"Sha, Disha?"panggil seseorang di sampingku.
"Ohh iya, kenapa?"ujarku.
"Kamu kenapa sha, kamu sakit?" ujar perempuan disampingku yang tampaknya seumuran dengan diriku saat ini.
Kulihat nama di name tag nya tertulis "dr.Alika."
"Owh aku gak apa-apa kok, cuma sedikit mengantuk saja tadi,"ucapku sambil tersenyum pada gadis itu.
"Owh kukira kamu sakit sha, kamu kelihatan pucat soalnya,"ucap gadis itu.
"Ah masa si? aku gak apa-apa kok,"ucapku sambil tersenyum pada gadis itu.
"Ini sudah lewat dari jam dinas malam sha, sebaiknya kamu istirahat, dokter yang lain juga sudah pada pulang,"
"Ohh iya kalau gitu aku mau ganti pakaian dinasku dulu, kamu bisa anterin aku ke ruang ganti gak? kepalaku sepertinya sedikit pusing saat ini,"ucapku.
"Kamu gak apa-apa? ayo aku bantu kesana,"ujar gadis itu.
Sesaat aku merasa lega karena gadis itu sepertinya tidak menyadari jika aku sedang bersandiwara saat ini.
- di "Tahun" yang lain -
"Sayang kau belum pulang?" ucap seseorang yang tiba-tiba berlari kecil menghampiriku.
Kulihat sekilas name tag di jas putihnya itu tertulis "dr. Barra Razka Bumi," melihat namanya akupun teringat dengan lelaki yang memiliki nama yang sama di tahunku sebelumnya.
Tiba-tiba akupun tersadar jika aku belum menjawab pertanyaan dari lelaki yang ada di depanku saat ini.
Akupun mulai berpikir siapa nama panggilan lelaki ini? dan mengapa ia memanggilku sayang. Pikirku masih dalam keadaan bingung.
"Pagi dokter Bumi,"sapa salah satu petugas yang lewat.
Owh jadi nama panggilan lelaki itu adalah Bumi? batinku.
Tampak lelaki didepanku saat ini menatapku dengan bingung dan tak lama ia mendekatiku, "Lara apa kau sakit? wajahmu pucat sekali?"ucap lelaki itu.
Kembali dia memanggilku dengan nama yang sangat asing bagiku. Kenapa dia dan perawat tadi memanggilku Lara. Aku pun semakin bingung atas apa yang terjadi pada diriku saat ini.
"Ayo kita pulang, aku dengar dari perawat ruangan jika kau tampak pucat dan kelelahan, kebetulan aku juga sudah selesai dinas," ujarnya sembari menggenggam tanganku dan membawaku menuju ke ruang ganti karyawan di Rumah Sakit ini.
Setelah berganti pakaian ia pun membawaku ke parkiran dan menuju ke salah satu mobil yang terparkir di sana.
"Mobil ini sangat berbeda sekali dengan yang ada di tahunku sebelumnya, ada di tahun berapa sebenarnya aku sekarang?" gumamku dalam hati.
"Bagaimana kalau kita makan dulu sebelum menjemput syilla disekolahnya?" ujar lelaki disebelahku.
"Syilla? siapa lagi ini?"gumamku.
Sesaat aku merasa bingung atas apa yang terjadi pada diriku saat ini dan tak lama aku menjawab pertanyaan dari lelaki itu sesaat yang lalu.
"Baiklah," ujarku. Lebih baik aku menjawabnya seperti itu agar dia tidak curiga terhadapku.
"Baiklah, aku tidak sabar untuk bertemu dengannya," ujarnya sembari tersenyum dan mengemudikan mobilnya.
Setelah selesai makan ia pun membawaku ke suatu tempat dan menurutku itu adalah sekolah dari anak yang bernama Syilla seperti yang diceritakan lelaki itu sebelumnya.
"Halo cantiknya ayah," ujar lelaki itu sembari tersenyum kecil dan menghampiri gadis kecil itu. Terlihat gadis kecil itu tersenyum riang saat menatap lelaki itu dan segera berlari memeluknya.
"Ayaah Cilla kangen ayah,"ujar anak kecil itu dengan wajahnya yang menggemaskan.
"Ayah mana bunda?" tanyanya kepada ayahnya.
"Iya sayang ayah juga kangen sama syilla, itu bunda di belakang," ujar sang ayah sambil menunjuk ke belakang.
Disha yang saat ini terlihat dari luar sebagai Lara tampak sangat bingung dengan keadaannya saat ini.
Ia baru sadar ketika melihat bayangannya sendiri di kaca mobil sesaat sebelum ia berjalan menghampiri lelaki dan gadis kecil yang sedang melihat kearahnya saat ini.
Ia baru menyadari jika ia sangat berbeda dari dirinya yg sebelumnya. Dia menyadari jika ia tampak seperti wanita yang ia lihat sebelumnya saat berpapasan di koridor rumah sakit dengan rambut cokelat panjang yang terurai dan kulit putih yang sama seperti dirinya.
Hal yang paling membedakan antara ia dan Lara adalah Lara tampak anggun dan cantik dengan pakaian dan riasan make up di wajahnya saat ini.
Apa saat ini aku telah bertukar posisi dengan wanita itu dan telah masuk ke zaman wanita itu ??
Tiba-tiba pikirinnya tersadar oleh panggilan seorang gadis kecil yang lucu dan menggemaskan dihadapannya.
"Bundaa, bunda kenapa? kok dari tadi gak jawab panggilan Cilla?" Ujar gadis kecil tersebut.
Disha yang tersadar langsung menjawab panggilan syilla. "Iya sayang, bunda denger kok,"ucap Disha.
Ternyata gadis kecil ini adalah anak dari Lara, wanita yang wajahnya sama seperti dirinya dan lelaki itu pasti adalah suami dari Lara.
Perlahan-lahan aku mulai menyadari posisi diriku ditahun dimana diriku berada saat ini.
"Bunda lagi gak enak badan sayang, ayo kita pulang,ayah sudah beliin cokelat kesukaannya syilla tadi dijalan," ujar Bumi kepada gadis kecilnya itu.
"Yey Cilla gk sabar pingin makan cokelatnya yah,"ujar syilla dengan wajah gemasnya.
"Iya sayang, di rumah nanti yah makannya," ujar Bumi.
"Iya yah," ucap Syilla tersenyum menuruti kata lelaki itu.
Lelaki itu tampak mengelus sesaat puncak kepala gadis kecil itu dan tersenyum padanya, tampak gadis kecil itu tertawa riang sambil terus berbicara pada lelaki dan wanita yang sedang berjalan disamping dirinya.
Sesaat mereka berjalan meninggalkan tempat itu dan tampak sepasang manusia itu sesekali tertawa saat mendengar celotehan lucu dari gadis kecil tersebut.
Tak lama mereka masuk kesebuah kendaraan dan meninggalkan tempat itu hingga kendaraan mereka tampak tidak terlihat dan perlahan menghilang diujung jalan itu.
Bersambung..
- Lara POV -Aku berjalan keluar dari Rumah Sakit ini masih dalam keadaan bingung. Ada di tahun berapa sebenarnya aku saat ini. kenapa semuanya tampak seperti berbeda. Tak lama akupun sampai di halte bus.Aku melihat seorang gadis pelajar disebelahku yang terlihat asyik menunggu bis sambil mendengarkan musik. Kulihat benda yang dipegang oleh gadis itu."Walkman??" Bukankah itu benda yang banyak digunakan oleh orang-orang di tahun 1990an. Mungkin masih ada yang menggunakannya di tahunku yang sebelumnya, namun mungkin sudah sedikit orang yang menggunakannya.Tak lama datang seorang pelajar lain yang membawa sebuah majalah di tangannya. Kulihat tulisan tahun yang terlihat sangat jelas di majalah itu."1996? Apakah saat ini aku berada di tahun 1996?" Seketika akupun berkeinginan untuk menanyakan sesuatu kepada pelajar itu."Dek hari ini tanggal berapa ya?" tanyaku.
"Bumi, syilla aku merindukan kalian,"gumamku dalam hati.Tiba-tiba aku teringat dengan lelaki dan gadis kecil yang sangat aku rindukan itu.Tak lama pintu kamar itu terbuka, terlihat wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Disha menyuruhku untuk keluar dan makan siang bersama sama."Disha ayo makan dulu, dari pulang tadi kamu belum makan apapun, ibu takut nanti kamu malah sakit, malam ini kan kamu masih harus dinas lagi," ucap wanita itu.Sesaat aku sedikit terkejut saat mendengar perkataan wanita itu."Astaga aku belum tahu sama sekali tentang jadwal dinasku ditempat Disha bekerja saat ini, kenapa aku tidak terpikir sama sekali?" gumamku dalam hati."Iya Bu," ucapku.Sesampainya di Rumah Sakit aku bertemu dengan Alika yang kebetulan malam ini kami satu shift di ruang yang sama."Ka aku lupa untuk jadwalku besok, kamu menyimpan ja
"Siapa dirimu sebenarnya??"Mendengar pertanyaan lelaki itu membuat wanita itu sangat terkejut saat mendengarnya. Ia tidak menyangka jika lelaki itu dapat mendengar perkataannya yang tanpa sengaja ia ucapkan tadi.Tampak wanita itu terdiam sesaat dan berpikir, dan tak lama ia mengucapkan sesuatu."Se sebenarnya aku bukan Lara," ucap wanita itu dengan sedikit takut.Lelaki itu sangat terkejut mendengar perkataan wanita itu. Hal yang dipikirkannya selama ini ternyata benar. Wanita yang saat ini ada di hadapannya ternyata memang bukan Lara istrinya."Jadi siapa kau sebenarnya??" tanya Bumi dengan rasa penasarannya yang belum terjawab."Aku adalah Disha, wanita yang memiliki wajah yang mirip seperti istrimu, namun aku bukan berasal dari tahun ini, melainkan aku berasal dari 24 tahun yang lalu," ucap wanita itu.Bumi POVApaa?? bagaimana aku b
Lara POVAku harus segera memikirkan cara untuk dapat kembali ke tempatku semula, pasti ada alasan kenapa aku dan Disha bisa bertukar masa seperti sekarang ini.Ia pun berjalan keluar dari Rumah Sakit menuju gerbang luar Rumah Sakit. Sesaat dia menoleh kebelakang untuk melihat Rumah Sakit ini secara lebih jelas, dan benar saja apa yang dipikirkan oleh Lara.Bentuk dari Bangunan Rumah Sakit ini sama persis dengan Rumah Sakit dimana dia dan suaminya bekerja. Hanya nama dan sedikit perubahan dari gedungnya saja yang berubah antara saat ini dan di masa tahunnya ia bekerja dulu.Karena memang seiring berjalannya waktu pasti ada sedikit perubahan dan renovasi dari gedung Rumah Sakitnya yang dulu. Di masa ini Rumah Sakit ini belum menjadi Rumah Sakit Pendidikan seperti di masa yang akan datang.Wajar saja karena dimana ia berada saat ini adalah 24 tahun kebelakang, jauh dengan
Lara POVTidak terasa sudah seminggu aku berada di tempat ini. Dan selama itu pula aku belum menemukan cara untuk dapat kembali ke tempatku semula, bertemu dengan orang-orang yang kucintai."Sedang apa kalian disana? aku sangat merindukan kalian," gumamku dalam hati.- Rumah Sakit November 2020 -Hari itu tampak seorang wanita sedang sibuk menjalani dinas siangnya. Terlalu sibuknya sampai ia lupa untuk mengisi perut dan dahaganya.Disela-sela waktu luangnya ia mencoba untuk mengisi perutnya dengan makanan yang ada di pantry ruangan dinasnya.Sembari ia mengunyah makanan untuk mengisi kekosongan perutnya ia teringat sepertinya ada barangnya yang tertinggal di dalam lokernya.Selesai ia menghabiskan makanannya ia pun bergegas menuju ke lokernya. Sesampainya di loker tampak barang yang ia cari masih berada disana."Syukurlah, kupikir sudah h
- Pertemuan -Dari kejauhan tampak seorang laki-laki sedang duduk di sebuah taman yang luas di suatu Rumah Sakit. Lelaki itu tampak sedang memikirkan sesuatu.Dari wajah tampannya tampak menunjukkan bahwa ia sangat sedih sekaligus terlihat rapuh karena terus memikirkan wanita yang dicintainya."Bagaimana mereka bisa saling berpapasan di koridor itu? sedangkan mereka jelas-jelas berada di masa yang berbeda," gumam lelaki itu.Tiba-tiba lelaki itu teringat kembali saat ia dan Disha datang ke Rumah Sakit pada waktu itu, ia dengan langkah yang terburu-buru segera menuju ke jalan koridor rumah sakit yang menuju ke ruang icu.Namun ia tidak melihat adanya sesuatu yang terlihat aneh disana. Tak lama Disha pun menyusul dibelakangnya."Kau yakin disini tempatnya?" tanya Bumi kepada Disha."Iya aku sangat yakin disini tempat aku berpapasan dengan Lara sebelum cahay
Lara POVAku baru saja menyelesaikan dinas pagiku hari ini, kemudian kuberjalan menyusuri halaman depan Rumah Sakit dimana tampak beberapa orang berlalu lalang disini.Sebagian besar adalah pasien yang mayoritas penduduk lokal di kota ini. Tidak lama akupun melihat sosok lelaki yang sangat aku rindukan selama ini.Ya, dia adalah Barra Razka Bumi, suami yang sangat aku cintai. Tanpa sadar aku berjalan perlahan ke arahnya. Tak lama dia menyadari kehadiranku dan menatapku dengan tatapannya yang penuh dengan kerinduan.Aku melihat dia seperti mengucapkan sesuatu kepadaku, namun aku tidak dapat mendengar apa yang ia katakan. Akupun tersenyum dan berjalan mendekat ke arahnya."Lara? apakah kau adalah Lara?" tanya lelaki itu. Sudah lama sekali aku tidak mendengar suara itu. Suara dari lelaki yang selama ini sangat kurindukan."Iya ini aku, aku sangat merindukanmu dan Syilla, aku
Bumi masih berbaring di tempat tidurnya, ia masih merasa lelah setelah pulang dari dinas malamnya, apalagi setelah ia bertemu dengan sosok Lara yang tiba-tiba menghilang, memikirkannya semakin membuat dirinya merasa lelah.Namun saat ini ia bukan berbaring di kamar dimana ia dan Lara dulu tidur bersama, melainkan ia berbaring di kamar tamu di lantai atas tak jauh dari kamar dirinya dan Lara dulu.Karena kamar yang dulu ia tempati bersama Lara sementara ini Disha yang menempatinya. Sampai saat ini Bi Darmi tidak mengetahui jika ia tidur di kamar tamu itu.Bi Darmi masih mengira jika ia tidur bersama Disha di kamar ia dan Lara. Semenjak ia mengetahui bahwa Lara yang saat ini bersamanya adalah bukan istrinya, ia segera memutuskan untuk tidak tidur dalam kamar yang sama dengan wanita itu.Tiba-tiba ia teringat dengan kertas yang diberikan Disha pagi tadi saat di Rumah Sakit. Ia pun mengambil kertas itu