Share

Part 6

Tisha masih terengah-engah dengan ciuman kakaknya, ia merasa kehilangan saat kakaknya menghentikan ciumannya.

"Kakak...." rengek Tisha.

Entah kenapa Tisha seakan lupa ingatan jika yang menciumnya adalah kakaknya sendiri, Gavin semakin sulit mengendalikan dirinya yang tengah di ambang batas kesadarannya.

"Tisha, k-kau katanya ingin mandi kan? ayo kakak antarkan ke kamar mandi." 

Gavin mendekat dan menarik pelan tubuh adiknya agar berdiri, ia antar sampai ke kamar mandi.

"Mandilah!" perintahnya dan mulai berjalan keluar.

"Kakak, kenapa kau mencium ku?" pertanyaan Tisha menghentikan langkah Gavin.

"Dan kenapa kakak juga menghentikan ciuman kita, kau tau kak! aku sangat suka saat kakak menciumku, aku sangat menikmatinya." ucap Tisha sedikit mendesah di akhir kalimatnya.

Gavin hanya diam mendengarkan ucapan adiknya, ia bingung ingin mengatakan apa.

"Kakak....?" panggil Tisha namun tak ada sahutan dari Gavin.

"Apa kau sudah keluar kak?" lagi tidak ada sahutan.

Karena tidak ada sahutan dari kakaknya, Tisha merasa jika Gavin sudah keluar dari kamar mandi.

Ia berusaha melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, di mulai dari baju, celana serta bra dan celana dalamnya.

Gavin yang masih setia berdiri di tempatnya, mendesis pelan melihat tubuh adiknya yang perlahan telanjang bulat, tersaji indah di depan matanya.

Ia mulai merasakan juniornya kembali menggeliat, tidak bisa! ia tidak bisa jika seperti ini.

Ia berperang melawan sisi baik dan sisi buruknya, sisi baiknya yang mengatakan untuk segera keluar dari kamar mandi, sementara sisi buruknya mengatakan untuk segera menerkam adiknya yang terlihat lezat.

Gavin merasa pusing, akal sehatnya bimbang. dan akhirnya sisi baiknya lah yang menang, Gavin langsung keluar dari kamar mandi.

Gavin tidak sadar ada seseorang yang juga keluar dari kamar adiknya.

********

"Ada apa dengan dirimu dan juga Gavin?" tanya Sekar pelan pada Tisha yang aneh melihat sikap kakak beradik itu.

Gavin dan Tisha bertingkah seakan saling menjauhi, jika biasanya Gavin selalu bersikap manis pada adiknya. namun tidak kali ini, pemuda itu justru bersikap seolah menjauhi adiknya.

Setelah insiden mencium adiknya secara brutal dan ganas seminggu yang lalu, baik Gavin maupun Tisha sama-sama bersikap cuek.

"Kakak pergi berangkat kerja ya." Tisha tidak menjawab.

"Aku pergi, titip Tisha." ucap Gavin pada Sekar.

Sekar tersenyum mengangguk. "tentu saja!" 

Setelah itu Gavin pergi bekerja, menyisakan Sekar dan Tisha yang saling terdiam.

"Kau tidak menjawab pertanyaan ku?" ulang Sekar.

"Pertanyaan yang mana?" 

"Ada apa dengan dirimu dan Gavin?" 

"Tidak ada apa-apa, mungkin kak Gavin lelah seharian bekerja, makanya dia bersikap seperti itu." bohong Tisha.

"Kau tidak membohongi ku kan cantik?" pancing Sekar.

"Untuk apa aku membohongi mu? sudahlah lupakan hal itu, sekarang tolonglah bantu aku untuk berjalan-jalan keluar!" ucap Tisha mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah cantik ku." Sekar menuruti keinginan Tisha.

Sekar dan Tisha berjalan-jalan, Sekar yang dengan setia menggenggam tangan Tisha, sedangkan Tisha berusaha berjalan menyamai langkah Sekar dengan tongkatnya.

Tiba-tiba saja datang dua preman yang menghalangi jalan mereka, membuat Sekar terpekik kaget. 

"S-siapa kalian?" tanya Sekar gemetaran sambil memeluk tubuh Tisha.

"Hei dua gadis cantik." sapaan gombal dari salah satu preman.

"Kalian mau kemana?" tanya preman satunya.

"Apa mau kalian? pergilah!" ucap Sekar sedikit garang.

Sementara preman itu hanya tertawa lucu menanggapinya, Sekar sudah akan berteriak minta tolong saat tubuh Tisha di tarik paksa oleh mereka.

"Tolong!"

Bugh.

Tubuh para preman itu jatuh tersungkur ke tanah, saat seorang pria berhasil memukul mereka, para preman itu ketakutan dan pergi.

"Terima kasih Tuan." ungkap Sekar.

"Sama-sama, kalian tidak apa-apa kan? apa ada yang luka?" tanya pria itu merasa cemas.

Sekar menggeleng, "tidak ada tuan, sekalagi terima kasih."

Tatapan pria itu tertuju pada Tisha yang masih merasa ketakutan. "apakah dia buta?" tanyanya pada Sekar.

"Iya tuan." 

"Apakah dari lahir?" 

"Tidak Tuan, dia buta dari 5 tahun yang lalu." wajah pria itu berubah datar.

"Boleh kita berkenalan?" usul pria itu.

"Namaku Sekar tuan, dan ini... Tisha." Sekar memperkenalkan dirinya dan juga Tisha.

Pria itu mengulurkan tangannya pada Sekar. "Fikar."

Pria itu menyebutkan namanya sambil menatap wajah cantik Tisha, sungguh ia tidak bisa mengalihkan pandangannya pada gadis itu.

Tisha hanya diam mendengarkan pembicaraan Sekar dan Fikar, ia sama sekali tak berminat untuk mengobrol, pikirannya sangat kalut dengan preman tadi, dan juga penuh pada ingatan malam itu dengan kakaknya.

Ia merasa senang, dan menginginkan hal itu lagi. sungguh gila! pikirnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status