Share

4 - Aku menemukanmu

》gadis 16 milyar《

Ali membuka pintu kamar hotel dengan kasar lalu melangkah masuk dengan langkah tergesa. Meletakkan tas ransel berisi kamera di atas nakas, tangannya kemudian menyambar laptop silvernya dan membawanya duduk diatas tempat tidur dengan posisi kali menyilang.

Semua aktifitas Ali tak luput dari pengamatan Adam yang tampak sibuk dengan laptopnya.

"Kau kenapa, Rey?" tanya Adam sambil mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

Ali tak langsung menjawab tapi jemarinya menari diatas keyboard laptop dengan sangat lincah.

Lili Rezvan Azkadina.

Tapi mesin pencari di layar laptopnya tak menampakkan hasil apapun. Ali kembali mencoba menulis lagi.

Asprilia Rezvan.

Tapi lagi-lagi tak menemukan hasil. Ali mengerang frustasi sambil mengusap wajahnya dengan gusar. "Kenapa tak ada disini?" keluhnya.

"Apa yang kau cari, Rey?" tanya Adam lagi. Kali ini ia meletakkan laptopnya dan beranjak menghampiri Ali.

"Beberapa menit yang lalu aku baru saja bertemu dengan Lili!" terang Ali.

"Lili?" cicit Adam dengan kening mengernyit. "Dia ada di sini?"

Ali menghela nafas panjang. "Aku bertemu dengannya di jalan. Tapi aku tidak sempat mengejarnya!"

"Apa kau yakin?" tegas Adam.

Ali mengangguk sekali. "Sangat yakin. Bahkan ia sempat memakiku! Andai aku bisa mengendalikan rasa terkejutku, mungkin saat ini aku bisa menyeretnya kesini!"

Ali mengatupkan kedua rahangnya. Terlihat jelas sekali jika ia menyimpan dendam pada Lili. Wanita itu telah mencoba membunuhnya. Padahal, ia sempat menaruh hati pada wanita mungil itu begitu mengetahui Lili mengandung.

Ali jadi teringat akan satu hal. Bagaimana keadaan anaknya sekarang? Apakah ia sudah tumbuh dewasa?

Jika ia bisa menemukan Lili, bisa dipastikan ia juga bisa bertemu dengan buah hatinya.

》gadis 16 milyar《

Lili memijit pangkal hidungnya. Meeting hari ini benar-benar melelahkan. Beberapa karyawannya terbukti melakukan korupsi dan Lili terpaksa bertindak tegas dengan cara mengeluarkannya dari Perusahaan. Hal itu membuat Lili mau tak mau harus turun tangan menghandle Perusahaannya.

Lalu bagaimana dengan Sisi? Tidak mungkin ia akan meninggalkan Sisi di rumah Bali sendirian. Dan kota Surabaya juga terlalu berisiko untuk tempat tinggal Sisi.

"Al," panggil Lili kepada Albert yang saat ini tengah memegang setir kemudi. Laki-laki itu menoleh sedikit ke belakang. "Dua kali dalam seminggu aku bakalan ke Surabaya buat kroscek semuanya. Untuk saat ini aku nggak bisa tinggal di sini. Kamu mengerti alasannya kan?"

Albert mengangguk paham. "Iya, Nyonya. Saya mengerti. Keselamatan Nyonya Lili dan Nona Sisi adalah prioritas kami!"

Lili menghela nafas lega. "Tapi kamu nggak perlu kuatir. Aku tetep mantau semuanya dari sana!"

"Baik, Nyonya!"

Sore ini Lili langsung kembali ke Bali. Dalam pangkuannya ada Sisi yang tengah tertidur. Rasa iba menggelayuti hatinya. Sisi pasti sangat lelah hari ini, gadis kecil itu tampak terlelap. Untuk selanjutnya ia berencana tidak membawa Sisi, keadaan gadis kecil itu tidak memungkinkan jika harus mengikuti kesibukannya apalagi kota Surabaya tidak terlalu aman untuk Sisi tinggali.

》gadis 16 milyar《

"Mbak, diinget ya. Bangun pagi biasanya Sisi nangis. Gendong aja bentar habis gitu mandiin dan langsung minum susu sama sarapan. Masuk sekolahnya jam setegah 8 pagi ya, Mbak. Pulangnya jam 10 pagi. Kalo siang biasanya Sisi tidur jam satuan dan malam jam 8an biasanya udah ngantuk. Inget, Mbak. Sebelum tidur ajakin buat pipis dulu biar nggak ngompol!"

Wanita yang terlihat seumuran dengan Lili itu tampak menganggukkan kepalanya beberapa kali. Lili harus bergerak cepat untuk menyelamatkan Perusahaannya dan ia memilih asisten untuk membantu merawat Sisi selama ia tidak ada di Bali.

"Oh iya, Mbak. Satu pesen saya. Dikotak obat paling atas itu buat Sisi. Minumkan sebelum tidur ya, Mbak!"

"Baik, Bu!"

Lili kali ini sedikit lega. Setidaknya ia tidak meninggalkan Sisi sendirian di pulau asing ini. Hari ini ia ada jadwal ke Surabaya, seminggu setelah memecat beberapa karyawannya, Lili kembali ke Surabaya untuk mengecek Perusahaannya.

》gadis 16 milyar《

Ali benar-benar stress karena pencariannya sama sekali tak membuahkan hasil. Padahal ia sudah mengundur jadwal kepulangannya ke Surabaya demi mencari keberadaan Lili.

"Sudahlah, Rey. Kau tidak bisa terus-terusan seperti ini. Kau juga harus memikirkan pekerjaan kita yang terbengkalai beberapa hari ini!"

Ya. Adam ada benarnya. Seminggu ini Ali mengabaikan beberapa job yang menghampirinya. Mobil Ali merambat pelan menyusuri jalanan. Pagi menjelang siang di Pulau Bali dan lagi-lagi macet melanda.

"Kenapa selalu macet begini?" keluh Ali sambil memukul pelan setir kemudinya.

"Tenanglah, Rey. Di depan sana ada sekolahan. Mungkin saja sudah jamnya pulang!" sahut Adam yang terlihat tenang dan begitu menikmati kemacetan siang ini.

Senyum Adam tersungging saat menatap seorang gadis kecil yang tampak memanyunkan bibir tipisnya. Disebelah gadis cantik itu berdiri seorang wanita berumur yang sedang memegang payung.

"Lucu sekali!" gumam Adam lirih.

Kepala Ali seketika menoleh. "Jangan menertawaiku, Adam. Ini tidak lucu!" sergah Ali dengan nada penuh emosi.

Adam ikut menoleh dan tertawa kecil. "Bukan kau yang kumaksud, Rey!" Adam kembali menatap gadis berambut tebal panjang itu. "Lihatlah disana!" Adam menunjuk dengan dagunya.

Ali lalu mengikuti arah pandang Adam dan melihat seorang gadis kecil lucu yang tampak menunggu di pinggir jalan.

Kening Ali mengernyit. Ia lalu menepikan mobilnya. Tangannya langsung menggapai kamera yang ia simpan di jok belakang. Menyalakannya dan membuka galeri kameranya.

"I found you!" ucapnya lirih diiringi senyum yang mengembang.

》gadis 16 milyar《

Surabaya, 17 November 2018

AyaStoria


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status