Share

Part 5

Dava pov.

Hari ini aku sangat lelah sekali, pekerjaan ku bertambah tiga kali lipat dari biasanya. Om Rasyid sudah dua hari ini tak masuk kerja sampai 2 hari ke depan, dan Nando mengambil cuti selama dua minggu pasca menikah.

Jadilah aku yang menggantikan mereka, semua perkejaan di alihkan padaku. Sebenarnya aku sudah menolak, tapi ayah dan anak itu kekeh pada pendiriannya.

"Huffftt," aku menghela nafas kasar dan berat.

Rasa suntuk menyeliputiku, ku longgarkan dasi yang terasa mencekik leher dan dadaku, rasanya aliran pernafasanku jadi tersumbat.

"Eh!" Aku berjengit kaget kala mengingat sesuatu.

"Bukankah hari ini, hari pernikahan Nando?" ucapku seakan mengingat-ingat tanggal berapa ini.

Sangking sibuknya aku bahkan sampai tak sempat lagi pergi ke club, barang sedetik saja. Jangankan club, bahkan tanggal saja aku lupa.

Aku melirik arlojiku yang melingkar indah di pergelangan tangan kiri ku. Jam menunjukkan pukul tujuh malam, dengan cepat aku membereskan meja kerjaku. Setelah selesai aku pun bergegas pergi dan bersiap-siap untuk datang ke acara penting sahabatku.

Aku masuk ke dalam mobil yang terparkir di area parkiran, setelahnya aku tancap gas mobil dengan kecepatan sedang.

Tak berapa lama aku pun sampai di apartemen milikku, sengaja aku memilih tinggal sendiri di sini. Karena jika aku tinggal bersama kedua orang tuaku, maka siap-siap saja setiap hari aku harus mendengarkan ocehan ini-itu dari mereka. Dan ujung-ujungnya pasti mengenai perjodohan, sorry, i don't like it.

Mencari pasangan hidup itu bukanlah hal yang mudah, bisa saja jika aku mau maka dengan senang hati aku akan menerima perjodohan itu. Tapi sayangnya aku tak tertarik dengan hal itu, bagiku ini bukanlah lagi zaman era Siti Nurbaya, ini zaman modern dimana setiap orang ingin bebas dan tak terikat dengan hal semacam itu.

Aku menghidupkan shower agar mengguyur tubuh lelahku, tiba-tiba saja bayangan akan wanita yang memergoki ku itu terlintas di ingatanku.

Bagaimana wajah cantiknya menampilkan ekspresi tak bersahabat, dan matanya yang indah menatap tajam ke arahku.

Aku mengusap wajahku kasar dengan kedua tapak tanganku yang besar. Kapan aku bisa bertemu dengannya lagi? Ingin sekali rasanya aku mengenal lebih jauh tentang dirinya.

Cukup lama aku berdiri di bawah pancuran air shower, setelah merasakan rasa dingin aku pun menyudahi acara mandi ku.

Ku lilitkan handuk putih ke pinggang sampai bawah tubuhku, masuk ke dalam walk ini closet, mencari pakaian yang pas dan nyaman untuk ku pakai malam ini.

"Sempurna," ucapku bangga melihat hasil akhir penampilanku malam ini yang terlihat sangat tampan dan keren.

Pastilah beberapa wanita akan klepek-klepek melihat diriku. Pede sekali kan aku? Ya, memang begitulah seharusnya, bukankah kita harus pede agar tak terlihat lemah maupun malu-maluin di depan orang lain.

Setelah merasa cukup puas dengan penampilanku yang super duper kece ini, langsung saja aku melesat pergi menuju ke tempat acara.

Resepsi pernikahan Nando...

Wow! Banyak sekali tamu yang hadir ke acara resepsi pernikahan Nando. Aku yang baru saja menginjakkan kaki dan masuk ke dalam tempat acara sampai kaget.

Mataku mengintai ke segala arah, siapa tahu saja malam ini aku menemukan mangsa lezat yang tepat. Hitung-hitung menghilangkan stress dari rutinitas pekerjaan di kantor.

Tiba-tiba ku rasakan seseorang menepuk pundak ku, aku menoleh dan melihat seorang pria tampan bersama seorang wanita cantik. Dia Hans teman sekolah ku dan Nando dulu, dia datang bersama dengan Gaby, istrinya.

"Hai, bro." sapa Hans.

"Hai Hans, udah lama disini?" balas ku menyapa sedikit berbasa-basi.

"Cukup lama lah, Lo sama siapa ke sini?" tanya Hans melirik kesana-sini.

"Gue datang sendiri,"

"Masih ngejomblo juga Lo bro?" ejeknya terkekeh.

Sialan! Ini orang masih tukang ngejek juga ternyata, hhhhh kamvreett.

Ku alihkan pandanganku ke arah Gaby yang terlihat tersenyum-senyum ke arahku. Hmm, apa itu maksudnya? Apakah Gaby tertarik padaku.

Senyuman jahil pun ku berikan pada Hans, sepertinya istrinya ini sama seperti wanita kebanyakan lainnya. Sudah memiliki suami tapi masih merasa kurang belaian dan kasih sayang.

"Kenapa kau menatap istriku seperti itu?" tanya Hans marah karena aku terus memperhatikan istrinya.

"Istrimu cantik sekali Hans," pujiku membuat Gaby tersipu malu.

Hans merasa kesal dan langsung beranjak pergi dari hadapanku dengan menarik kuat tangan istrinya.

Upss, jangan salahkan aku bro. Salahkan saja wajah tampanku ini, hahaha.

Saat ku alihkan tatapan mataku ke arah lain, aku menangkap sosok seseorang wanita yang sangat aku kenal. Wanita yang beberapa waktu ini mengacaukan segala isi pikiranku dan selalu menghantuiku dengan bayangan-bayangan dirinya.

Tapi, tunggu dulu! Kenapa dia terlihat seperti terburu-buru dan hendak pergi?

Sialll! Dugaan ku benar, wanita itu terlihat sudah ingin pergi dari tempat acara ini. Tak ingin membuang waktu dan kehilangan jejaknya lagi, dengan cepat pun aku menyusulnya dan mempercepat langkahku.

"Hei!" teriakku karena tidak mengetahui namanya.

Shitttt!

Wanita itu sepertinya tidak mendengar teriakan ku, terlihat dari caranya yang semakin cepat berjalan dan aku pun kehilangan jejaknya.

Double shitttt!

Tbc...

Kasian euyyy Dava -_-

Kira-kira ada yang mau ngebantu dia gak? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status