Share

Part 2

"Assalamu'alaikum, kakak pulang!" ucap seorang pria begitu membuka pintu rumahnya.

"Wa'alaikumsalam." jawab Tisha senang karena akhirnya sang kakak pulang.

"Apa Sekar sudah pulang sayang?" Tisha mengangguk.

"Barusan saja pulang kak."

"Apa kau sudah makan malam?" Tisha mengangguk lagi.

"Baiklah, kalau begitu kakak mau mandi dulu, gerah banget soalnya." Gavin melangkah ke kamar mandi.

Tisha kembali duduk di ruang tamu, menunggu kakaknya selesai mandi.

Tak berapa lama kemudian Gavin selesai mandi dan sudah memakai pakaiannya, ia menghampiri sang adik dan memeluk pinggang rampingnya.

Ia kecup rambutnya yang sangat wangi, aromanya membuat Gavin kecanduan untuk mencium rambut adiknya.

"Kakak lapar sayang." aduh Gavin.

"Sebaiknya kakak makan malam dulu." usulnya yang di angguki Gavin.

"Ya sudah, kakak makan dulu ya cantik." Tisha mengangguk.

Selesai makan Gavin melihat adiknya yang tertidur di sofa ruang tamu, dengan cepat ia menggendong adiknya masuk ke dalam kamar. di letakkannya dengan lembut Tisha ke ranjang, seakan Tisha itu sebuah kaca yang takut pecah apabila Gavin meletakkannya kuat.

Ia selimuti tubuh adiknya, di kecupnya lama kening Tisha. setelahnya ia keluar dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

*********

"Tisha, kau tunggu disini saja ya sayang." ucap Gavin menyuruh adiknya tetap duduk menunggu dia siap olahraga.

"Iya kak." 

Tisha duduk dengan diam di sebuah bangku taman, Gavin awalnya menolak Tisha untuk ikut dengannya, tapi ia tetap bersikukuh untuk ikut, mau gak mau Gavin pun menurutinya.

Tiba-tiba saja seseorang terjatuh di hadapan Tisha, membuat Tisha kaget ketakutan. 

"Siapa kau?" tanya Tisha memegang erat tongkatnya.

"Maaf nona, aku tidak sengaja tersandung kakimu." ucapnya membela diri.

"Tunggu dulu, apa kau buta?" tanya orang itu yang ternyata seorang pria.

Tisha semakin ketakutan dan bangkit, ia berusaha berjalan menggunakan tongkatnya. meskipun beberapa kali ia terjatuh karena tidak fokus, terlebih tangannya sangat gemetaran.

Seseorang yang menabrak Tisha tadi masuk ke dalam mobil mewah. "Apakah benar gadis itu buta?" tanya pria yang duduk di sebelah supir.

"Iya Tuan, gadis itu buta!" 

Pria yang di panggil Tuan itu memejamkan matanya, setelah mendengar kenyataan bahwa gadis yang ia tabrak 5 tahun lalu ternyata buta.

"Aku sudah terlalu jahat melakukan ini semua." gumamnya lirih.

"Jalankan mobilnya!" perintahnya pada sang supir yang langsung di patuhi.

Tisha terus berjalan tak tentu arah karena rasa panik yang melanda, sekali lagi ia jatuh tersungkur membuat lututnya berdarah. ia menangis meratapi dirinya yang terlalu lemah.

Orang-orang yang berlalu lalang hanya melihat Tisha begitu saja, tanpa ada yang berniat untuk sekedar membantunya.

Gavin yang telah selesai dari lari paginya, panik saat melihat Tisha tidak ada di bangku yang sebelumnya dia suruh. 

"Kemana adikku?" gumamnya panik.

Gavin mencari Tisha sambil terus memanggil-manggil namanya, ia terus mencari sampai matanya menangkap sosok wanita yang duduk di tepi jalan, wanita itu menundukkan kepalanya saat dua orang wanita yang berdiri di depannya mengatakan sesuatu.

"Mbak, kalau buta sebaiknya di rumah saja. jangan keluyuran di jalanan begini, bikin repot orang saja, kalau mbak ketabrak gimana?" ucap seorang wanita pada Tisha.

Gavin yang melihat itu pun emosi, adiknya kesayangannya di marahin orang lain. 

"Jawab dong mbak!" bentak wanita satu lagi membuat Tisha tersentak.

"Jangan marahin adik saya!" teriak Gavin marah.

Kedua wanita tersebut menoleh ke arah Gavin, Gavin berjongkok memegang tangan adiknya untuk bangun agar berdiri.

Merasa kakaknya ada disini membuat senyum ceria Tisha terbit, ia meremas genggaman tangan kakaknya. menyalurkan rasa takutnya pada sang kakak.

"Adik saya memang buta, tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya saja menghinanya." jelas Gavin.

"Mas kalau punya adik yang buta itu seharusnya di jagain, bukannya ngebiarin adiknya keluyuran begini." 

"Mas tau gak, adik mas ini hampir aja di tabrak mobil." omel kedua wanita itu.

Gavin yang mendengar itu pun merasa tercubit hatinya, ia lirik adiknya yang semakin menunduk ketakutan, juga remasan pada tangannya yang semakin kuat.

"Maafkan saya ibu-ibu, saya lalai dalam menjaga adik saya, sekali lagi maafin saya." ucap Gavin akhirnya meminta maaf.

"Yaudah deh mas gak apa-apa." 

"Kami juga minta maaf ya mas, karena tadi udah bentak-bentak adik masnya. maafin ya neng!" setelah mengatakan itu, kedua wanita tersebut pergi.

Gavin membalikkan badannya menghadap Tisha, ia angkat dagu Tisha agar tidak menunduk.

"Tisha mau kemana emangnya?" tanya Gavin lembut.

"Maafin Tisha kak, tadi ada orang yang mengganggu Tisha." ucapnya menjelaskan.

"Maksudnya?" Gavin mengerutkan dahinya bingung.

"Ada seorang pria yang tiba-tiba jatuh di hadapan Tisha di bangku taman tadi." 

Gavin menghela napasnya dan tak sengaja matanya melihat lutut Tisha yang berdarah.

"Kenapa dengan lutut mu?" 

"Tadi jatuh kak saat berjalan." 

Tanpa banyak bertanya lagi Gavin menggendong tubuhnya, Tisha reflek mengalungkan kedua tangannya di leher Gavin, setelah sebelumnya meraba-raba dimana letak leher sang kakak.

Jantung Tisha berdetak kencang, ada perasaan aneh yang hadir saat dirinya berdekatan dengan sang kakak, perasaan seperti nyaman dan hangat.

Gavin menghentikan langkahnya saat Tisha meraba-raba wajahnya. mulai dari mata, hidung, pipi, terakhir bibir dan dagu lalu kembali ke hidungnya.

"Kau memiliki hidung yang mancung kak." ucapnya masih meraba-raba.

Tisha meneteskan air matanya, membuat Gavin menatap sedih ke arahnya.

"Aku penasaran dengan wajah kakak ku yang sekarang! aku ingin sekali melihat wajahmu lagi kak." ungkapnya sedih.

Gavin pun tak kuasa menahan air matanya. "suatu saat nanti kau pasti akan melihat wajahku lagi, tak hanya itu kau juga akan melihat indahnya dunia." ucap Gavin memberi semangat.

Tisha terkekeh pelan. "ah, aku sudah tidak sabar menunggu waktu itu akan datang kak." 

Di kecupnya ringan bibir sang adik, hanya sapuan kecupan ringan namun mampu membuat Tisha mengerjapkan matanya, serta membuat detak jantungnya berdetak semakin kencang.

"Bersabarlah sampai menunggu saat itu sayang." lirih Gavin berbisik mesra di telinga Tisha.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status