Share

5 - Suara itu

》gadis 16 milyar《

"Finally. I found you!"

Kedua mata Ali menatap Sisi dari kejauhan. Sebenarnya ia ingin menghampiri gadis kecil itu tapi Ali ragu, takut jika gadis itu menolak bertemu dengannya. Lagipula, tempat juga menjadi alasan utama Ali mengamati Sisi dari kejauhan.

"Ayo, Non Sisi. Masuk!" seru Luna saat taxi pesanannya menepi dan berhenti tepat di depan mereka.

Sisi menurut dan masuk lebih dulu sementara Luna menyusul. "Jalan, Pak!" ucap Luna setelah duduk di sebelah Sisi.

Taxi biru itu melaju perlahan begitu juga mobil hitam di belakangnya.

"Siapa dia, Rey?" tanya Adam saat melihat Ali tampak fokus mengikuti taxi di depannya. "Apakah dia Delixia Xiena?"

Ali menggeleng pelan. "Bukan!" jawab Ali singkat.

Kening Adam seketika mengkerut. "Lalu?"

"Entahlah!" Ali mengangkat kedua pundaknya. "Saat pertama kali melihatnya, aku langsung menyukainya. Entahlah, mungkin karena wajahnya yang sangat cantik dan menggemaskan!" terang Ali. Tapi ada satu hal yang tidak kau ketahui, Adam. Aku merasa dekat sekali dengan anak itu.

"Ayolah, Rey. Dia bukan Delixia Xiena tapi kau begitu ingin mendekatinya. Kau kenapa, Rey?"

Ali tak menjawab. Baginya tak perlu Adam mengetahui alasan lain kenapa ia begitu ingin dekat dengan gadis kecil itu. Dan ada satu ide cemerlang Ali yang akan dipakainya untuk bisa dekat dengan gadis itu.

》gadis 16 milyar《

Ali ikut menghentikan mobilnya begitu taxi di depannya berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Seorang wanita keluar dan di susul dengan gadis kecil berambut lebat panjang.

Keduanya langsung masuk ke dalam rumah dan sama sekali tak mengetahui keberadaan Ali yang sejak tadi mengintainya.

"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" tanya Adam saat melihat keterdiaman Ali.

Ali tidak akan menghampiri gadis itu sekarang. Otaknya sedang bekerja mencari cara menarik perhatian targetnya. Tak sampai 5 menit, Ali memutar setir kemudinya dan meninggalkan rumah sederhana itu.

Belum sempat Adam membuka mulutnya, Ali sudah memberikan konfirmasi. "Aku tidak mau bertindak gegabah!"

Dan Adam langsung mengerti. Tapi satu hal yang tidak Adam mengerti. Kenapa Ali begitu terobsesi dengan gadis berambut panjang itu.

》gadis 16 milyar《

"Sudah, Bu. Non Sisi sudah makan dan minum obat!" jawab Luna sambil memegang ponselnya.

"Intinya obat jangan sampai telat dan lupa ya, Mbak. Kalau perlu bikin alarm buat pengingat!"

"Baik, Bu. Saya tidak akan lupa, Bu!"

"Oke. Saya percaya sama kamu. Oh iya, Mbak. Saya di Jawa 3 hari. Jaga Sisi ya. Kabari kalau ada apa-apa. Kabari kalau ada orang mencurigakan!"

"Baik, Bu!"

"Sekarang Sisi dimana, Mbak?"

Luna menolehkan kepalanya dan melihat Sisi sedang bermain boneka di teras rumah. "Sedang main boneka di teras, Bu!"

"Oke. Saya mau lanjut kerja lagi. Sudah, ya!"

"Baik, Bu!" Luna meletakkan ponsel pipih silver itu ke atas meja dan melihat keadaan Sisi sebentar. Setelah yakin Sisi baik-baik saja, Luna melangkah ke dapur untuk menyiapkan susu untuk Sisi.

Ali menyunggingkan senyum tipisnya. Ia lalu menoleh pada seseorang yang duduk di jok sebelahnya. "Lihat gadis kecil itu!" titah Ali.

Laki-laki berbadan kekar itu menatap seorang gadis yang ditunjuk oleh Ali. "Siapa dia, Bos?"

Ali menggeleng sekali. "Kau tak perlu tau. Yang harus kau lakukan adalah berpura-pura menculiknya. Tapi ingat, jangan sedikitpun kau lukai dia!"

Laki-laki itu mengangguk paham. "Trus?"

"Aku akan datang untuk menyelamatkannya!"

Laki-laki itu kembali mengangguk. "Oke. Paham!"

"Ini bayaran untukmu. Sisanya setelah berhasil nanti!" Ali memberikan sebuah amplop coklat pada laki-laki itu.

"Oke. Kerja sama yang menggiurkan!" seru laki-laki itu setelah mencium amplop pemberian Ali. Laki-laki itu lalu keluar dan melangkah tergesa mendekati Sisi. Saat laki-laki itu sudah berhasil menggendong tubuh mungil Sisi, Ali langsung keluar dari dalam mobil dan berlari menghampiri Sisi.

"Letakkan dia atau kubuat kau menyesal seumur hidup!" ancam Ali. Matanya sekilas menatap wajah Sisi yang sudah dipenuhi airmata.

"Cih. Seberapa besar nyalimu!" balas laki-laki itu sambil membuang ludah.

Ali mulai melancarkan aktingnya begitu juga penculik bayarannya. Perkelahian tak terelakkan tapi semuanya hanya akting belaka.

Luna yang mendengar suara tangis Sisi langsung berlari dan melihat Sisi ada dalam gendongan laki-laki asing. "NON SISI!!!" teriak Luna panik.

Teriakan Luna membuat perhatian penculik itu teralihkan dan kesempatan itu digunakan Ali untuk merebut Sisi dari gendongan penculik bayaran itu.

"Enyah kau sebelum aku bertindak lebih!" ancam Ali lagi.

Tanpa babibu lagi, laki-laki itu pergi berlari dan tak lupa meninggalkan sumpah serapah untuk Ali. Ali mengalihkan perhatiannya pada gadis kecil dalam gendongannya.

"Hei. Kau aman sekarang!" ucap Ali pelan tapi kelopak mata Sisi malah perlahan menutup.

"NON SISI!!" teriak Luna lagi. "Non Sisi. Non Sisi tidak apa-apa? Non Sisi. Bangun, Non!"

Kening Ali mengernyit dan menatap wajah gadis kecil yang ada dalam gendongannya. Ada apa dengan gadis kecilnya?

"Pak. Tolong antarkan Non Sisi ke Rumah Sakit!"

"Rumah Sakit?" cicit Ali.

"Iya, Pak. Non Sisi punya penyakit jantung, Pak!"

Sungguh Ali tak percaya dengan apa yang terjadi pada gadis kecil itu. Penyakit jantung?

Andai saja ia tidak mempunyai ide gila untuk berpura-pura menculik Sisi, mungkin ia tak akan membahayakan nyawa gadis kecil itu.

Sungguh. Ali sangat merasa bersalah. Ia berjanji akan melakukan apapun asalkan gadis kecil itu bisa selamat.

》gadis 16 milyar《

"Iya, Bu. Maafkan saya yang teledor, Bu!" Luna terlihat sangat ketakutan saat berbicara dengan Lili lewat telpon. Wanita itu sesekali menyeka pipinya yang basah oleh air mata.

Sementara Ali hanya duduk diam di kursi ruang tunggu, Sisi masih ditangani oleh Dokter di ruang ICU.

"Iya, Bu. Untung tadi orang yang menolong Sisi dari penculik itu!"

"Siapa dia? Apa dia masih ada disana?"

"Masih, Bu. Orang itu juga yang membawa Sisi ke Rumah sakit, Bu!"

"Kasih hpnya sama orang itu ya, Mbak. Aku mau ngomong!"

"Baik, Bu!" Luna mengalihkan perhatiannya dan menatap Ali yang tampak termenung. Lana lalu melangkah pelan menghampiri Ali. "Permisi, Pak!"

Kepala Ali mendongak dengan pandangan mata sayu. "Apa dia baik-baik saja?" tanya Ali.

Lana menggeleng pelan. "Maaf, Pak. Ibu mau ngomong sama Bapak!" Luna menyodorkan hpnya kearah Ali.

Ali terdiam sebentar sebelum menerima benda pipih itu. "Baiklah!" ucapnya sambil berdiri dan agak menjauh dari Luna.

"Halo. Mm ... Pak saya sangat berterima kasih atas bantuannya. Mungkin kalau tidak ada Anda, anak saya akan celaka!" cerocos Lili dari seberang sana.

Ali hanya terdiam mendengarkan suara wanita yang sedikit familiar di telinganya. Ali akui, suara yang di dengarnya kali ini sangat mirip dengan wanita yang selama ini ia cari.

"Iya. Sama-sama!" jawab Ali singkat.

Tak jauh beda dengan Ali, ekspresi Lili juga sedikit terkejut saat mendengar suara Ali. Degup jantung Lili entah kenapa mendadak berubah cepat.

"Sa--saya benar-benar berterima kasih, Pak!" ulang Lili.

"Sudahlah. Tidak usah terlalu berlebihan. Lagipula, bukankah sesama manusia harus saling tolong menolong?"

"I--iya, Pak!" Lili mendadak kikuk. "Saya sangat beruntung andai bisa bertemu dengan Anda!"

"Mungkin bisa diatur nanti!"

Tanpa mengatakan apapun, Lili memutus panggilannya. Ia meraba dadanya yang terasa berdebar. Entah perasaan apa ini, Lili tidak tau.

"Kenapa aku jadi keinget sama Om Ali?"

》gadis 16 milyar《

Surabaya, 28 November 2018

AyaStoria


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status