Wajah Arfaan tegang sekali begitu film genre horor di putar, film yang sedang mereka tonton saat ini berjudul bernafas dalam kubur, yang di perankan artis cantik Luna Maya.
Awalnya Arfaan bersikap santai saja dan seolah-olah ia tidak takut pada film genre horor. tapi begitu memasuki adegan dimana hantunya muncul dengan wajah seram, Arfaan berteriak begitu kencangnya.
"Aaaaaaaa!!!" sangking kagetnya spontan popcorn yang sedang ia pegang jatuh berhamburan.
Nara terkikik geli melihatnya, ingin rasanya ia menertawai Arfaan sampai guling-guling.
Setelah adegan kembali normal, barulah Arfaan bisa bernafas lega. ia bahkan sampai mengelus dadanya, dan saat itulah ia baru sadar jika banyak pasang mata penonton lain yang menatap aneh dan geli ke arahnya.
Arfaan tersenyum kikuk akibat jeritannya tadi, tak mungkin ia mengatakan jujur jika ia takut dengan film horor.
"A--aku han
"Arfaan, aku ingin kita berdua naik itu!" tunjuk Nara pada permainan roller coaster."Eh, kenapa kita?""Biar lebih romantis." kekeh Nara semakin membuat Arfaan meringis.Dalam hatinya Arfaan berdoa semoga Nara tak mengetahui sisi lain dari dirinya untuk yang kedua kalinya. cukup saja soal film genre horor. sial!"Ayo Arfaan!" Nara menarik lengan Arfaan kuat.Arfaan bergidik ngeri melihat permainan itu, sekali pun ia tak pernah menaiki wahana permainan itu seumur hidupnya. Arfaan menggelengkan kepalanya saat melihat bayangan dirinya yang sedang berteriak saat roller coaster itu bekerja."Arfaan ayo naik!" ajak Nara lagi saat permainan itu sudah berhenti.Banyak orang yang mual-mual saat telah selesai menikmati permainan itu. Arfaan melotot seketika melihatnya, dan banyak juga yang mengeluh merasakan pusing."Nara!"
"Cepat katakan apa maksud dari ucapan mu!" tekan Nara nyaris berteriak.Rizka semakin menyukai situasi ini, dengan santai wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada. seakan menantang sekaligus menguji kesabaran Nara.Saat Rizka ingin mengatakan sesuatu, dari kejauhan ia melihat Arfaan yang berjalan ke arah mereka. dengan cepat Riska mengeluarkan amplop berwarna kuning dan melemparkannya ke arah Nara."Itu dia, silahkan kau lihat tapi...."Kembali ia mendekati Nara dan membisikkan sesuatu ke telinganya."Buka-nya sendirian ya, karena aku tidak menjamin setelah kau membuka amplop ini, kau bisa nyaman dengan pria yang sekarang menjadi kekasih mu."Rizka menegakkan tubuhnya kembali, tersenyum sekali lagi pada Nara kemudian membalikkan badannya pergi sambil bersenandung ceria.Nara ingin mengabaikan amplop yang di lemparkan Rizka, tapi rasa penasaran te
Mengapa rasanya begitu sakit melihat fotomu bersama wanita lain?*****"Kenapa kau tidak mengangkat panggilan telepon ku?" tanya Arfaan marah.Marah karena Nara tidak mengangkat panggilan teleponnya selama seminggu, seminggu itu pula mereka nyaris tidak bertemu. Arfaan yang lagi sibuk-sibuknya dengan urusan bisnis di kantornya, dan di saat itulah Nara seakan menghindar darinya. bahkan Nara seakan memutus komunikasi yang terjalin di antara mereka.Bukan hanya itu, kemarahan Arfaan semakin bertambah, sebab Nara selalu tidak ada di rumah setiap kali ia datang ke rumahnya."Jawab Nara!" tekan Arfaan nyaris membentak.Melihat Nara yang hanya berdiam diri bagaikan patung, semakin membuat kekesalan pada diri Arfaan."Nara, ku mohon jawab!" pinta Arfaan lagi yang kini nadanya sedikit merendah."Maaf, aku sibuk."Arfaan melongo m
Kalian tidak akan pernah mengerti dengan perasaan ku!*******"Nara!" Arfaan berhasil mengejar Nara dan memegang pergelangan tangannya kuat."Lepas Arfaan!""Tidak, aku tidak akan melepaskannya jika kamu masih bertingkah seperti ini."Tanpa banyak berkata lagi Arfaan menarik tubuh Nara, menyeretnya menuju mobil Arfaan yang terparkir di area parkiran cafe."Masuk!" titah Arfaan.Nara menolak untuk masuk, dan Arfaan terpaksa memasukkan tubuh Nara ke dalam mobil."Awwwh!" Nara merasakan pergelangan tangannya yang terasa perih akibat cengkraman tangan Arfaan."Kau menyakiti ku!" omel Nara setelah Arfaan masuk ke dalam mobilnya.Arfaan memasang saefty belt Nara dan dirinya, tanpa menjawab protesan Nara, Arfaan melajukan mobilnya kencang."Aaaa! Arfaan, pelan-pelan." teriak Nara ketakuta
Semenjak Arfaan menyatakan perasaan dia yang sesungguhnya, kini ia dan Nara resmi menjadi sepasang kekasih sungguhan.Seperti saat ini, mereka kembali menghabiskan waktu berdua, menyempatkan kebersamaan di waktu luang sebelum kembali ke rutinitas aktifitas masing-masing."Arfaan, sekalian borgol aja deh tangan aku." dengus Nara dengan wajah kesalnya.Bagaimana tidak kesal? dari bertemu sampai sekarang, Arfaan terus memegang sebelah tangan Nara. bahkan saat menyetir tadi pun Arfaan juga memegang tangannya."Waah, ide bagus tuh! boleh juga di coba." cengir Arfaan cengengesan.Inilah resikonya punya pacar seperti Arfaan, terlihat cool memang dari luar, tapi menyebalkan luar dalam bagi Nara.Nara ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi ia urungkan begitu matanya menangkap sosok wanita cantik seperti yang pernah ia lihat di..."Itu dia!" Nara menunjuk ke arah belakang tubuh
Nara menatap horor wanita yang ada di depannya, sorotan mata sinis begitu terpancar di campur dengan aura-aura menegangkan.Elma dan Tria saling pandang, merasa heran dan merinding saat mereka merasakan atmosfer mengerikan antara Nara dan wanita cantik yang tak mereka kenal."Jadi kau bekerja disini?" tanyanya dengan mata yang mengintai seluruh isi di toko bunga tersebut."Ya," jawab Nara singkat."Wow! aku tidak menyangka.""Apanya?" Nara merasa jengah melihat tingkah dan ucapan Natasha."Ah tidak, hanya sedikit heran saja dengan Arfaan. aku kira dengan putusnya hubungan kami, dia akan mencari wanita yang jauh lebih...." Natasha tak melanjutkan ucapannya, dan Nara bisa tahu apa isi dari kelanjutan ucapan wanita itu hanya dengan matanya yang menatap Nara dari atas ke bawah."Yang lebih cantik? itu kan yang ingin kau katakan, Natasha?"Ke
"Arrrgggghhh!!" teriak Natasha membantingi semua benda yang ada di rumahnya."Aku membencimu Nara!"Praaanggg.Natasha melemparkan vas bunga ke cermin besar di rumahnya, hingga menimbulkan bunyi pecah yang kuat."Arfaan! dia milikku!" teriak Natasha nyaring."Hiks, hiks, Arfaan...." lirihnya menangis.Natasha masih tak terima dengan semua yang ia dapatkan hari ini, Santi mengusirnya secara tak langsung dan enggan menemuinya walau hanya sedetik saja."Arrrrrggggghhhhhhh!!"Di lain tempat...Arfaan datang ke toko bunga tempat Nara bekerja, tentu saja Nara sangat bahagia melihat kedatangan sang kekasih."Kejutan!" ucap Arfaan memeluk Nara."Kenapa tidak menelpon ku jika ingin datang kesini siang ini?" tanya Nara manyun."Namanya juga kejutan, kalau menghubungimu itu artinya bukan
"Tempat apa ini Arfaan?" tanya Nara heran begitu ia turun dari mobil, dan melihat sebuah tempat bangunan seperti toko.Tapi tempat itu kosong, namun sangat indah dan bersih. dan di sekitar toko itu terdapat banyak macam-macam bunga."Ini toko bunga siapa Arfaan?" lagi Nara bertanya karena rasa penasaran yang besar."Toko bunga milikmu!""Apa?!" kaget Nara menoleh spontan ke arah Arfaan."Iya, ini toko bunga milikmu Nara."Nara mengerjapkan matanya tak percaya dengan ucapan Arfaan."Jangan bercanda," elak Nara menggelengkan kepalanya tak percaya."Aku serius! karena itulah aku memintamu untuk berhenti bekerja di toko bunga itu."Nara terdiam kaku, maksud sebenarnya yang Arfaan lakukan ini?"Kenapa kamu melakukan ini Fan?""Apanya?"Keduanya sa