Share

04 - Penasaran

*****

Seorang pria memakai jas abu-abu duduk di kursi kebesarannya. Sebelah tangannya mengetuk-etuk OMAS - GAIA HIGH LUXURY, sebuah pulpen seharga kurang lebih 338 juta, ke atas meja kerjanya. Ia terlihat begitu serius menatap layar macbooknya. Steven semalam mengabarkan jika seluruh informasi mengenai identitasnya telah bersih dari dunia maya. Ricard harus memberi ancungan jempol untuk hacker terbaik yang dikenal oleh Steven. Tidak sia-sia, Ricard menggelontorkan bayaran mahal.

Ricard mengisi biodatanya pada situs kencan online dengan cepat dan cekatan.

Profile :

Name : R. Fello

Age : 28 y.o

Country : New York

Account : Fello01@hotmail.com

I'll make u fall in love!

Ricard terkekeh sendiri melihat profil yang terpajang pada situs tersebut. Sungguh, ia seperti pria yang kekurangan daya tarik bahkan tidak laku. Sesaat jarinya mengetikan tombol save, lantas ia mulai melihat satu per satu biodata yang sudah terlebih dahulu terpajang di sana.

Ratusan bahkan ribuan foto para pria dan wanita yang mencari jodoh di aplikasi tersebut, bukan hanya dari satu negara atau dua negara melainkan dari berbagai negara di dunia.

Ricard men-scroll satu per satu foto wanita, ia memilih lima foto wanita yang menurutnya menarik. Belgia, Swiss, Norwegia, Singapore dan Uzbekistan. Ia segera mengirimkan undangan perkenalan pada kelima wanita itu lewat emailnya.

Steven beberapa kali mengetuk pintu ruangan Ricard, tapi tidak ada sambutan dari pria itu. Steven memilih masuk dan mendapati bosnya itu sedang senyum-senyum sendiri.

"Sepertinya kau sedang bahagia sekali," sapa Steven dan sontak membuat Ricard terlonjak kaget.

Ricard berdiri sambil mengancungkan telunjuknya ke arah Steven. "Kau sangat tidak sopan! Kenapa kau tidak mengetuk pintu terlebih dahulu,"

Steven terkekeh melihat big boss-nya itu terlihat kaget akan keberadaannya di ruangan itu.

"Aku sudah berulang kali mengetuk pintu ruanganmu. Kakiku sudah pegal berdiri di depan pintu, tapi kau mengabaikanku," jelas Steven dan Ricard kembali duduk dengan gaya bossy-nya.

"Bagaimana? Kau sudah bertemu dengan wanita yang kau cari?" tanya Steven.

Ricard menghela napas, "belum, aku baru saja berkenalan dengan lima wanita dari lima negara berbeda. Tiga diantaranya sudah memberiku media sosial untuk memudahkan berkomunikasi, hanya saja mereka dengan cepat memintaku untuk menemui mereka,”

Steven terlihat tertarik mendengar cerita Ricard. "Lantas, kau ingin pergi menemuinya?"

"Tentu saja tidak. Baru beberapa menit yang lalu aku berkenalan dengan mereka dan mereka terlihat sangat agresif," ucap Ricard.

Ricard menunjukkan isi ponsel yang terhubung dengan e-mail aplikasi kencan itu pada Steven, dalam kurun waktu lima belas menitlebih dari 200 e-mail masuk untuk meminta perkenalan padanya. Steven bertepuk tangan melihatnya.

"Gila! Harus aku akui, pesonamu memang luar biasa. Meskipun kau sudah merubah identitasmu, tapi tetap saja, pesona wajah tampanmu menarik perhatian para wanita," kata Steven jujur.

Ricard hanya tertawa mendengar kejujuran dari mulut sahabatnya itu.

✈✈✈✈✈

Zeline menghempaskan ponselnya ke atas sofa. Kesal! Itu yang dirasakan Zeline dua hari terakhir ini. Aplikasi yang didaftarkan oleh sahabatnya membuat mood-nya menjadi buruk.

Bagaimana tidak, ratusan e-mail yang masuk meminta perkenalan padanya. Karena tidak ingin di cap sombong, Zeline rata-rata akan memberikan akun media sosialnya pada teman baru-nya itu untuk berkomunikasi lebih lanjut.

Siapa yang menduga, 80% dari pria yang mengajaknya berkenalan itu, selalu memperlihatkan batang berurat dan berotot yang selalu diucapkan oleh Fini dalam kesempatan Skype. Hal itu membuat Zeline mendadak depresi, baru awalan saja ia sudah dibuat il-feel.

Belum lagi, permintaan macam-macam yang diajukan oleh para pria baru kenalannya itu. Ia tidak menemukan pria berotak waras di sana. Seharian ini, Zeline mematikan notifikasi e-mailnya, ia ingin tidur seharian sebelum besok ia harus terbang ke Bali, untuk urusan pekerjaannya.

✈✈✈✈✈

Ricard mengetuk-etuk dagunya, sudah hampir tiga hari, tapi e-mailnya sama sekali tidak dibalas oleh satu wanita. Wanita itu berasal dari Indonesia. Salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara. Wanita dengan foto profil berwajah cantik, berkulit putih bersih serta rambut panjang agak bergelombang dan usianya terpaut tiga tahun di bawah Ricard.

Pria itu dibuat kesal hanya karena satu wanita yang tidak membalas pesannya di e-mail. Mengingat, biasanya ia selalu mendapat fast respon dari para wanita yang ia kirimi e-mail seperti biasanya.

Wajah kesal tentu ketara pada Ricard, seharian ini ia uring-uringan menunggu respon dari wanita itu. Sungguh, ia pun tidak tahu mengapa mood-nya tiba-tiba memburuk saat ini.

"Kau kenapa? Wajahmu terlihat lusuh," tanya Steven saat mereka sedang duduk di cafe untuk menghabiskan waktu sore dengan minum kopi.

Ricard memandangi ponselnya dengan gusar. Ia bisa saja mencari tahu dengan mudah semua hal yang berkenaan dengan wanita itu, hanya saja ia tidak mau melakukannya. Ia lebih suka mengalir, karena ia mencari wanita yang bisa menerimanya apa adanya.

"Ada satu wanita yang tidak membalas e-mailku!" Curhat Ricard akhirnya.

Steven melotot tak percaya, "hanya karena hal itu? Kau tampak gusar seperti saat ini?"

Ricard memijat dahinya pelan. "Entahlah!"

"Belum kenalan saja sudah sukses membuatmu gusar seperti ini, apalagi jika kau mengenalnya lebih jauh. Aku jadi penasaran wanita seperti apa yang membuatmu galau,"

"Ah- sudah. Diamlah!" Ricard menyenderkan bahunya ke sofa. Steven terkekeh dan menggeleng melihat sahabatnya kalut. Ini merupakan hal yang jarang bahkan tidak pernah diperlihatkan oleh Ricard selama mereka bersahabat.

✈✈✈✈✈

Pagi ini, suasana bandara tampak ramai. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari Jum'at. Semua orang nampaknya banyak yang akan menghabiskan akhir pekannya di kota lain, seperti Zeline saat ini salah satu contohnya. Kini Zeline tengah berada di ruang tunggu bandara, ia akan menghabiskan weekendnya untuk bekerja sekaligus liburan singkat.

Masih ada waktu tiga puluh menit lagi sebelum take off, Zeline memutuskan untuk pergi ke gerai kopi favoritnya. Starbuck! Ia memesan Vanilla latte untuk memulai aktivitasnya yang panjang hari ini.

Ia segera mengaktifkan notifikasi e-mailnya, yang seharian lalu ia matikan agar tak mengganggu waktu istirahatnya. Zeline membaca satu per satu pesan yang dikirimkan lewat e-mail dari para calon kekasihnya. Ya, ia masih menyeleksi satu per satu pria yang mengajaknya berkenalan.

Ada 15 e-mail yang sama, ia menanyakan mengapa e-mailnya sama sekali tidak di respon. Zeline penasaran, ia membuka profil pria itu. Tampan! Masuk dalam salah satu kriteria yang Zeline cari.Zeline kemudian mengamati lokasinya yang ternyata berada di New York, cukup jauh dari Indonesia. Dan usianya terpaut tiga tahun di atasnya, yang artinya sudah termasuk usia yang cukup matang.

Zeline mengetikan balasan padanya, memberikan beberapa media sosial seperti id Skype dan juga nomor Whatsapp-nya. Ini kali pertama, Zeline memberikan nomor WA-nya untuk pria asing dari aplikasi dating itu, biasanya ia hanya akan memberikan id skype saja.

Zeline menonaktifkan ponselnya menjadi mode pesawat terbang. Ia menggeret kopernya dan berjalan memasuki gate. 'Bali, I'm coming' teriak Zeline girang dalam hati.

"Yash! Thank's God!" teriak Ricard spontan membuat sekeliling cafe menatapnya begitu juga Steven.

Senyuman tak lepas dari Pria tampan ini, ia berkali-kali memandang ponselnya. Auranya tiba-tiba berubah menjadi lebih ceria dan bahagia, menurut pandangan Steven.

*****

Jangan lupa komentar nya yah. Thank you

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status