Share

Tiga : Jurang Pemisah dan Jembatan

Soto selalu mengisyaratkan tentang kesederhanaan, soto selalu mengingatkan tentang kedamaian. 

Dengan ragu, Neta duduk di salah satu bangku. Tempat soto yang Darris ajak sepi. Banyak bangku kosong. Neta tak pernah makan di sini, ia tak tahu bagaimana ibunya akan mengamuk jika tahu ia berani makan di tempat seperti ini. 

"Kita minumannya es teh." Neta terseyum masam, ia yakin langsung sakit perut setelah ini. Mari kita doakan toilet Neta. 

Neta diam, saat melihat sekeliling. Bangku yang sudah reot, bangunan yang menyedihkan. Mungkin diam-diam ia bisa kesini lagi, memberi bantuan untuk memperbaiki bangunannya. 

Dengan ragu, Neta menarik es teh yang berisi segelas besar. Dan meminumnya, rasanya segar memang tapi tidak dengan perutnya. 

"Ini soto langgangan aku sama kembaran aku." Neta menatap Darris. Laki-laki ini suka sekali membanggakan kembarannya. Neta berusaha tersenyum tapi rasanya sulit. Wanita itu menunduk ke bawah, hanya lantai kasar yang tidak disemen rapi. Perut Neta langsung bereaksi, tapi ia diam saja demi menghargai orang yang mengajaknya dan juga menghargai yang punya makanan. 

Tak lama, dua mangkuk soto sudah dihidangkan di hadapan keduanya. Ada ceker, jeroan, toge, kol. Neta sebenarnya ingin bilang, jika ia tak suka makan toge mentah, tapi ia diam. 

Seperti alam bawah sadar, Darris mengambil jeruk sambal yang sudah dibelah dua dan memeraskan di mangkok soto milik Neta. Wanita cantik itu akhirnya tersenyum. 

"Coba rasa kuahnya. Enak?" Ragu Neta mengambil sedikit kuah dab menyeruputnya. Not bad. Ia merasa seperti dejavu, pernah berada di situasi seperti ini sebelumnya. Dengan Darris yang berada di depannya, pakaian yang sama, tempat yang sama. Neta menggeleng dengan segala kegilaannya. 

"Habis ini kamu kembali ke kampus?" 

"Sebenarnya saya dosenmu. Jadi, bisa dipanggil yang lebih sopan?" tanya Neta sarkas. Darris tertawa. Wanita itu mendelik sebal, laki-laki di hadapannya memang setengah waras. 

"Manggil sayang kayaknya sopan bangat ya." goda Darris, membuat Neta ingin mencubit semua kulit Darris sampai memar. Dia seperti tak tahu malu, dan juga sangat menyebalkan. 

Rasa aneh di perut Neta sedikit terobati dengan hangatnya kuah soto yang masuk dalam mulutnya. Bahkan sekarang Neta bingung bagaimana memakan ceker-ceker ini. Diam-diam Neta memperhatikan bagaimana Darris makan ceker. Tapi bukannya fokus pada cara makan, wanita itu langsung fokus pada rupa mantannya. Laki-laki ini tidak jelek, dalam artian jika diajak jalan tidak akan malu-maluin karena tampangnya lumayan, walau sifatnya tidak seperti rupanya. 

Alis tebal yang berbentuk sempurna, hidung panjang yang lurus dan mancung, bahkan ada lesung pipi saat Darris tertawa walau hanya sebelah. Bahkan, Darris punya tahi lalat di bawah dagu yang menambah kesan manis. Mata hitam kecoklatan yang suka menyipit seperti bulan sabit ketika tersenyum selaras dengan lesung pipinya yang menyembul malu-malu. Bibirnya yang merah alami, tidak tebal dan tidak tipis. Neta menggeleng, sudah sejauh mana ia memperhatikan detail laki-laki ini. 

Ingatlah Net! Status kalian begitu jauh. Ada jurang pemisah yang sangat jauh, yang tidak bisa disatukan. Seperti teluk Alaska yang bersama tapi tidak bersama. Mungkin kalian bisa bercanda bersama tapi tak bisa saling memiliki. Neta menggeleng lagi, kenapa ia harus memikirkan sejauh itu? Darris hanya mahasiswa bimbingan yang kebetulan sudah lama kenal. Bukan harus menyamakan atau memaksakan keadaan. Itu takkan pernah terjadi. 

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Neta melempar tasnya asal dan juga sepatunya ke sembarang arah. Wanita itu berbaring di atas kasurnya luas. Ia menunggu detik-detik toiletnya terasa panas. Dan ibunya akan mengomeli karena ketahuan makan sembarangan. 

"Ah kacau bangat nih jadwalnya." Neta turun dari kasur yang membuatnya bisa tenggelem karena terlalu empuk dan begitu lembut membuat tubuhnya terasa begitu ringan saat ia ingin melepaskan penat. 

Neta mengambil i-pad yang sudah is buat jadwalnya. Semuanya berantakan, mungkin ia bisa mengganti jadwal atau fokus ke satu tugas terlebih dahulu. Neta kerja tidak digaji, baiklah ia sendiri yang mengingkan ini. Karena gaji sebulan bisa dihitung sebagai jajanannya sehari-hari. 

"Enakan maskeran aja ya. Biar nggak pusing." Neta memanggil asisten rumah dan menyiapkan segala kebutuhan masker dan juga memakaikan di wajahnya dan ia tinggal berbaring cantik. 

"Capek bangat ya?" tanya Bu Neti. Wanita yang sudah berumur yang mungkin pernah jadi nanny selama Neta masih kecil. 

Wanita tua itu memijit bahu majikannya. Neta menutup matanya, perutnya terasa penuh sekali dan sebentar lagi ia akan meledak di toiletnya karena Darris juga memberinya challenge makan sambal yang banyak. Huh, laki-laki itu kadang tak berperikeperutan. Kasian sekali perutnya nanti. 

Bahkan Bu Neti memijit kepala Neta membuat sang empu sedikit rileks. Mungkin bangun nanti, Neta harus menyiapkan jadwal ulang. Ia tak bisa hidup sembrono seperti itu, dari lahir hingga sebesar ini, hidup Neta teratur, jadi ia juga terkadang risih melihat orang yang hidupnya tanpa aturan. Kok bisa mereka hidup kelewat santai begitu? Padahal dengan aturan, hidup menjadi tertata dan juga menjadi orang yang dispilin. Dari kecil Neta selalu ditekankan jika orang disiplin adalah orang yang sukses. Neta belum bisa membuktikan jika ia suskes tapi ia juga tak butuh sukses juga ia takkan jatuh miskin. Neta bisa tiduran, goleran di kasurnya dan ia takkan hidup miskin. Tapi orang tuanya selalu mengajarkan, semakin kanu kaya maka kamu akan semakin bekerja lebih keras. 

🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭

Darris bersiul-siul senang dan puas. Dengan menyetel lagu Charlie Puth ia mulai mengerjakan revisi proposal dari sang pujaan hati. Bukankah dunianya terasa indah sekarang? Darris rela revisi setiap detik jika ada Neta selalu bersamanya. Jatuh cinta membuat segalanya jadi indah. 

I loved you dangerously

More than the air that I breathe

Knew we would crash at the speed that we were going

Didn't care if the explosion ruined me

Baby, I loved you dangerously

Mmmm, mmmm

I loved you dangerously

Darris mengikuti alunan lirik yabg dibawakan Charlie Puth begitu dalam.  Bagaimana seseorang bisa mencintai begitu dalam. 

"I love dangerously my Net." Darris bernyanyi seperti orang gila, saat ia sadar ruangannya sudah terang.  Kembaran isengnya berdiri di sana sambil nengambil video dirinya yang bisa ia jadikan aib. Kembaran laknat! 

"Bisa-bisanya kembaran aku udah gila." komentar Ilene sambil menggeleng, dan memasukan lagi ponselnys dalam skau takut Darris merebutnya dan menghapus video tersebut. Padahal ini bisa ia jadikan aib atau memeras Darris. 

"Berisik keluar sana." Darris melempar Ilene dengan bantal panjang. Gadis itu menghindar dan tertawa keras. Jika keduanya berinteraksi sudah dipastikan banyak hal gila yang mereka lakukan bersama, tapi mereka juga bisa kompak jika ingin melakukan kejahatan. Ilene dan Darris adalah the real partner in crime. Sudah satu korban yang mereka celakai, beruntung sampai sekarang sang korban tidak tahu jika dua manusia yang sangat peduli ini adalah tersangka utama. 

"Udah sampai mana?" Ilene mendekat. Saat melihat banyak deretan jurnal yang membuatnya mual duluan. Ilene suka membaca dan juga menulis, tapi membaca jurnal panjang-panjang dengan bahasa tinggi membuat kepalanya berputar-putar. Makanya Ilene suka bacaan ringan seperti membaca novel yang selalu menghiburnya. Dan bisa membawanya jadi penulis. 

"Ada revisi. Tapi udah beres kok." Darris berkata dengan songong sambil merenggangkan tangannya. Puas dengan hasilnya. Walau Darris laki-laki, harus Ilene akui jika kembarannya lebih rapi dari dirinya. Ilene yang menulis maka akan terlihat ia bukan wanita yang rapi dan juga pandai merawat diri. 

"Tumben bangat jurnalnya bahasa Inggris." Ilene membaca sekilas jurnal itu, tentang bidang yang Darris geluti. Ilene adalah orang sastra yang akan pusing membahas masalah laut. Ilene tak tahu, kenapa Darris begitu tertarik dengan laut. Mungkin masih kecil, Darris sangat terobsesi menonton kartun Finding Nemo atau mungkin Spongebob dengan Sandy dan bikini mini miliknya. 

"Yaiyalah. Inilah hebatnya jurusan kami, harus kuasai ilmu khusus dan juga banyak bahasa." Ilene mencibir ingin menoyor kepala adiknya. 

"Eleh tai kucing." 

"Eh-eh ngapaian?" protes Darris saat Ilene sudah berbaring di sampingnya. Mereka sudah besar jadi Darris suka canggung saat Ilene terlalu akrab seperti ini. Harusnya mereka mengerti batasan. Bukan Darris manusia tukang horny yang tak tahan melihat betis wanita, tapi Darris merasa tak nyaman. 

"Berisik! Buat aja tuh proposal." Karena kesal, Darris menarik rambut panjang Ilene. Ilene tak segan bangun, dan mencakar kembarannya. 

"Ampun nya." teriak Darris. Saat Ilene mencakarnya membabi-buta seperti orang kesurupan. Darris di bawah, Ilene di atas dan sekarang menggelitik perut Darris. 

"Wah pertunjukan seru nih. Apa yang kalian lakukan?" teriak Ilona dalam satu tarikan napas. Dua orang itu langsung terdiam. Dan tinggal mendapatkan hukuman mereka nanti. 

"Ai, kamu perempuan dan kalian sudah besar. Nggak boleh lagi seperti itu, kecuali kalian masih kecil kayak Danish." Sidang dimulai! Dua kembaran itu hanya menunduk, ketika bundanya sudah mengeluarkan taring seperti ini. 

"Tapi Danish masih satu tahun bunda. Mana bisa." protes Darris. Mana ada anak satu tahun mengerti gelitik. Yang sering Darris lihat, bayi itu terus menempel pada ibunya dan menetek setiap saat. Walau masih muda, Azyan luar biasa bisa mengurus anak. Semoga Neta pandai mengurus anak seperti Azyan, walau kalau dilihat penampilan Neta seperti bukan orang biasa, apalagi statusnya sebagai dosen sekarang. Mungkin jalannya memang tak mulus, tak Darris rela jatuh berkali-kali, bangkit demi mendapatkan cinta Netanya sampai titik darah penghabisan. 

"Kamu ya bunda bilangin. Kalian udah dewasa, nggak pantas main kayak tadi." Darris meringis saat merasakan telinganya panas dan gatal ditarik bundanya. Ilene melirik dengan ekor matanya, takut kena sengatan lebah tersebut karena rasa panasnya akan lama hilang. 

"Dengar ya Ai. Kamu perempuan." Ilene mengangguk. Melirik ke arah Darris yang masih menggosok telinganya. 

"Kalian sudah dewasa, bahkan sudah punya keponakan. Malu lah sama keponakan, masa kalah sama keponakan." Darris malas lagi mendengarkan ocehan bundanya. Terkadang ia merasa, ia dan kembarannya seperti anak tiri dan Azyan seperti dijadikan anak emas oleh bundanya. Tapi Darris tak pernah dendam pada Azyan, ia sudah melupakan segalanya. Mungkin memang bukan takdirnya, dan Tuhan menggantikan dengan yang lebih baik, keluaran unlimited. Mendapatkan Netanya itu sangat langka. Wanita yang sinis, tapi jika sudah menaklukkan hatinya maka kita akan melihat bagaimana Netanya memiliki jiwa yang besar. 

"Tumben nggak potong pajak?" tanya Darris menatap bundanya. Awalnya bundanya menatap mereka serius dan garang dan akhirnya mereka tertawa bersama. Karena bundanya sering mengancam tak diberi uang jajan. Seperti anak kecil memang. 

"Usahlah kalian udah besar. Masa bunda harus hukum terus kayak anak kecil. Malu sama kucing tetangga. Tapi bunda nggak mau lagi lihat kayak tadi. Kunci aja kamarnya, biar nggak diganggu." Darris mencolek pada Ilene, kode jangan suka sembarangan masuk kamar orang. Ilene memutar bola matanya malas, bundanya memang sudah mengajarkan hal ini sejak kecil. Apalagi kamar orang tua, haram hukumnya untuk masuk sembarangan. Hingga sekarang Ilene ingat, ia tak pernah masuk dalam kamar orang tuanya. 

"Bagaimana proposal kalian? Udah sampai mana?" tanya Ilona pada dua anak kembarannya. 

"Ya lagi berjalan. Kan bunda lihat sendiri, tiap hari ke kampus." jawab Ilene. Proposal miliknya sedikit lagi di ACC. Dan ia bersyukur tinggal ia juga membagi waktu mengurus naskah yang tak ada habisnya dari editor rese kesayangannya itu. 

"Kamu?" 

"Bukan biasa aja tapi ini luar biasa bunda. Bayangkan, Adek punya dosen pembimbing baru, lulusan luar negri. Keren bunda. Mana cantik lagi plus mantan lagi." Kalimat terakhir hanya Darris lontarkan dalam hatinya. Nanti bundanya mengomel lagi, jika ia tak skripsi tapi sibuk dengan dosen pembimbing yang bening. Tapi Darris jujur, Netanya makin menawan sekarang. Rasanya seperti sulit untuk ia menggapainya. Tapi Darris sudah bertekad, walaupun dunia menolak kukatakan ku tetap cinta kau. 

Ilene memandang kembarannya curiga. Darris sudah menceritakan tentang si mantan. Tapi Ilene sulit mengingat yang mana satu, mungkin ia bisa memastikan nanti saat keduanya berada di kampus dan bertemu dengan kesayangan Darris itu. Ilene tanpa sadar tersenyum. Ia juga punya kesayangan tahu. Editor rese dengan segala perintahnya dan membuat Ilene naik darah setiap saat, tapi sehari tanpa Moon layaknya sehari tak makan nasi. Begitu pentingnya Moon dalam hidup Ilene sekarang. Senyum Ilene makin lebar, mungkin saat ia tahu identitas Moon, ia akan mencium Moon sampai lemas. Jangan lupakan dendamnya, melempar uang tepat di wajah Moon dan melempar kepala Moon dengan laptopnya agar Moon sedikit mengurangi sifat menyebalkan itu. 

"Nanti bunda periksa lagi proposal kalian. Pastikan kalian bisa lulus semester ini. Jangan nunda terus, biar nggak bayar uang kuliah tersebut." Baik Ilene maupun Darris tersenyum penuh makna. Karena mereka sudah punya planning masing-masing tentang masa depan mereka saat lulus. Masa depan berada di tangan masing-masing. 

Ilene menjadi seorang penulis best seller, Darris menjadi seorang Engineering yang gajinay setara dengan direktur perusahaan, dan secepatnya menabung dan melamar Netanya. Wanita secantik itu, tak bisa dibiarkan lama-lama. Karena banyak antrean nanti.

Ah Netanya. Nama yang begitu indah dan merdu, seolah diciptakan khusus buat telinga Darris. Darris memang bisa melihat jurang pemisah, tapi bukankah ia bisa membangun jembatan untuk hubungan mereka dan bisa mereka lalui tanpa hambatan? 

Darris siap membangun jembatan demi menyambut sang princess di ujung. 

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

Maafkan part yang sedikit cringe. Aku berharap kalian tetap terhibur dengan cerita receh ini. 

Masih terlalu dini bicara konflik😅😅😅. Tapi jujur, aku paling semangat nulis konflik. Apalagi buat konflik berat sampe tokohnya mau mati gatau semangat bangat😫😫😫. 

See you💋💋💋💋💋💋

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rizka Ahmed Syukri
dan pembaca bakal semangat banget nyerang author pake nuklir kalo ada yang mati,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status