Share

Part 6

Happy reading!

❤️❤️❤️

Nara menatap horor sosok pria yang menjulang di hadapannya, sosok itu tersenyum begitu manisnya. mengumbar kehangatan bak mentari bagi setiap yang melihatnya, namun sayangnya hal itu tak mempan untuk Nara.

"Ada apa kau kemari?!" tanya Nara galak.

"Tentu saja untuk membeli setangkai bunga. e--eeh tidak, tapi bertangkai-tangkai bunga sekalian akarnya." Arfaan mengedipkan sebelah matanya pada Nara.

Nara sendiri terlihat jijik dan mual dengan bualan pria itu. Elma dan Tria terlihat khawatir pada Nara setelah Arfaan menginjakkan kakinya masuk ke dalam toko bunga.

"Cepatlah layani aku!" perintah Arfaan pada Nara.

Tanpa banyak bicara Nara langsung melakukan apa yang di inginkan Arfaan, ia tak mau pria itu terlalu lama berada di sini yang semakin menimbulkan masalah untuknya.

Arfaan melihat gelagat Elma dan Tria yang terlihat aneh begitu menatapnya, dengan iseng Arfaan pun mencoba untuk menggoda kedua wanita itu.

"Hai, masih ingat aku?" lagi Arfaan mengedipkan sebelah matanya.

"Tuan handsome." Arfaan tergelak mendengar panggilan Elma untuknya.

"Anda ini bukankah pria yang beberapa hari lalu membeli bunga di sini, dan...."

"Dan?" tanya Arfaan penasaran dengan ucapan Tria.

"Dan yang menghina Nara."

Arfaan tampak berpikir seakan mengingat-ingatnya, kemudian ia tersenyum.

"Ah ya! kau benar cantik, tapi itu kemarin dan sekarang tidak akan aku menghina lagi dirinya."

Elma dan Tria saling pandang, mereka berdua menebak jika pria di hadapan mereka ini sudahlah bertobat, dan meminta maaf pada Nara.

"Karena sekarang dia adalah kekasihku." kedua bola mata Elma dan Tria membesar terbelalak kaget.

"Apa? kalian berpacaran?" tanya Elma syok, Arfaan mengangguk membenarkan.

"Se--serius?" tanya Tria yang masih tak percaya.

"Iya, itu benar! kenapa? apakah ada yang salah?" dengan cepat kepala Elma dan Tria menggeleng.

"Baguslah," Arfaan kembali mengedipkan sebelah matanya sembari terkekeh.

"Ini bunganya!" Nara datang menyodorkan rangkaian bunga lili yang sudah di rangkainya begitu cantik.

"Thank you, sweet heart." Nara melotot gusar ke arah Arfaan yang memanggilnya dengan sebutan begitu mesra.

"Apa? kenapa kau melotot begitu padaku?" tanya Arfaan nyaring membuat Nara malu pada Elma dan Tria.

"Sudah tenang saja! kedua teman mu sudah tahu mengenai hubungan kita sayang." Arfaan mendekati Nara, merangkul sebelah bahu wanita itu.

Tanpa sadar Arfaan memanggil Nara dengan sebutan sayang, hal itu membuat tubuh Nara menengang. apalagi sentuhan tangan kekar Arfaan yang begitu terasa di bahunya.

"Jangan terlalu lelah bekerja, aku pamit pergi." Arfaan menoleh ke arah Elma dan Tria.

"Tolong jaga pacarku ya girls." pinta Arfaan berakting sendu.

Elma dan Tria mengangguk patuh, Arfaan keluar dari toko bunga dengan senyum mengembang puas di bibirnya.

Nara mengelus dadanya sabar menghadapi kelakuan gila pria yang berpura-pura menjadi kekasihnya. untung keadaan di toko bunga sepi, coba kalau ramai, bayangkan saja!

Nara juga tak mengerti ini semua termasuk situasi yang menguntungkan dirinya, atau merugikannya dan malah petaka yang akan menghancurkan hidupnya.

Nara meringis menyebut petaka untuknya, semoga saja tidak. batinnya.

"Kapan kau akan membawa calon menantu mama ke sini?" tanya Santi pada Arfaan.

Arfaan menyeringai. "secepatnya Arfaan akan ajak dia kesini ma."

"Aaaaaaaa! senang mendengarnya."

"Tenang mama! Arfaan akan bawa calon menantu idaman yang mama impikan, tapi ini Nara. yang Arfaan jamin akan mama tolak mentah-mentah dari daftar list menantu idaman mama." ucap batin Arfaan senang.

"Apa mama begitu senang?" tanya Arfaan.

"Sangat senang! mama beneran udah gak sabar ingin bertemu dengan calon menantu mama Arfaan, bawa secepatnya ya nak." rengek Santi.

"Iya mama, mama tenang aja! cukup menyambutnya dengan hangat, dan menerima dirinya sebagai calon menantu di keluarga ini. mau kan ma?"

"Tentu saja dong mama terima sayang, pastilah wanita yang telah meluluhkan hati anak ku yang sekeras batu ini, adalah seorang wanita spesial yang di kirimkan tuhan untuk kita."

Arfaan terbelalak mendengar ucapan ibunya, apakah maksud semus ini... sang ibu akan menerima Nara apa adanya?

"Oh tidak!" tanpa sadar Arfaan bergumam sendiri seraya kepalanya menggeleng kuat.

"Kenapa Arfaan?" tanya Santi heran dengan reaksi putranya.

"Eeh, tidak apa-apa mama. Arfaan sangat senang bila mama berpikiran seperti itu, Arfaan izin pamit ke kamar dulu ya ma, selamat malam." Arfaan mengecup kening dan kedua pipi Santi.

"Selamat malam sayang." balas Santi tersenyum.

"Aaaaaa, aku sudah tidak sabar untuk secepatnya bertemu dengan calon menantuku." ucap Santi begitu girang.

Tbc...

Kira-kira gimana ya reaksi Santi waktu ketemuan dengan calon menantu pura-puranya, alias Nara.

Bakalan di terima gak ya? Wkwkwkw

Voted dan komennya kuy! biar semangat nih

Terima kasih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status