Share

Part 5

Seorang pemuda tengah menatap foto seorang wanita cantik, wanita itu tersenyum memandang ke arah lain, bukan ke arah kamera.

Ia usap foto itu dengan lembut dan ia kecup dengan sayang, seakan-akan foto itu wujud asli sosok wanita tersebut.

"Kau sangat cantik disini sayang." gumamnya pada foto tersebut.

Ia menaruh kembali foto itu di atas nakas samping tempat tidurnya, ia bangkit dan membuka seluruh pakaiannya.

Setelahnya ia masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. mandi di bawah shower telanjang bulat, membuatnya terlihat seksi dari belakang dengan tubuh yang sangat di idolakan banyak wanita.

Tak butuh waktu berapa lama untuknya mandi, ia langsung mengenakan pakaian bersihnya. berjalan keluar menuju ruang makan, di sana terlihat orang tuanya yang sudah menunggu kehadirannya.

"Ayo sayang kita makan malam!" ajak ibu pemuda itu.

Pemuda itu menarik kursi untuk dirinya sendiri. "bagaimana perkembangan bisnis perusahaan mu?" tanya sang ayah.

"Lancar." jawabnya singkat dan santai.

Ia mulai mengambil nasi beserta lauk pauknya, dan mulai menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Bagaimana dengan kabar gadis itu?" tanya ayahnya lagi, kali ini menatapnya tajam.

Pria itu terkekeh. "sangat baik, semakin hari dia terlihat semakin cantik." kembali ia menjawab santai, dan menyendokkan makanan lagi ke mulutnya.

Sang ibu hanya menatap putra dan suaminya dalam diam, diam adalah hal yang selalu dia lakukan, jika tak ingin membuat keributan.

Pria itu mengelap mulutnya dengan tissue, lalu bangkit dari duduknya. tanpa banyak bicara lagi ia mulai berjalan meninggalkan ruang makan, dan menuju kamarnya.

"Sudah menjadi kebiasaan di rumah ini, dan sifatnya yang tidak pernah berubah." ucap ayah pria itu sinis.

"Mas...," sang ibu mencoba menenangkan sang suami.

**********

Tisha di antarkan Sekar pulang sampai ke rumah larut malam, membuat Gavin awalnya uring-uringan karena adiknya yang belum pulang. 

"Kenapa pulangnya larut malam sekali?" pertanyaan ketus ia lontarkan pada Sekar.

"Maafkan aku, tapi sepanjang jalan tadi kami terkena macet." jawab Sekar jujur.

Seharusnya mereka sudah sampai dari 4 jam yang lalu, tapi begitu melihat sepanjang jalan yang macet, membuat mereka harus menunggu lebih lama lagi untuk sampai.

"Ya sudah, sayang ayo masuk!" perintah Gavin menuntun sang adik untuk masuk ke dalam rumah.

"Kakak...," panggil Tisha pada Gavin.

Gavin tidak menjawab panggilan adiknya. "apa kakak marah?" tanya Tisha mulai takut jika kakak kesayangannya ini marah.

"Tidak sayang, kakak tidak marah." ucapnya setelah hening cukup lama.

Tisha merasa tidak enak saat Gavin mengatakan tidak marah, namun malah terbalik dengan tindakannya yang semakin meremas kuat pinggang sang adik.

Sedikit meringis Tisha menahan rasa perih akibat remasan Gavin di pinggangnya. "awwh!" Gavin tersentak sadar, saat menyadari jerit kesakitan Tisha.

"Maaf, kakak menyakitimu." 

"Tidak apa-apa kak," 

Gavin menggendong tubuh Tisha ala bridal style, ia baringkan tubuh mungil sang adik di ranjang setelah sampai ke kamar.

"Aku mau mandi dulu kak, gerah banget." ucap Tisha merengek.

Dan tanpa di sadari, kancing atasan baju yang di kenakan Tisha terbuka. membuat mata Gavin melotot sempurna, betapa indah sekali dada putih mulus sang adik.

Dengan susah payah ia meneguk air liurnya sendiri, apalagi melihat posisi sang adik yang tengah duduk di ranjang. sebagai lelaki normal tentu saja Gavin bernafsu melihatnya, sesuatu yang tersembunyi di balik celananya menegang, ia meringis ngilu merasakannya.

"Tisha...." panggilnya dengan suara serak, kentara sekali jika ia sedang bergairah.

"Iya kak?" 

"Kau ingin mandi?" Tisha mengangguk.

"Kemarilah!" Tisha mengerutkan keningnya bingung.

"Bagaimana caranya aku ke situ kak? aku kan tidak bisa melihat?" 

"Lakukan saja sebisa mu, berjalan lah sesuai naluri mu! perintah Gavin lagi.

Dengan patuh Tisha menuruti keinginan aneh kakaknya, sangat hati-hati dan perlahan ia turun dari ranjang. 

Setelah berhasil turun dari ranjang, Tisha meraba-raba berjalan menuju ke arah Gavin. 

"Aduh!" pekik Tisha terjatuh.

Gavin tidak bereaksi sedikit pun, ia tetap diam berdiri memperhatikan adik kesayangannya yang kepayahan berjalan.

Tisha tetap bangkit kembali dan mulai meraba-raba lagi, setelah butuh waktu lama untuk sampai di dekat Gavin. 

"Kakak...," panggil Tisha saat berhasil menggapai tubuh Gavin.

Gavin tidak bisa menahannya lagi! dengan cepat ia langsung menerjang Tisha dengan ciumannya yang panas dan liar.

Membuat Tisha kaget dengan aksi kakaknya, namun ia juga tak kuasa menolak cumbuan kakaknya yang terasa memabukkan.

Rasanya sungguh luar biasa nikmat, apalagi saat dengan nakalnya Gavin meremas dada dan juga bokongnya. membuat suara desahan lolos dari mulut Tisha.

"Aaahhh kak," desahan Tisha.

Gavin yang tadinya asyik dengan kegiatannya, seketika tersadar saat mendengar desahan adiknya yang memanggilnya kakak.

Ia melepas cumbuan dan sentuhannya di tubuh Tisha, ia menatap sendu ke arah adiknya.

Bagaimana mungkin ia lepas kendali pada adiknya sendiri? dengan frustasinya Gavin meremas kuat rambutnya dengan kedua tangannya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status