Seorang pemuda tengah menatap foto seorang wanita cantik, wanita itu tersenyum memandang ke arah lain, bukan ke arah kamera.
Ia usap foto itu dengan lembut dan ia kecup dengan sayang, seakan-akan foto itu wujud asli sosok wanita tersebut.
"Kau sangat cantik disini sayang." gumamnya pada foto tersebut.
Ia menaruh kembali foto itu di atas nakas samping tempat tidurnya, ia bangkit dan membuka seluruh pakaiannya.
Setelahnya ia masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. mandi di bawah shower telanjang bulat, membuatnya terlihat seksi dari belakang dengan tubuh yang sangat di idolakan banyak wanita.
Tak butuh waktu berapa lama untuknya mandi, ia langsung mengenakan pakaian bersihnya. berjalan keluar menuju ruang makan, di sana terlihat orang tuanya yang sudah menunggu kehadirannya.
"Ayo sayang kita makan malam!" ajak ibu pemuda itu.
Pemuda itu menarik kursi untuk dirinya sendiri. "bagaimana perkembangan bisnis perusahaan mu?" tanya sang ayah.
"Lancar." jawabnya singkat dan santai.
Ia mulai mengambil nasi beserta lauk pauknya, dan mulai menyendokkan makanan ke mulutnya.
"Bagaimana dengan kabar gadis itu?" tanya ayahnya lagi, kali ini menatapnya tajam.
Pria itu terkekeh. "sangat baik, semakin hari dia terlihat semakin cantik." kembali ia menjawab santai, dan menyendokkan makanan lagi ke mulutnya.
Sang ibu hanya menatap putra dan suaminya dalam diam, diam adalah hal yang selalu dia lakukan, jika tak ingin membuat keributan.
Pria itu mengelap mulutnya dengan tissue, lalu bangkit dari duduknya. tanpa banyak bicara lagi ia mulai berjalan meninggalkan ruang makan, dan menuju kamarnya.
"Sudah menjadi kebiasaan di rumah ini, dan sifatnya yang tidak pernah berubah." ucap ayah pria itu sinis.
"Mas...," sang ibu mencoba menenangkan sang suami.
**********
Tisha di antarkan Sekar pulang sampai ke rumah larut malam, membuat Gavin awalnya uring-uringan karena adiknya yang belum pulang.
"Kenapa pulangnya larut malam sekali?" pertanyaan ketus ia lontarkan pada Sekar.
"Maafkan aku, tapi sepanjang jalan tadi kami terkena macet." jawab Sekar jujur.
Seharusnya mereka sudah sampai dari 4 jam yang lalu, tapi begitu melihat sepanjang jalan yang macet, membuat mereka harus menunggu lebih lama lagi untuk sampai.
"Ya sudah, sayang ayo masuk!" perintah Gavin menuntun sang adik untuk masuk ke dalam rumah.
"Kakak...," panggil Tisha pada Gavin.
Gavin tidak menjawab panggilan adiknya. "apa kakak marah?" tanya Tisha mulai takut jika kakak kesayangannya ini marah.
"Tidak sayang, kakak tidak marah." ucapnya setelah hening cukup lama.
Tisha merasa tidak enak saat Gavin mengatakan tidak marah, namun malah terbalik dengan tindakannya yang semakin meremas kuat pinggang sang adik.
Sedikit meringis Tisha menahan rasa perih akibat remasan Gavin di pinggangnya. "awwh!" Gavin tersentak sadar, saat menyadari jerit kesakitan Tisha.
"Maaf, kakak menyakitimu."
"Tidak apa-apa kak,"
Gavin menggendong tubuh Tisha ala bridal style, ia baringkan tubuh mungil sang adik di ranjang setelah sampai ke kamar.
"Aku mau mandi dulu kak, gerah banget." ucap Tisha merengek.
Dan tanpa di sadari, kancing atasan baju yang di kenakan Tisha terbuka. membuat mata Gavin melotot sempurna, betapa indah sekali dada putih mulus sang adik.
Dengan susah payah ia meneguk air liurnya sendiri, apalagi melihat posisi sang adik yang tengah duduk di ranjang. sebagai lelaki normal tentu saja Gavin bernafsu melihatnya, sesuatu yang tersembunyi di balik celananya menegang, ia meringis ngilu merasakannya.
"Tisha...." panggilnya dengan suara serak, kentara sekali jika ia sedang bergairah.
"Iya kak?"
"Kau ingin mandi?" Tisha mengangguk.
"Kemarilah!" Tisha mengerutkan keningnya bingung.
"Bagaimana caranya aku ke situ kak? aku kan tidak bisa melihat?"
"Lakukan saja sebisa mu, berjalan lah sesuai naluri mu! perintah Gavin lagi.
Dengan patuh Tisha menuruti keinginan aneh kakaknya, sangat hati-hati dan perlahan ia turun dari ranjang.
Setelah berhasil turun dari ranjang, Tisha meraba-raba berjalan menuju ke arah Gavin.
"Aduh!" pekik Tisha terjatuh.
Gavin tidak bereaksi sedikit pun, ia tetap diam berdiri memperhatikan adik kesayangannya yang kepayahan berjalan.
Tisha tetap bangkit kembali dan mulai meraba-raba lagi, setelah butuh waktu lama untuk sampai di dekat Gavin.
"Kakak...," panggil Tisha saat berhasil menggapai tubuh Gavin.
Gavin tidak bisa menahannya lagi! dengan cepat ia langsung menerjang Tisha dengan ciumannya yang panas dan liar.
Membuat Tisha kaget dengan aksi kakaknya, namun ia juga tak kuasa menolak cumbuan kakaknya yang terasa memabukkan.
Rasanya sungguh luar biasa nikmat, apalagi saat dengan nakalnya Gavin meremas dada dan juga bokongnya. membuat suara desahan lolos dari mulut Tisha.
"Aaahhh kak," desahan Tisha.
Gavin yang tadinya asyik dengan kegiatannya, seketika tersadar saat mendengar desahan adiknya yang memanggilnya kakak.
Ia melepas cumbuan dan sentuhannya di tubuh Tisha, ia menatap sendu ke arah adiknya.
Bagaimana mungkin ia lepas kendali pada adiknya sendiri? dengan frustasinya Gavin meremas kuat rambutnya dengan kedua tangannya sendiri.
Tisha masih terengah-engah dengan ciuman kakaknya, ia merasa kehilangan saat kakaknya menghentikan ciumannya."Kakak...." rengek Tisha.Entah kenapa Tisha seakan lupa ingatan jika yang menciumnya adalah kakaknya sendiri, Gavin semakin sulit mengendalikan dirinya yang tengah di ambang batas kesadarannya."Tisha, k-kau katanya ingin mandi kan? ayo kakak antarkan ke kamar mandi."Gavin mendekat dan menarik pelan tubuh adiknya agar berdiri, ia antar sampai ke kamar mandi."Mandilah!" perintahnya dan mulai berjalan keluar."Kakak, kenapa kau mencium ku?" pertanyaan Tisha menghentikan langkah Gavin."Dan kenapa kakak juga menghentikan ciuman kita, kau tau kak! aku sangat suka saat kakak menciumku, aku sangat menikmatinya." ucap Tisha sedikit mendesah di akhir kalimatnya.Gavin hanya diam mendengarkan ucapan adiknya, ia bingung ingin mengatakan apa.
Happy reading!"Ini bayaran buat Lo berdua." ucap seorang pemuda memberikan lembaran uang merah yang sangat banyak pada dua orang preman."Sipp, terima kasih bos." ucap preman tersebut mencium uang itu."Tapi bos, bos mukulnya kuat banget, sakit beneran ini!" salah satu preman menunjukkan wajahnya yang lebam akibat pukulan kuat pemuda tersebut."Tapi bayarannya setimpal kan?" alis pemuda itu terangkat."Setimpal kok bos, lain kali kalau butuh bantuan, panggil kita aja ya bos." Fikar tersenyum mengangguk.Setelahnya kedua preman tersebut pergi, Fikar tampak tersenyum puas dengan rencananya hari ini, awal mula dia akan mendekati gadis cantiknya.Fikar menghayalkan wajah Tisha, wajah cantik nan pesona yang sangat menggoda Fikar. tapi selain itu, ada maksud tujuan tertentu lainnya, selain ingin mendapatka
"Aaahhh Gav." rintih Sekar merasakan perih karena Gavin meremas dadanya kuat."Bukankah ini yang kau mau hm?" tanya Gavin menggertakkan giginya geram melihat Sekar."Awwhh! ku mohon pelan-pelan." pinta Sekar lagi.Dengan posisi berdiri menyudutkan punggung Sekar ke dinding tembok, Gavin menyeringai menatap Sekar.Sangat kasar Gavin melumat bibir Sekar, di gigitnya kuat bibir bawah Sekar hingga mengeluarkan darah Segar.Bukannya megap-megap keenakan, Sekar malah megap-megap meringis kesakitan, sungguh tidak ada kelembutan dari Gavin padanya.Di cengkram kuat kedua bahu Sekar. "kau ingin bercinta denganku kan?" Sekar mengangguk."Apakah kau juga ingin vagina mu ini di masuki oleh milikku hah!" desis Gavin di depan wajahnya.Lagi-lagi Sekar mengangguk sambil menitikkan air matanya, satu kata yang tergambar saat ini pada Sekar. memalukan!
Gavin menyelimuti tubuh polos Tisha, tampak raut kelelahan dari wajahnya. ia kecup kening sang adik dengan sayang, setelah itu ia bangkit untuk membersihkan tubuhnya.Kalian pasti berpikir jika mereka berdua sudah berhubungan intim bukan? tapi kenyataannya tidak!Gavin memang melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuh Tisha, ia cumbu semua tubuh adiknya habis-habisan. sangking bernafsunya membuat tubuh Tisha memiliki banyak tanda hasil perbuatan Gavin, terlebih di bagian leher dan dada, semua tak luput dari perhatian Gavin.Dan untuk pertama kalinya Gavin menjadi pria brengsek sekaligus kakak yang tidak tau diri, karena dengan lancang dan gairahnya yang tersulut. ia melebarkan paha adiknya hingga terpampang lah milik adiknya yang indah, ia cumbu dengan semangat sampai Tisha menjerit nikmat mendapatkan orgasmenya, yang langsung Gavin hisap habis.Setelahnya Tisha kelelahan dan tertidur, Gavin tersenyum meli
"Sekar? kaukah itu?" panggil Tisha."Cantik, iya ini aku."Tisha berjalan dengan pelan ke ranjang milik kakaknya, saat dekat Sekar langsung meraih tangan Tisha."Apakah tadi malam kau menginap disini?""Iya cantik, Gavin yang menyuruhku menginap." bohong Sekar."Benarkah?""Iya.""Kenapa aku tadi mendengar kau menangis?" tanya Tisha."Ah itu, aku tidak menangis, aku tadi bersenandung, mungkin saja terdengar seperti menangis." bohong Sekar lagi."Justru aku sangat bahagia cantik, apa kau tau?""Apa itu?""Gavin kakakmu, menyatakan cinta padaku, dia juga yang menyuruhku menginap di rumahnya."Deg.Ucapan Sekar bagaikan petir di pagi hari, hati Tisha perih mendengarnya."Dan dia juga sangat bersikap manis padaku, ah
Keesokan harinya, Sekar datang kembali ke taman kemarin, ia sengaja datang ke situ menunggu seseorang, siapa tau saja orang itu kesini lagi. pikirnya.Lama menunggu, seseorang itu tak menampakkan batang hidungnya, tak ada tanda-tanda kehadirannya datang. dengan lesu Sekar bangkit dan kembali pulang.Fikar tersenyum menang di dalam mobilnya, ia sudah menebak jika wanita itu akan kembali lagi ke tempat ini untuk mencarinya, dugaannya benar setelah melihat Sekar.Ia terus memperhatikan Sekar dari jauh tanpa berniat untuk menghampirinya, karena Fikar tau tujuan Sekar menunggunya untuk menyetujui rencana kerjasama memisahkan Gavin dan Tisha.Tapi tak semudah itu, jika kemarin Sekar menolak dan jual mahal terhadap tawarannya, maka inilah bayaran yang setimpal untuk wanita itu, Fikar akan terus membuat Sekar merasa frustasi mencari keberadaannya.Sudah puas dengan apa yang ia lihat, Fikar memutuskan kembali ke kantornya. dengan bersiul senang ia melajukan laju
"Kau mencariku?" tanya Fikar tiba-tiba datang mengaggetkan Sekar.Fikar bukannya tidak tau, ia hanya berpura-pura saja, padahal selama seminggu ini tak lelah Sekar terus datang ke taman hanya untuk sekedar menemuinya."Tuan!" seru Sekar senang."Akhirnya kau datang kemari, aku selalu menunggu kau datang kesini." ungkap Sekar dengan polosnya."Untuk apa kau menunggu disini?" pancing Fikar.Sekar tampak diam memainkan ujung bajunya dengan gelisah, antara malu dan ingin ia mengungkapkan keinginannya."Itu...." "Itu apa?" Fikar masih terus memancing wanita itu untuk memohon padanya."Aku menunggumu disini karena aku mau, aku setuju dengan rencana kerjasama darimu." mata Fikar membulat sempurna."Apa aku tidak salah dengar?" tanya Fikar mendekatkan telinganya ke arah wajah Sekar.Sekar diam dengan reaksi Fikar, sungguh ia sangat malu."Ayolah Tuan!" rengeknya memaksa.Fikar menatap wajah Sekar dari jarak dekat. "kau yakin?" tanya
Akhirnya Fikar sampai di rumah Tisha, setelah ia berhasil membujuk Tisha untuk menjawab dimana alamat rumahnya, meskipun sebenarnya Fikar sudah tau dimana alamat rumah gadis itu."Sudah sampai." ucap Fikar memberitahu Tisha."Terima kasih Tuan," Tisha meraba-raba ingin melepaskan saefty belt-nya.Dengan cepat Fikar langsung membantunya membukakannya, tubuh Tisha menegang saat merasakan wajah Fikar sangat dekat dengan wajahnya, belum lagi harum nafasnya yang menerpa wajah Tisha."Sudah selesai." bisik Fikar di telinga Tisha.Tisha masih terdiam di posisinya, Fikar terkekeh melihat betapa tegangnya ekspresi dan tubuh Tisha. Fikar keluar dari mobil, lalu membuka pintu mobil untuk Tisha keluar.Dengan kikuk dan perlahan Tisha keluar. "sekali lagi terima kasih." "Sama-sama, aku permisi." pamit Fikar.Setelah Tisha mendengar suara mobil Fikar yang terasa menjauh, ia berjalan masuk ke dalam rumahnya.Sekar yang sejak tadi memperhatikan mereka,