi mendengar kau menangis?" tanya Tisha."Ah itu, aku tidak menangis, aku tadi bersenandung, mungkin saja terdengar seperti menangis." bohong Sekar lagi."Justru aku sangat bahagia cantik, apa kau tau?""Apa itu?""Gavin kakakmu, menyatakan cinta padaku, dia juga yang menyuruhku menginap di rumahnya."Deg.Ucapan Sekar bagaikan petir di pagi hari, hati Tisha perih mendengarnya."Dan dia juga sangat bersikap manis padaku, ah