Happy reading!
♡♡♡♡♡"Sudah selesai." ucap Nara ceria begitu nyaringnya.Nara mematikan kompor, lalu ia taruh nasi goreng yang telah matang ke piring bersih, ia tata cantik, lalu Nara bawa dan ia hidangkan di atas meja.Wangi harum nasi goreng menggugah indera penciuman Arfaan, tampak mata pria itu berbinar bahagia melihat masakan Nara."Yeeaayy! makan!" serunya berteriak senang.Tak di pungkiri hal itu membuat Nara terseyum senang."Tolong ambilkan." pinta Arfaan manja menyodorkan piring kosong agar Nara mengambilkan nasi goreng untuknya.Dengan senang hati Nara mengambil piring itu, lalu mulai meyendokkan nasi goreng ke dalam piring Arfaan."Ini," Nara kembali menyodorkan piring yang sudah berisi kepada Arfaan."Terima kasih." ucap Arfaan tersnyum manis.Begitu semangatnya Arfaan ingin memakan masakan kekasihnya, Arfaan mulai menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya. dan..."Bagaimana?" tanya Nara harap-harMerindukan mu huhu Wkwkwkw ☆☆☆☆☆☆Sudah seminggu ini kepergian Arfaan ke Bali, dan seminggu ini pula Nara merasakan yang namanya kesepian.Jika biasanya mereka akan selalu ribut dan mendebatkan sesuatu hal, maka kini mereka terpisah oleh jarak dan waktu untuk beberapa saat."Menyebalkan!" gumamnya kesal.Nara kesal sekali pada Arfaan yang tak menghubunginya selama di Bali, pria itu hanya sekali menghubunginya dan itu pun cuma memberitahukan pada Nara jika ia telah sampai di Bali dengan selamat.Hal ini pun menjadi tanya besar bagi Nara, apakah Arfaan terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak sempat memberikan kabar. atau, pria itu tengah menikmati hari-harinya di Bali dengan wanita lain.Cepat-cepat Nara menggelengkan kepalanya saat pikiran tentang Arfaan selingkuh dengan wanita lain. "Apa yang aku pikirkan?" gumamnya merasa geli. "memang kenapa jika Arfaan selingkuh dengan wanita lain? hubungan kami juga han
"Aku merindukanmu." dua kata pengakuan yang meluncur mulus dari mulut Natasha.Arfaan tak bereaksi sedikit pun, tubuhnya terlalu kaku yang saat ini bertemu dengan Natasha."Apa yang sedang kau lakukan disini Arfaan?" Natasha pun tak berhenti bertanya demi agar Arfaan mau bicara."Perjalanan bisnis." jawab Arfaan singkat."Kesini sendiri?" Arfaan mengangguk.Natasha terdiam, sikap Arfaan yang terkesan kaku dan dingin. membuat ia sedikit tak enak, mungkinkah pria masa lalunya ini masih marah padanya."Kau sendiri, dalam rangka apa ke Bali? bukankah selama ini kau menetap di luar negeri?" tanya Arfaan balik."Ah iya, kebetulan aku sedang pemotretan disini. rencananya aku akan menetap di Indonesia untuk sementara waktu."Arfaan mengangguk, dan keadaan kembali canggung."Baiklah, nikmati harimu. aku masih ada urusan lain." pamit Arfaan s
"Arfaan, turunin aku!" Nara merasa malu dan geli di gendong seperti ini oleh Arfaan."Turunkan Arfaan, aku ingin menutup pintu."Lagi Nara memohon agar Arfaan menurunkan tubuhnya dari gendongan Arfaan dengan beralasan menutup pintu yang terbuka.Arfaan pun banyak akal, ia menggunakan sebelah kakinya mendorong pintu di belakangnya, Nara terbungkam melihat hal itu."Sudah tertutup bukan?" Nara manyun mendengarnya.Arfaan berjalan dengan masih menggendong tubuh Nara di depannya, Arfaan menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu milik Nara.Arfaan memangku tubuh Nara, posisi yang begitu sangat intim bagi Nara. ini kali pertamanya wanita itu se-intim ini dengan pria, jujur baru Arfaan lah pria pertama yang begitu dekat dengannya. meski hubungan yang mereka jalani masih gamang, karena semuanya berawal dari kata pura-pura."Kenapa sih?" tanya Arfaan mengernyit me
Wajah Arfaan tegang sekali begitu film genre horor di putar, film yang sedang mereka tonton saat ini berjudul bernafas dalam kubur, yang di perankan artis cantik Luna Maya.Awalnya Arfaan bersikap santai saja dan seolah-olah ia tidak takut pada film genre horor. tapi begitu memasuki adegan dimana hantunya muncul dengan wajah seram, Arfaan berteriak begitu kencangnya."Aaaaaaaa!!!" sangking kagetnya spontan popcorn yang sedang ia pegang jatuh berhamburan.Nara terkikik geli melihatnya, ingin rasanya ia menertawai Arfaan sampai guling-guling.Setelah adegan kembali normal, barulah Arfaan bisa bernafas lega. ia bahkan sampai mengelus dadanya, dan saat itulah ia baru sadar jika banyak pasang mata penonton lain yang menatap aneh dan geli ke arahnya.Arfaan tersenyum kikuk akibat jeritannya tadi, tak mungkin ia mengatakan jujur jika ia takut dengan film horor."A--aku han
"Arfaan, aku ingin kita berdua naik itu!" tunjuk Nara pada permainan roller coaster."Eh, kenapa kita?""Biar lebih romantis." kekeh Nara semakin membuat Arfaan meringis.Dalam hatinya Arfaan berdoa semoga Nara tak mengetahui sisi lain dari dirinya untuk yang kedua kalinya. cukup saja soal film genre horor. sial!"Ayo Arfaan!" Nara menarik lengan Arfaan kuat.Arfaan bergidik ngeri melihat permainan itu, sekali pun ia tak pernah menaiki wahana permainan itu seumur hidupnya. Arfaan menggelengkan kepalanya saat melihat bayangan dirinya yang sedang berteriak saat roller coaster itu bekerja."Arfaan ayo naik!" ajak Nara lagi saat permainan itu sudah berhenti.Banyak orang yang mual-mual saat telah selesai menikmati permainan itu. Arfaan melotot seketika melihatnya, dan banyak juga yang mengeluh merasakan pusing."Nara!"
"Cepat katakan apa maksud dari ucapan mu!" tekan Nara nyaris berteriak.Rizka semakin menyukai situasi ini, dengan santai wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada. seakan menantang sekaligus menguji kesabaran Nara.Saat Rizka ingin mengatakan sesuatu, dari kejauhan ia melihat Arfaan yang berjalan ke arah mereka. dengan cepat Riska mengeluarkan amplop berwarna kuning dan melemparkannya ke arah Nara."Itu dia, silahkan kau lihat tapi...."Kembali ia mendekati Nara dan membisikkan sesuatu ke telinganya."Buka-nya sendirian ya, karena aku tidak menjamin setelah kau membuka amplop ini, kau bisa nyaman dengan pria yang sekarang menjadi kekasih mu."Rizka menegakkan tubuhnya kembali, tersenyum sekali lagi pada Nara kemudian membalikkan badannya pergi sambil bersenandung ceria.Nara ingin mengabaikan amplop yang di lemparkan Rizka, tapi rasa penasaran te
Mengapa rasanya begitu sakit melihat fotomu bersama wanita lain?*****"Kenapa kau tidak mengangkat panggilan telepon ku?" tanya Arfaan marah.Marah karena Nara tidak mengangkat panggilan teleponnya selama seminggu, seminggu itu pula mereka nyaris tidak bertemu. Arfaan yang lagi sibuk-sibuknya dengan urusan bisnis di kantornya, dan di saat itulah Nara seakan menghindar darinya. bahkan Nara seakan memutus komunikasi yang terjalin di antara mereka.Bukan hanya itu, kemarahan Arfaan semakin bertambah, sebab Nara selalu tidak ada di rumah setiap kali ia datang ke rumahnya."Jawab Nara!" tekan Arfaan nyaris membentak.Melihat Nara yang hanya berdiam diri bagaikan patung, semakin membuat kekesalan pada diri Arfaan."Nara, ku mohon jawab!" pinta Arfaan lagi yang kini nadanya sedikit merendah."Maaf, aku sibuk."Arfaan melongo m
Kalian tidak akan pernah mengerti dengan perasaan ku!*******"Nara!" Arfaan berhasil mengejar Nara dan memegang pergelangan tangannya kuat."Lepas Arfaan!""Tidak, aku tidak akan melepaskannya jika kamu masih bertingkah seperti ini."Tanpa banyak berkata lagi Arfaan menarik tubuh Nara, menyeretnya menuju mobil Arfaan yang terparkir di area parkiran cafe."Masuk!" titah Arfaan.Nara menolak untuk masuk, dan Arfaan terpaksa memasukkan tubuh Nara ke dalam mobil."Awwwh!" Nara merasakan pergelangan tangannya yang terasa perih akibat cengkraman tangan Arfaan."Kau menyakiti ku!" omel Nara setelah Arfaan masuk ke dalam mobilnya.Arfaan memasang saefty belt Nara dan dirinya, tanpa menjawab protesan Nara, Arfaan melajukan mobilnya kencang."Aaaa! Arfaan, pelan-pelan." teriak Nara ketakuta