Dava pov.
Hari ini aku sangat lelah sekali, pekerjaan ku bertambah tiga kali lipat dari biasanya. Om Rasyid sudah dua hari ini tak masuk kerja sampai 2 hari ke depan, dan Nando mengambil cuti selama dua minggu pasca menikah.Jadilah aku yang menggantikan mereka, semua perkejaan di alihkan padaku. Sebenarnya aku sudah menolak, tapi ayah dan anak itu kekeh pada pendiriannya."Huffftt," aku menghela nafas kasar dan berat.Rasa suntuk menyeliputiku, ku longgarkan dasi yang terasa mencekik leher dan dadaku, rasanya aliran pernafasanku jadi tersumbat."Eh!" Aku berjengit kaget kala mengingat sesuatu."Bukankah hari ini, hari pernikahan Nando?" ucapku seakan mengingat-ingat tanggal berapa ini.Sangking sibuknya aku bahkan sampai tak sempat lagi pergi ke club, barang sedetik saja. Jangankan club, bahkan tanggal saja aku lupa.Aku melirik arlojiku yang melingkar indah di pergelangan tangan kiri ku. Jam menunjukkan pukul tujuh malam, dengan cepat aku membereskan meja kerjaku. Setelah selesai aku pun bergegas pergi dan bersiap-siap untuk datang ke acara penting sahabatku.Aku masuk ke dalam mobil yang terparkir di area parkiran, setelahnya aku tancap gas mobil dengan kecepatan sedang.Tak berapa lama aku pun sampai di apartemen milikku, sengaja aku memilih tinggal sendiri di sini. Karena jika aku tinggal bersama kedua orang tuaku, maka siap-siap saja setiap hari aku harus mendengarkan ocehan ini-itu dari mereka. Dan ujung-ujungnya pasti mengenai perjodohan, sorry, i don't like it.Mencari pasangan hidup itu bukanlah hal yang mudah, bisa saja jika aku mau maka dengan senang hati aku akan menerima perjodohan itu. Tapi sayangnya aku tak tertarik dengan hal itu, bagiku ini bukanlah lagi zaman era Siti Nurbaya, ini zaman modern dimana setiap orang ingin bebas dan tak terikat dengan hal semacam itu.Aku menghidupkan shower agar mengguyur tubuh lelahku, tiba-tiba saja bayangan akan wanita yang memergoki ku itu terlintas di ingatanku.Bagaimana wajah cantiknya menampilkan ekspresi tak bersahabat, dan matanya yang indah menatap tajam ke arahku.Aku mengusap wajahku kasar dengan kedua tapak tanganku yang besar. Kapan aku bisa bertemu dengannya lagi? Ingin sekali rasanya aku mengenal lebih jauh tentang dirinya.Cukup lama aku berdiri di bawah pancuran air shower, setelah merasakan rasa dingin aku pun menyudahi acara mandi ku.Ku lilitkan handuk putih ke pinggang sampai bawah tubuhku, masuk ke dalam walk ini closet, mencari pakaian yang pas dan nyaman untuk ku pakai malam ini."Sempurna," ucapku bangga melihat hasil akhir penampilanku malam ini yang terlihat sangat tampan dan keren.Pastilah beberapa wanita akan klepek-klepek melihat diriku. Pede sekali kan aku? Ya, memang begitulah seharusnya, bukankah kita harus pede agar tak terlihat lemah maupun malu-maluin di depan orang lain.Setelah merasa cukup puas dengan penampilanku yang super duper kece ini, langsung saja aku melesat pergi menuju ke tempat acara.Resepsi pernikahan Nando...Wow! Banyak sekali tamu yang hadir ke acara resepsi pernikahan Nando. Aku yang baru saja menginjakkan kaki dan masuk ke dalam tempat acara sampai kaget.Mataku mengintai ke segala arah, siapa tahu saja malam ini aku menemukan mangsa lezat yang tepat. Hitung-hitung menghilangkan stress dari rutinitas pekerjaan di kantor.Tiba-tiba ku rasakan seseorang menepuk pundak ku, aku menoleh dan melihat seorang pria tampan bersama seorang wanita cantik. Dia Hans teman sekolah ku dan Nando dulu, dia datang bersama dengan Gaby, istrinya."Hai, bro." sapa Hans."Hai Hans, udah lama disini?" balas ku menyapa sedikit berbasa-basi."Cukup lama lah, Lo sama siapa ke sini?" tanya Hans melirik kesana-sini."Gue datang sendiri,""Masih ngejomblo juga Lo bro?" ejeknya terkekeh.Sialan! Ini orang masih tukang ngejek juga ternyata, hhhhh kamvreett.Ku alihkan pandanganku ke arah Gaby yang terlihat tersenyum-senyum ke arahku. Hmm, apa itu maksudnya? Apakah Gaby tertarik padaku.Senyuman jahil pun ku berikan pada Hans, sepertinya istrinya ini sama seperti wanita kebanyakan lainnya. Sudah memiliki suami tapi masih merasa kurang belaian dan kasih sayang."Kenapa kau menatap istriku seperti itu?" tanya Hans marah karena aku terus memperhatikan istrinya."Istrimu cantik sekali Hans," pujiku membuat Gaby tersipu malu.Hans merasa kesal dan langsung beranjak pergi dari hadapanku dengan menarik kuat tangan istrinya.Upss, jangan salahkan aku bro. Salahkan saja wajah tampanku ini, hahaha.Saat ku alihkan tatapan mataku ke arah lain, aku menangkap sosok seseorang wanita yang sangat aku kenal. Wanita yang beberapa waktu ini mengacaukan segala isi pikiranku dan selalu menghantuiku dengan bayangan-bayangan dirinya.Tapi, tunggu dulu! Kenapa dia terlihat seperti terburu-buru dan hendak pergi?Sialll! Dugaan ku benar, wanita itu terlihat sudah ingin pergi dari tempat acara ini. Tak ingin membuang waktu dan kehilangan jejaknya lagi, dengan cepat pun aku menyusulnya dan mempercepat langkahku."Hei!" teriakku karena tidak mengetahui namanya.Shitttt! Wanita itu sepertinya tidak mendengar teriakan ku, terlihat dari caranya yang semakin cepat berjalan dan aku pun kehilangan jejaknya.Double shitttt!Tbc...Kasian euyyy Dava -_-Kira-kira ada yang mau ngebantu dia gak?"Yo bro!" teriakan suara pria nyaring masuk ke dalam ruangan sahabatnya."Hai Dav!" balas Nando santai menoleh ke arah pintu."Gimana nih?" Dava bertanya menggoda, menaik turunkan kedua alisnya bergantian. "Gimana apanya? "Itu, rasa pernikahan." senyum penuh arti dari Dava."Ngomong apa sih lu Dav." cengir Nando merasa geli dengan pertanyaan sahabat gesreknya."Hei, ayolah sobat, bagi pengalaman tentang kehidupan pernikahanmu. gue kepo nih!" "Kalau lo mah gak usah di ragukan lagi, lo kan manusia terkepo akut di muka bumi ini." ejek Nando membuat Dava tergelak."Eh Ndo, lo tahu gak? sekitar seminggu yang lalu Metha berhenti bekerja." "Gak tahu gue Dav, kan gue ambil cuti libur pasca menikah.""Nah, sekarang gue mau kasih tahu lo." Dava mendekati Nando seraya berbisik."Gue denger-denger, Metha hamidun. alias hamil duluan.""Astaga Dava! ngucap lo. apaan sih lo gosip hal kayak gitu, udah macam ibu-ibu komplek rumahan y
"Airaa tidak mau ma!" tolak Airaa tegas pada ibunya yang kini berdiri di depannya."Ayolah sayang, ini demi perjanjian yang telah kami sepakati. Kasihan ayahmu jika kamu menolak ikut." jelas Ratna menjelaskan agar putrinya itu mengerti."Ya, tapi gak kayak gini caranya ma. Seharusnya mama dan papa bilang lebih dulu dong sama Airaa, jangan langsung main sepakati pendapat berdua aja." kesal Airaa pada kedua orang tuanya."Di coba aja dulu sayang. Yah, mau ya ikut?" bujuk Ratna tanpa lelah agar Airaa mau."Hhhh, ya sudahlah. Tunggu dulu kalau begitu, Airaa mau dandan dulu." pamit Airaa dengan langkah yang kesal menaiki tangga memasuki kamarnya.Ratna sedikit bersyukur dan tersenyum karena pada akhirnya Airaa mau ikut pergi dengannya dan sang suami ke rumah kerabat bisnisnya.Airaa memasuki walk on closetnya dan langsung memilih-milih pakaian apa yang cocok untuk ia pakai malam ini. Kebiasaan Airaa yang memang selalu lama dalam menimbang-nimbang
Airaa merenggut kesal pada kedua orang tuanya, ternyata dugaan dia benar kan! jika kedua orang tuanya mengajak dirinya ikut hanya untuk mengetahui rencana perjodohan yang sudah mereka rencanakan.Kedua orang tuanya merencanakan perjodohan untuknya tanpa sepengetahuan dirinya maupun izin darinya. Itulah yang membuat Airaa kesal setengah mati, jika saja mama dan papanya bicara jujur lebih awal padanya. Kemungkinan besar, Airaa tak akan semarah ini.Dan kemarahan Airaa seakan mau meledak saat lelaki yang ingin di jodohkan dengannya tak kunjung datang. Ia merasa keluarga lelaki itu seperti ingin mengerjai dirinya beserta kedua orang tuanya."Sudah, cukup!" teriak Airaa kesal dan menutup kedua telinganya dengan tangan.Sejak pulang tadi Airaa langsung mengunci dirinya di dalam kamar, ketukan pintu dan suara sang ibu yang tak kunjung berhenti memanggil namanya pun tak ia gubris sama sekali.Masa bodo bagi
"Kakak ipar Kia!" teriak Dava gembira melihat kehadiran Kia di kantor, dengan menenteng sesuatu yang bisa Dava pastikan jika itu kotak bekal makan siang."Dava ya?" tebak Kia tersenyum ke arah pria tampan itu."Ah, ternyata kakak ipar Kia mengingatku. Yeeaayy!" lagi Dava berteriak kegirangan membuat resepsionis cantik di situ tertawa.Tanpa merasa malu karena ia bertingkah layaknya seperti anak kecil, Dava justru mengedipkan sebelah matanya pada resepsionis itu."Mau bertemu siapa? Aku, om Rasyid, atau Nando?" goda Dava.Pipi Kia merona merah malu, saat Kia membuka mulutnya ingin bicara. Dava mencegahnya."Tidak perlu menjawabnya, karena aku yakin pasti kakak ipar Kia ingin bertemu dengan Nando. Ayo, mari kuantar kak," ajak Dava tersenyum lembut pada Kia.Dava dan Kia berjalan bersisian menuju lift yang akan mengantarkan mereka berdua ke lantai di mana ruangan Nando berada."Dava?""Iya Kak?" "Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Ki
Demi Airaa sang wanita incaran Dava yang telah membuat dunianya jungkir balik serta hari-harinya yang kacau. Untuk itu, Dava melakukan rencana kerjasama bersama Kia, istri dari Nando sahabatnya.Kia sudah berjanji pada Dava, apabila pria itu berhasil membongkar kedok kebusukan Aisyah, wanita ular yang menjelma menjadi malaikat di rumah mertuanya itu. Maka Kia akan dengan senang hati memperkenalkan Dava dengan sepupunya yang terkesan selalu berpenampilan seksi, Airaa.Mendengar itu, tentu saja mata Dava berbinar bahagia. Apa yang selama ini ia nantikan akan segera terkabul, dan untungnya wanita yang ia cari selama ini ternyata sepupu Kia. Ah, dunia memang terasa sempit sekali. Eh, tapi belum tentu juga jika Airaa sepupu Kia ini adalah wanita yang Dava cari, bisa saja mungkin bukan dia. Hhhhh, Dava jadi sedikit ragu."Sekarang aku harus apa?" tanya Dava bingung ke arah Kia.Kia tampak berpikir, bagaimana caranya agar penyamaran Dava berhasil menghalangi Aisya
Aisyah dibuat kesal setengah mati oleh Dava, bagaimana tidak? Pasalnya Dava malah membawanya berkeliling-keliling gak jelas. Awalnya Aisyah tetap kekeh tak mau ikut ke mobil Dava, tapi pria itu menakut-nakutinya jika terlalu lama di jalanan sepi itu, mau tak mau Aisyah akhirnya ikut dengan Dava."Hei, pria kacamata, kau sebenarnya ingin membawaku ke mana?" tanya Aisyah kesal."Ke neraka bersama, kau mau kan?""Apa maksudmu?" tanya Aisyah bingung."Di mana alamat rumahmu? Sejak tadi kau tidak memberitahukannya padaku. Makanya aku membawamu jalan-jalan saja." Dava pura-pura tak mengetahui di mana Aisyah tinggal, padahal dia tahu dan sangat hafal rumah Nando."Rumahku di jalan..." Aisyah mengatakan di mana alamat rumah Nando pada Dava.Dava menganggukkan kepalanya. "Di situ kau tinggal?""Iya, memang kenapa?" tanya Aisyah."Tidak apa-apa, hanya bertanya saja," jawab D
Happy reading!++++++++Dava berhasil membongkar kedok busuk Aisyah di hadapan Nando dan seluruh keluarganya. Untunglah, dan kini wanita licik itu sudah di bawa pergi jauh dari kediaman Nando.Syukurlah, sekarang semua masalah sudah terselesaikan dan nampak damai. Namun tidak untuk Dava, karena dia harus melakukan tugas terakhir yaitu mengurus Aisyah yang rencananya akan ia bawa tinggal di rumah sakit jiwa.Kenapa rumah sakit jiwa? Ya, menurut Dava dan atas persetujuan suami Aisyah, Aisyah memang layak dan pantas untuk di rawat di rumah sakit jiwa.Dava benar-benar bertanggung jawab akan tugasnya, mengurusi segala keperluan Aisyah selama proses perawatan wanita itu disana. Dava bahkan memberi tempat tinggal yang layak untuk suami dan anak Aisyah agar sewaktu-waktu apabila mereka merindukan Aisyah, maka tak terlalu jauh ke rumah sakit. Dava juga memberi pekerjaan untuk Ridwan, meskipun awalnya suami Aisyah itu menolak bantuannya, beruntungl
"Airaa, tunggu!" teriak Dava berlari mengejar Airaa yang keluar dari cafe."Lepas!" tekan Airaa marah ketika Dava berhasil mengejarnya, sebelah tangan Airaa di cekal Dava agar wanita itu berhenti."Mau apa kau sebenarnya? Lepas!" bentak Airaa muak dengan tingkah Dava."Aku mau dirimu."Sepertinya Dava harus menyumpal mulutnya sendiri ketika tanpa aturan bibirnya mengucapkan dua kata ajaib itu.Airaa yang sudah kesal pun semakin kesal setelah mendengar ucapan Dava. Apa-apaan pria di depannya ini mengatakan hal seperti itu? Apa dia kira Airaa ini seorang jalang?"Kau masih ingat aku, kan?" tanya Dava dengan masih mencekal tangan Airaa.Ingat? Tentu saja Airaa ingat, tapi situasi saat ini tak mendukung Airaa. Airaa menggeleng seraya berkata. "Maaf, aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku tidak mengenalmu." "Apa?!" Dava ternganga mendengarnya.Bagaimana bisa? Tidak mungkin! "Kau bohong!" sentak Dava kesal."Kenapa kau mem