Netanya tahu, ketika keluarganya yang munafik itu mengadakan pertemuan, tentu ada acara merendahkan dirinya. Gadis itu enggan untuk mengikuti pertemuan hari ini, tapi lahir di keluarga Braja dia sudah berjanji sedari zigot jika dia harus mematuhi aturan tertulis maupun tidak.
Keluarga kayu jati itu akan berlibur ke pantai, sebuah resort mewah milik Oma Monica. Kekayaan nenek sihir itu memang ada di mana-mana.
Netanya melihat penampilannya, ibunya yang memilih pakaian ini, dress panjang floral berwarna merah, dan topi pantai, rambutnya dia gerai. Gadis itu menarik napas panjang, entah kapan dia bisa terbebas dari semua kutukan ini, terkadang dia bersyukur terlahir dari keluarga yang sudah punya sendok emas di mulutnya, tapi ketika sudah tahu karakter keluarga yang rakus akan harta, Netanya merasa lahir di keluarga ini adalah kutukan.
"Neta! Sudah siap?" Netanya mendengar teriakan ibunya, yang membuat dia malas adalah, setiap pertemuan selalu diadakan dengan ajang
"Net kembali. Setelah enam tahun berpisah. Bukankah itu tandanya kita berjodoh?" goda Darris sambil tersenyum lebar versi menyebalkan Neta."You siapa? I tak kenal!" Neta, menurunkan kacamata miliknya dan memadang Darris tak suka. Sok akrab! Dasar biji luwak!"Santai Net. Abang akan setia macam dulu. Buktinya sekarang, abang jomblo." Neta hanya mendesis kesal sambil mendorong Darris. Beruntung mereka sedang berada di koridor fakultas yang sepi.Darris dan Neta berbeda dua tahun. Keduanya saling berkenalan saat masih SMA. Netra kelas 12 dan Darris kelas 10. Dan saat lulus S2 Neta langsung diterima, saat melamar menjadi dosen.Dan entah sial anugerah dia menjumpai mantan pacar yang paling menyebalkan, yang pernah Neta kenal. Dan cowok tengil ini sok akrab, padahal statusnya sekarang adalah dosen dan sang mantan seorang mahasiswa. Oh ini sangat memalukan!Neta berharap, Tinkerbell mencuri Darris agar cowok menyebalkan ini hila
"Papa cuman punya satu anak, dan saat kamu teruskan jadi Selebgram yang bisa meredup kapan saja, dan ilmu yang kamu dapatkan dari Cambridge jadi sia-sia. Jangan! Papa mengirim kamu ke luar negri, untuk kembali dan mencerdaskan bangsa. Saat orang lain lulusan luar negri berebut ingin jadi direktur, Papa minta jadilah dosen. Terapkan ilmu yang kamu dapatkan di sana. Saat kamu merasa didikan di sini salah, jangan mengulang kesalahan yang sama." Neta diam. Entah ia harus bersyukur atau menangis karena nasib ini. Ia terlahir dengan sendok emas di mulutnya. Orang tuanya sudah kaya tujuh turunan. Jadi, walau tak kerja Neta akan tetap mendapatkan semua fasilitas yang ia inginkan. Seperti hedon dan berkumpul bersama teman sosialita. Tapi semua itu tidak ia lakukan, karena Neta tahu pertemanan oleh kalangan atas kaum Borjuis tidak ada yang tulus, semua uang-uang dan uang.Terkadang Neta ingin berlari dari semua ini, dan hidup sendiri secara sederhana yang penting apa yang ia ingin
Jika surga di telapak kaki ibu, bagaimana kalau dibalik neraka di tangan mantan? Agar Neta bisa menghanguskan mantannya yang rese ini."Ehem. Maaf kamu tidak sopan, saya dosen di sini." Neta langsung mendorong Darris. Kenapa harus kampus ini? Padahal ayahnya bisa memilih kampus lain, memang sia-sia saja. Padahal, padahal Neta sudah melupakan si tengil ini. Tapi kembali berdiri di hadapannya dengan senyum andalan yang sangat menyebalkan seperti ini."Aku udah tahu kok sayang. Itu suatu kebanggaan buat aku, selamat ya." Mata Neta hampir lepas dari sarangnya saat Darris mencium pipinya. Ya Tuhan anak ini benar-benar. Bagaimana memukul kepala Darris agar laki-laki ini sadar?"Aku teriak nih, pelecehan." ancam Neta. Darris makin terkekeh. Tak menyangka mantan pacar akan semakin bening dan dewasa seperti ini. Mana wanginya bisa-bisa bikin khilaf. Jujur, Darris pernah berciuman. Karena bundanya selalu memberi wejangan."Kamu boleh pacaran, ta
Soto selalu mengisyaratkan tentang kesederhanaan, soto selalu mengingatkan tentang kedamaian.Dengan ragu, Neta duduk di salah satu bangku. Tempat soto yang Darris ajak sepi. Banyak bangku kosong. Neta tak pernah makan di sini, ia tak tahu bagaimana ibunya akan mengamuk jika tahu ia berani makan di tempat seperti ini."Kita minumannya es teh." Neta terseyum masam, ia yakin langsung sakit perut setelah ini. Mari kita doakan toilet Neta.Neta diam, saat melihat sekeliling. Bangku yang sudah reot, bangunan yang menyedihkan. Mungkin diam-diam ia bisa kesini lagi, memberi bantuan untuk memperbaiki bangunannya.Dengan ragu, Neta menarik es teh yang berisi segelas besar. Dan meminumnya, rasanya segar memang tapi tidak dengan perutnya."Ini soto langgangan aku sama kembaran aku." Neta menatap Darris. Laki-laki ini suka sekali membanggakan kembarannya. Neta berusaha tersenyum tapi rasanya sulit. Wanita itu menunduk ke bawah, hanya l
Netanya berusaha dalam hidupnya menghindari namanya pertemuan, apalagi pertemuan keluarga besar dalam rangka memamerkan sejauh mana cucu-cucu dari keluarga kayu jati berhasil. Dan sejauh ini, Netanya belum melakukan banyak hal yang bisa ibunya banggakan.Netanya merasa bersalah pada Ibunya yang berusaha untuk membela anaknya. Netanya tak suka seperti itu, Ibunya tak perlu berusaha keras agar ia diakui. Netanya benci pengakuan, hidupnya dipenuhi dengan kepalsuan membuat dirinya tak percaya pada siapapun atau senang dengan semua pengakuan palsu yang terlihat begitu menjilat tersebut.Hari ini Neta ingin seperti biasa tak mau terlalu terlihat mencolok dari para sepupunya yang semuanya lulusan luar negri bahkan ada yang masih kuliah dan rela pulang ke kampung halaman demi makan malam bersama dan pamer kehebatan dan juga kekayaan. Dari dulu, Netanya tak terobsesi untuk menjadi orang kaya karena ia tahu menjadi kaya artinya semua palsu. Semoga orang yang mendekati
Keluarga kayu jati selalu identik dengan kemewahan dan hal itu menjadi yang tak bisa dipisahkan dari hidup mereka. Seperti Netanya berusaha agar tak terlalu menonjolkan kemewahan atau tampil dengan wah agar diakui ia kalangan old money. Justru Netanya menghindari hal itu.Pagi ini Netanya mematut dirinya di cermin, sambil melihat penampilannya di cermin.Gaya vintage, walau mungkin orang lain pakai dikira kuno apa yang telah terpasang di tubuh Netanya selalu cook. Atasan kemeja panjang berwarna kuning emas dengan rok biru dongker dengan motif bunga warna kuning. Ibunya pasti mengamuk melihat penampilannya kini. Ibunya ingin melihat Netanya selalu tampil girly tapi Netanya tak selalu memenuhi ekspektasi ibunya.Netanya turun ke bawah dan seperti biasa sudah banyak makanan yang tersaji di atas meja dan semuanya harus serba sehat. Susu murni tanpa gula, roti tawar tanpa selai atau selai yang dibuat khusus tidak mengandung gula sama sekali. Walau suda
Netanya menyukai kesederhanaan—tidak dengan ibunya. Netanya menyukai sesuatu yang sepi—ibunya menyukai keramaian. Tapi, Netanya berusaha untuk mengikuti segala aturan yang telah ibunya buat—demi kebaikannya.Sepertinya sekarang Netanya duduk di depan meja rias dengan seorang make up artis yang ibunya panggilan untuk dirinya demi berkencan dengan Joe Taco. Netanya hanya melihat wajahnya di kaca dengan wajah cemberut—ia tak suka ide ini. Tapi perintah Nyonya Aura itu wajib. Sama seperti namanya yang selalu membawa aura baik, aura jahat, aura kelam."Ini rambutnya digelung. Pakai bulu mata, alisnya juga dibentuk.""Ma." tegur Netanya. Ia tak suka berdandan, tapi ibunya mengingikan anak yang seperti Liona. Pandai berdandan, menyukai keramaian, pandai membawa diri, pandai bergaul, dan bisa punya pacar artis-artis terkenal.Pertemuan Netanya dengan Joe Taco merupakan sebuah gerbang menuju
Sejujurnya, Darris penasaran bagaimana hidup Netanya sebenarnya. Ia bisa terlihat cuek dan perhatian di saat yang bersamaan. Ia bisa berbicara sinis dan detik berikutnya ia bisa tertawa. Netanya gadis yang unik dan susah ditaklukkan."Sebenarnya kalian para cewek suka atau mau cowok yang gimana?""Emang aku cewek?" tanya Ilene dengan tangan begitu pasrah. Harusnya Darris sadar ia dan kembarannya tidak seperti manusia normal."Manusia jadi-jadian." Ilene langsung melemparkan tasnya tepat di kepala Darris yang sedang menyetir di sebelah. Keduanya mendapat jadwal bimbingan yang sama, jadi bisa berangkat bersama."Oh, nanti mau kenal sama calon istri aku tak? Cantik bangat." Ilene hanya memandang sinis pada kembarannya. Kembaran rasa musuhan."Aku udah lupa-lupa ingat siapa Net-Net. Kan masih SMA banyak kenal orang, kecuali kuliah teman dikit." Jaman sekolah, kita pasti akan menjaring teman sebanyak mungkin. Tapi saat sudah kul