Share

Part 4

Nara membuka pesan grup via WhatsApp sekolah SMA-nya dulu, teman-temannya mengajak untuk pergi berkumpul reunian.

Nara sebenarnya malas datang, tapi ke tiga teman akrabnya memaksa, mau tak mau akhirnya ia menyetujui ajakan itu.

Kini ia beserta ke-3 temannya telah sampai di tempat acara, Nara menghentikan langkahnya saat matanya melihat kehadiran seorang wanita yang dulu sangat suka menghinanya.

Rizka teman sekolahnya dulu yang suka mengejeknya, dan sekarang wanita itu juga ada disini. Mira, Via dan Nazwa menghalangi langkah Nara yang ingin berbalik pergi.

"Lepas!" pinta Nara dengan suara tercekat.

"Kenapa Ra? kenapa lo harus takut? hadapi dia, jangan jadi pengecut gini dong." ucap Via.

"Kalian kenapa gak bilang kalau dia juga ikut kesini?" tanya Nara.

"Karena kami sengaja gak bilang, kalau kami bilang pasti kamu gak mau datang kan Ra?"

"Tega ya kalian! kalian tahu kan dia itu seperti apa ke aku?" ucap Nara terisak.

Mereka berempat tidak menyadari Rizka yang semakin berjalan mendekati mereka.

"Wow, ada apa ini?!" serunya bertanya seakan kaget.

Nara tersentak, suara Rizka bagaikan suara petir yang menyambar, sangat menyakitkan apabila tersengat petir tersebut dan langsung menghanguskan Nara hingga menjadi abu.

"Itik buruk rupa ku juga disini ternyata." ucapnya setelah memutar tubuhnya ke arah Nara.

Riska menatap sinis dan mengejek pada Nara, tapi se-bisa mungkin dia berusaha memasang wajah bersahabatnya.

"Cukup Rizka! kita disini untuk berkumpul sekaligus reunian, bukan untuk ajang cari ribut.

"Siapa yang cari ribut?" tanya Rizka santai.

"Pengantin baru kita mana? ah ini dia, Via." sambung Rizka mendekati Via dan memeluk wanita itu.

"Dimana suami mu?" tanya Rizka tanpa rasa malu.

"Tidak ikut, kenapa memangnya." sahut Via ketus.

"Sebaiknya kita masuk." ajak Mira.

Via, Nazwa, Mira dan Nara beriringan berjalan, langkah Nara dkk terhenti saat mendengar suara Rizka.

"Yang buruk tetaplah buruk, sampai kapan pun tidak akan pernah berubah!" pancing Rizka pada Nara.

Nara berusaha sabar dan melangkah kembali bersama ke tiga sahabatnya.

"Sombong sekali! dasar perawan tua!" pancingan Rizka berhasil.

Sedikit kecewa karena yang terpancing adalah Nazwa, Mira, dan Via. mereka bertiga membalikkan badannya dan berjalan kembali mendekat ke arah Rizka. sementara Nara hanya berbalik badan saja tanpa harus repot2 mendekati Rizka.

"Punya mulut bisa di jaga tidak!" ketus Mira menatap nyalang Rizka.

"Aku tidak ada urusan sama kalian! so, sebaiknya kalian ber-tiga minggir dan jangan sok jadi pahlawan untuk itik buruk rupa kita." ucap Rizka terkekeh di akhir kalimatnya.

"Riska!!" bentak Nazwa kencang.

"Upsss, mulutku ini terlalu jujur dalam bicara. ya, mau gimana lagi ya, dasar buruk tetap buruk." Rizka menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

Via ingin menjawab ucapan Rizka, tapi ramai orang beserta teman sekolahnya yang lain, membuatnya mengurungkan niat itu. sekarang mereka ber-lima menjadi sorotan.

"Kenapa kalian diam? takut pada ku ya?" tantang Riska kembali memancing, wanita itu tidak tahu rasa malu bahwa ia sedang berada dimana.

"Semuanya! lihatlah wanita yang berdiri itu!" ucap Rizka menunjuk ke arah Nara.

Nara terperangah dengan ucapan Rizka, ia merasa malu dengan hal itu.

"Apa yang kalian lihat dari dia?" tanya Rizka, dan otomatis semua orang menatap meneliti ke arah Nara.

"Apakah dia cantik?" sebagian ada yang menggeleng, sebagian lagi ada yang bergidik jijik melihat Nara, dan ada juga yang bersorak mengejek.

"Rizka, hentikan!" teriak Nazwa, Mira, dan Via barengan.

Namun Rizka seakan tuli dengan hal itu, wanita itu begitu puas menghina Nara.

"Apakah kalian ada yang mau, dan bersedia menjadi pacarnya?!" tanya Rizka dengan suara nyaring.

Seketika semua para pria yang ada di situ berlagak mual, dan hal itu kembali membuat Rizka tertawa puas.

"Kau sudah lihat, kan? tidak ada yang mau menjadi kekasihmu. uh, cup cup sayang." ejek Rizka membelai wajah Nara setelah ia mendekatinya.

"Siapa bilang?" suara seorang pria dari arah belakang kerumunan orang.

Spontan semuanya menoleh ke arah sumber suara, pria itu melangkah mendekat ke arah Nara.

"Siapa yang bilang tidak ada yang mau menjadi kekasih gadis ini?" tanyanya dengan senyum manis mematikan.

"Aku dan semua yang ada disini!"

"Kau yakin?" tantang pria itu.

"Tentu saja, jika ada pria yang mau menjadi kekasihnya. berarti pria itu mengalami gangguan penglihatan, dan hanya pria yang tidak waras lah yang mau dengan wanita jelek ini." Rizka menudingkan jarinya menunjuk Nara.

Pria itu tertawa simpul, ia melirik ke arah Nara yang tampak shock ternganga melihatnya. dengan iseng pria itu mengedipkan sebelah matanya menggoda Nara agar rileks, di rangkulnya bahu Nara dengan satu tangannya.

"Kalau begitu, aku lah sih pria tidak waras itu, dan sih pria yang mengalami gangguan penglihatan." pria itu mengedipkan kembali matanya, tapi kali ini ke arah Rizka.

Rizka tertawa. "kau bercanda tuan?" tanyanya mengejek.

"Bercanda? untuk apa?" tanya pria itu mengerutkan dahinya.

"Sudahlah tuan, jangan membuang-buang waktu untuk wanita jelek itu!" ucap Rizka.

"Apa katamu? jelek? kurang ajar!" ucapnya marah.

"Dengarkan aku semuanya!" teriak pria itu kencang menepuk tangannya.

"Wanita ini!" ucapnya dengan menunjuk Nara yang sedang di rangkulnya.

"Dia adalah KE-KA-SIH-KU!" ucap pria itu mengeja tiap kata kekasih ku dengan suara nyaring.

Semua orang ternganga mendengarnya, apalagi Rizka, Nazwa Mira, via. mereka sangat kaget mendengar ucapan pria itu.

Nara merasakan perih di bahunya akibat cengkeraman pria itu, ia mendongak menatap pria itu yang lebih tinggi darinya.

"Kau harus membayar ku yang sudah membantu mu nona angkuh." bisik pria itu dengan suara serak nan seksi.

Buku kuduk Nara meremang, apakah ini pertanda buruk? pikirnya was-was dengan semua yang terjadi begitu cepat.

Tbc...

Hayoo siapa nih kira-kira cowok yang nyelamatin Nara?

Awwhh!

Apakah ini pertanda baik atau buruk? Hohoho.

Jangan lupa voted dan komennya ya

Terima kasih.

Love Adelle 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status