Selamat membaca
============"Surprise!" ucap seorang pria menyodorkan se-buket bunga lili segar ke hadapan wanita paruh baya.Wanita itu tersenyum kemudian menerima buket bunga lili tersebut."Terima kasih bunganya putraku." ucapnya senang.Ternyata yang memberikan bunga itu adalah putranya."Hei, kenapa wajahmu di tekuk cemberut seperti itu sayang?" tanya wanita itu kepada putra kesayangannya."Tidak apa-apa mama.""Tidak apa-apa, tapi kok mukanya manyun gitu." sang ibu meraih dagu anaknya, sang anak menatapnya."Coba ceritakan sama mama." tuntutnya pada sang putra karena rasa penasaran.Lelaki itu terlihat menarik nafasnya dalam, sebenarnya ia enggan untuk bercerita kepada sang mama. namun wanita paruh baya itu tetap memaksanya untuk bercerita."Mama, apakah salah jika aku merasa kasihan pada seseorang?"Sang ibu tampak berpikir. "tentu tidak sayang, itu tandanya kamu masih memiliki hati yang bersih. hmmm, sekarang mama ingin tahu kamu kasihan pada orang lain itu siapa." tanya mamanya lagi penasaran."Seorang wanita ma.""Apa? wanita?" pria itu mengangguk."Memang kenapa dengan wanita itu?""Wanita itu berparas sangat jelek ma, menyeramkan. aku kasihan padanya, karena rasa kasihan itulah aku membantunya." jelas pria itu menceritakan tentang Nara."Oh ya? memang kamu membantu dia seperti apa?""Aku memberinya salah satu kartu kredit gold milikku ma, aku juga menyuruh dia untuk mempermak wajahnya agar terlihat lebih cantik." ucap pria itu nyengir."Tapi dia malah menghina ku di hadapan banyak orang ma, lebih parahnya wanita jelek itu mengembalikan kartu kredit gold pemberian ku yang nyaris hancur. lihat ini ma!" tunjuknya mengeluarkan kartu kredit gold yang sudah lecek.PLETAK."Awwhh! aduh ma sakit!" ringis pria itu kesakitan karena saat sebuah buku melayang ke arahnya."Kurang ajar kamu Arfaan! pantas saja wanita itu marah, ternyata itu yang kamu lakukan padanya." geram Santi sang ibu."Salahku dimana ma? aku hanya membantu finansial-nya, karena aku yakin dia pasti tidak mampu untuk mempercantik dirinya." omel pria yang bernama Arfaan itu."Astaga! ya Tuhan! apa salahku sampai bisa melahirkan putra se-kejam dirimu!" ucap Santi memohon ampun menautkan kedua tangannya sembari menengadahkan kepalanya ke atas."Mama lebay, hhh sudahlah, percuma saja aku bercerita sama mama." dengus Arfaan sebal."Mama tidak mau tahu ya Arfaan, kamu harus minta maaf sama gadis yang sudah kamu sakiti itu!!!" teriak Santi kencang saat Arfaan sudah pergi dari hadapannya.*********"Dia kenapa?" tanya Adam kepada Elma dan Tria.Elma dan Tria saling pandang, bingung ingin menjelaskannya pada pria pemilik toko bunga ini. ya, Adam adalah anak dari bunda Karina."Tadi ada seorang pria yang menghina Nara." ucap Elma takut-takut."Apa? pria katamu? siapa dia?" pekik Adam, ia memberikan pertanyaan beruntun pada Elma dan Tria."Kami juga tidak tahu, sepertinya dia baru pertama kali membeli di toko bunga ini." tebak Tria.Adam bangkit dan mendekati Nara yang tampak murung duduk sendirian di sudut ruangan itu."Nara...." panggil Adam dengan suara lembutnya."Eeh, bos Adam." ucap Nara berjengkit kaget."Kau melamun?" tanya Adam menyelidik.Nara menggeleng. Adam mengambil tempat duduk di samping Nara."Kenapa wajahmu murung begitu Nara?""Aku tidak apa-apa bos, lihatlah! aku tersenyum." Nara memaksakan dirinya tersenyum.Adam tahu jika Nara berusaha kuat di depannya, dan karena itu Adam ikut memberikan senyum termanisnya untuk Nara."Jika kau kurang enak badan, sebaiknya pulang dan beristirahat lah." Nara menggeleng."Tidak bos, aku sudah banyak sekali izin cuti.""Lalu?" tanya Adam menyipit."Tentu saja aku harus rajin lagi bekerja setelah lama cuti bukan?""Ini perintah Nara, ayolah tidak apa-apa, sebaiknya kau pulang saja. kau terlihat sedang tidak enak badan.""Tapi....""Tidak ada tapi-tapian Nara." Adam menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri tanda tidak boleh menolak perintahnya."Hhh, baiklah tuan pemaksa." ucap Nara akhirnya.Adam terkikik mendengarnya, hati Adam menghangat melihat Nara kini sudah kembali ke sikapnya yang semula."Ayo ku antarkan, aku mau pergi juga." ajak Adam saat mereka sudah di luar toko bunga.Nara mengangguk tersenyum, mereka berdua masuk ke dalam mobil. Adam memasangkan saefty belt untuk Nara, tubuh Nara menengang dengan reaksi Adam."Nah, sudah." Adam mengangkat wajahnya yang tadi menunduk memasang saefty belt tersebut.Wajah mereka bertemu saling pandang, kedua manik mata itu saling menatap dalam satu sama lain."Kau cantik Nara." puji Adam tiba-tiba."Haaah?" kaget Nara luar biasa."Kau cantik Nara." ulang Adam lagi."Terima kasih atas ejekannya bos." balas Nara tersenyum kecut."Eeh, siapa yang bilang kau jelek Nara?""Tidak penting siapa-siapa saja yang menghina diriku, karena pada dasarnya kenyatannya begitu kan?!"Adam tertegun mendengar ucapan Nara yang terkesan ketus. tanpa berkata apa-apa lagi Adam menjalankan mobilnya.Keheningan menyelimuti mereka berdua, Adam melirik Nara yang melihat ke arah luar dari balik kaca jendela mobil."Kau tidak tahu Nara, bahwa kau itu sebenarnya cantik. hatimu bersih dan itu yang membuat kecantikan alami terpancar darimu. jika mungkin wajahmu sering di olok-olok oleh orang lain, itu bukan suatu masalah, malah mereka yang bermasalah. karena mereka tidak bisa menilai kecantikan seseorang berdasarkan mata hatinya." ucap batin Adam yang kini kembali fokus menyetir.TBC...Gimana nih? Lanjut gak?Voted dan komennya ya Terima kasihNara membuka pesan grup via WhatsApp sekolah SMA-nya dulu, teman-temannya mengajak untuk pergi berkumpul reunian.Nara sebenarnya malas datang, tapi ke tiga teman akrabnya memaksa, mau tak mau akhirnya ia menyetujui ajakan itu. Kini ia beserta ke-3 temannya telah sampai di tempat acara, Nara menghentikan langkahnya saat matanya melihat kehadiran seorang wanita yang dulu sangat suka menghinanya.Rizka teman sekolahnya dulu yang suka mengejeknya, dan sekarang wanita itu juga ada disini. Mira, Via dan Nazwa menghalangi langkah Nara yang ingin berbalik pergi."Lepas!" pinta Nara dengan suara tercekat."Kenapa Ra? kenapa lo harus takut? hadapi dia, jangan jadi pengecut gini dong." ucap Via."Kalian kenapa gak bilang kalau dia juga ikut kesini?" tanya Nara."Karena kami sengaja gak bilang, kalau kami bilang pasti kamu gak mau datang kan Ra?" "Tega ya kalian! kalian tahu kan dia itu seperti apa ke aku?" ucap Nara terisak.Mereka beremp
Happy reading ============="Kenapa senyum-senyum sendiri begitu Adam?" tanya Karina melihat putranya yang tersenyum sendiri."Tidak ada bu, hanya teringat Nara." "Nara?" Adam mengangguk."Lalu kenapa kau tertawa saat mengingatnya?" tanya Karina lagi."Dia sangat lucu!" ucap Adam tanpa menoleh ke arah Karina."Apa kau kira Nara itu seorang badut!" sinis Karina menatap tajam putranya.Adam yang mendengar nada sinis dari ucapan ibunya pun menoleh ke arah Karina."Oh ayolah ibu, aku tidak sedang mengejek Nara seperti orang lain yang selalu mengolok-ngoloknya." tegas Adam membantah ucapan sang ibu yang seakan menuduhnya."Apa kau menyukai Nara?" tanya Karina to the point."A--apa maksud ibu?" tanya Adam tergagap."Adam, aku ini ibumu, wanita yang mengandung dan melahirkan mu, merawat serta membesarkan mu hingga sampai sekarang ini, tentu saja aku mengerti bagaimana putraku, apa yang di sukainya dan apa yang di bencinya.
Happy reading! ❤️❤️❤️Nara menatap horor sosok pria yang menjulang di hadapannya, sosok itu tersenyum begitu manisnya. mengumbar kehangatan bak mentari bagi setiap yang melihatnya, namun sayangnya hal itu tak mempan untuk Nara."Ada apa kau kemari?!" tanya Nara galak."Tentu saja untuk membeli setangkai bunga. e--eeh tidak, tapi bertangkai-tangkai bunga sekalian akarnya." Arfaan mengedipkan sebelah matanya pada Nara.Nara sendiri terlihat jijik dan mual dengan bualan pria itu. Elma dan Tria terlihat khawatir pada Nara setelah Arfaan menginjakkan kakinya masuk ke dalam toko bunga."Cepatlah layani aku!" perintah Arfaan pada Nara.Tanpa banyak bicara Nara langsung melakukan apa yang di inginkan Arfaan, ia tak mau pria itu terlalu lama berada di sini yang semakin menimbulkan masalah untuknya.Arfaan melihat gelagat Elma dan Tria yang terlihat aneh begitu menatapnya, dengan iseng Arfaan pun mencoba untuk menggoda kedua wanita itu.
Happy reading ========"Apa? undangan makan malam!" ucap Nara spontan kaget."Ya, orang tuaku ingin bertemu denganmu. terutama ibuku, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu calon menantunya ini." Arfaan meneliti tubuh Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas."Kenapa kau tak bilang jujur saja, kalau kita ini cuma berpura-pura Arfaan." "Kau bego ya? aku mengajak mu menjadi kekasih pura-pura ku agar orang tuaku berhenti menjodohkan ku dengan berbagai jenis macam wanita-wanita aneh." ucap Arfaan kesal."Aku rasa bukan wanita-wanita itu yang aneh, tapi kau manusia langkah yang sangat aneh." "Wow! aku langka? hmm, itu artinya pria tampan di dunia ini cuma aku dong. ckck, betapa senang dan bangganya aku di lahirkan." Nara melirik kesal pada Arfaan yang semakin stress."Aku tidak mau datang, menurutku ini tidak di perlukan dalam kerjasama kita." protes Nara."Eeh, siapa bilang?" "Aku lah, coba kau pikir saja sendiri
Enjoy reading! ❤️❤️❤️❤️❤️Nara tampak gugup di hadapan kedua orang tuanya Arfaan, tampak sekali jika wanita itu gelisah duduk berhadapan dengan Santi dan Bimo. sedangkan Arfaan yang duduk di sampingnya malah cengenges-cengengesan."Pertunjukan di mulai, let's play!" ucap batin Arfaan senang dan tak sabar menunggu reaksi orang tuanya."Siapa nama kamu sayang?" tanya Santi lembut."Na--Nara tante." jawab Nara terbata-bata."Nama yang sangat cantik." puji Santi. "benarkan pa?" lanjut Santi bertanya pada suaminya."Iya ma, Nara umur berapa?" gantian Bimo yang bertanya."25 tahun om." "Wahh, umur yang sudah pas untuk menikah. bukankah begitu Arfaan?" ucap Bimo pada putranya."Eeh, gimana pa?" kaget Arfaan."Dih, anak kita ma, papa ngasih kode dia gak ngerti." kekeh Bimo.Sumpah! Arfaan merasa jengah dengan situasi ini."Nara pekerjaannya apa sayang?" tanya Santi lagi."Kerja di toko bunga milik bunda
Selamat membaca Arfaan menyudahi ciumannya saat melihat Nara kehabisan nafas, di lihatnya wajah Nara yang memerah dengan nafas tersengal-sengal sama sepertinya.Belum lagi bibir Nara yang terbuka, membuat Arfaan tergoda ingin memakannya habis di dalam mulutnya."Aku tidak suka kau bercanda seperti itu Nara, menakutkan sekali." ucap Arfaan setelah melepaskan ciuman keduanya."Jika kau mengatakan hal seperti itu lagi, aku tidak akan mengampuninya. kau mengerti!" ancam Arfaan.Nara yang masih mengatur nafasnya pun menganggukkan kepalanya, wanita itu masih belum berpikir dengan jernih."Kita pulang, atau melanjutkan di mobil?" bisik Arfaan membuat Nara tersadar kemudian memukul lengannya kuat."Mesum!""Tapi kau menikmatinya sayang," goda Arfaan.Nara tak menjawabnya karena rasa malu yang menjalarinya. ia memalingkan wajahnya yang memerah karena ucapan Arfaan.Arfaan berhenti menggoda Nara, ia menghidupkan mes
Nara tak berkutik sama sekali saat Santi membawa dirinya ke salon langganan keluarganya, tadinya ia sudah berusaha berulang kali menolak ajakannya. tapi Santi yang mempunyai jurus rayuan mematikan, membuat Nara akhirnya tak tega menolak.Dan di sinilah ia sekarang, membiarkan para mbak-mbak pekerja salon mempermak dirinya. di mulai dari perawatan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu perawatan wajah.Mereka juga memilihkan pakaian yang pas untuk Nara pakai malam ini, pilihannya jatuh pada sebuah gaun cantik dan elegan pilihan Santi. Nara menurut saja saat Santi menyuruhnya memakai gaun berwarna hitam itu, lalu mereka memilihkan heels yang cocok dengan warna gaun yang di pakai Nara. terakhir mereka memberikan polesan make up ke wajah Nara, hanya sapuan riasan yang tipis mampu membuat wajah Nara terlihat sangat cantik."Sudah selesai mbak." ujar salah satu mbak pekerja salonnya.Nara yang sedari awal di make up menutup mata
Arfaan mengernyit heran melihat cara makan Nara yang terkesan mengerikan, bagaimana tidak! wanita itu mencabik-cabik daging steak di piringnya sendiri.Setelah mencabik-cabik, Nara langsung memakannya dalam waktu cepat. seperti tak ingin membuang waktu kebersamaanya dengan Arfaan."Pelan-pelan saja makannya sayang." titah Arfaan mengingatkan agar Nara tidak tersedak.Nara mencibik kesal mendengarnya. sayang-sayang, palamu peyang! itu suara hati Nara yang berseru, jika Arfaan mendengarnya, sudah di pastikan pria itu mencak-mencak di tempatnya.Tiba-tiba saja Nara tertawa sendiri membayangkan Arfaan yang mencak-mencak, makanan yang ada di mulut Nara bahkan sampai muncrat akibat tawanya. "Ada apa? apa yang lucu?" tanya Arfaan curiga."Tidak ada." Nara menjawab santai di sela-sela tawanya."Tidak ada yang lucu, lalu kenapa kau tertawa." Fix, Arfaan mulai sebal jadinya. ia begitu kepo sekarang, Nara sukses membuatnya penasaran.