Chapter 1
Crystal Winter
Ketika titik kehidupanmu berada di atas, semua orang menyanjungmu, memujimu, dan berusaha menjilatmu. Tetapi, ketika kau jatuh pada titik terendah, lihat saja, mereka tidak akan sudi melirikmu. Mereka bahkan menertawakanmu.
Dalam hidup seorang Crystal Winter, kesalahan pertamanya adalah mencintai biola melebihi hidupnya. Gadis cantik keturunan satu-satunya keluarga Winter itu menghabiskan lebih dari separuh hidupnya untuk bermain biola dan bergelimang kemewahan, ia adalah Violinist sekaligus salah satu sosialita di negaranya.
Seorang Vionilist berlatar belakang putri pengusaha kaya raya, pemilik kebun anggur dan pabrik wine ternama di Eropa. Bukan hanya itu, mereka juga memiliki sejumlah peternakan sapi berikut pabrik keju. Kekayaan keluarga Winter mungkin tidak akan pernah habis dalam waktu seratus tahun.
Namun, semuanya berubah saat ayah dan ibunya terlibat dalam kecelakaan tragis yang merenggut nyawa mereka. Dalam sekejap hidup Crystal bagai dijungkirkan ke dalam titik paling menyedihkan, ia bukan hanya kehilangan orang tuanya. Tetapi, juga seluruh harta warisannya. Dan itu adalah kesalah kedua Crystal, ia kehilangan haknya karena ia tidak pernah belajar mengelola bisnis keluarganya.
Jack Winter, ia adalah anak adopsi di keluarga Winter. Pria tinggi besar dengan kulit kecokelatan itu mengambil alih seluruh bisnis keluarganya. Dengan pongahnya pria itu mengusir Crystal dari rumahnya, ia juga memberikan pengumuman palsu jika Crystal adalah anak adopsi keluarga Winter dan karena kedua orang tua mereka telah tiada Jack memutuskan untuk tidak ingin bertanggung jawab atas hidup Crystal. Entah bagaimana caranya pria itu bisa membalikkan dokumen kepemilikan seluruh aset keluarga Winter menjadi miliknya.
Pria itu membalikkan fakta.
Memangnya kenapa jika ia benar anak adopsi? Meski faktanya ia bukan anak adopsi. Ia adalah anak kandung keluarga Winter. Jack-lah yang anak adopsi karena seingat Crystal, Jack dibawa dari panti asuhan saat Crystal telah duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Ia telah mampu mengingat semuanya dan Jack berusia lima tahun lebih tua darinya.
Orang tua Crystal sangat menyayangi Jack, mereka menaruh harapan besar pada pria itu, dididik sebagai penerus keluarga mereka kelak bahkan telah menetapkan pernikahan Jack dan Crystal. Crystal tidak menolak gagasan itu karena wajah Jack sangat tampan, mereka telah saling mengenal sejak kecil. Crystal tahu sifat Jack, begitu pula Jack. Pria itu memiliki rahang yang kokoh dan garis hidung yang tegas. Mata biru pria itu seindah lautan, dan yang Crystal tahu, tubuh Jack penuh dengan otot-otot yang sangat kokoh.
Ia pernah beberapa kali berada di dalam dekapan Jack, ia menyukai aroma Jack, ia menyukai sikap hangat dan manis Jack yang selalu memanjakannya seolah ia adalah seorang putri. Tetapi, saat Jack mengambil seluruh kekayaan orang tuanya dan menatap sinis ke arahnya, lalu tanpa segan-segan menendangnya menjauh dari rumah yang seumur hidup mereka tempati. Saat itu pula, rasa kagumnya pada Jack lenyap tak bersisa bagai debu tersapu angin.
Crystal benar-benar berharap jika ia hanya bermimpi Jack melakukan perbuatannya keji padanya, pria itu sama sekali berbeda dengan yang ia kenal. Tidak ada kehangatan, keramahan, keteduhan, dan juga kasih sayang di mata Jack. Nyatanya, ia tidak sedang bermimpi. Jack melakukannya dan itu nyata.
Ketika semua orang menganggap rendah dirinya karena ia terbuang dari rumah dan statusnya, ia menemukan Sebastian Fane, pria itu adalah salah satu dosen di fakultas seni saat Crystal menimba ilmu. Mereka saling mengenal sejak duduk di fakultas seni, ia adalah satu-satunya teman yang tidak mengejek saat kehidupannya terjatuh hingga ke dasar jurang. Teman-teman Crystal yang ia kira adalah teman sejati di mana mereka biasa pergi ke club, bersenang-senang, pergi berlibur, dan semua itu Crystal yang membayar tagihannya, nyatanya mereka hanya teman palsu. Mereka bahkan enggan menoleh saat Crystal meminta pertolongan hanya untuk satu malam saat ia diusir oleh Jack dari rumahnya.
Kariernya hancur, hidupnya juga. Tetapi, paling tidak saat itunia memiliki Tian. Pria itu menawarkan untuk bergabung bersama orkestra di mana ia adalah pemain piano di sana. Sayangnya ia menolak gagasan itu mentah-mentah karena sejak usia lima tahun, ia adalah pemain biola tunggal, ia bukan pemain orkestra yang harus bekerja sama untuk menyelaraskan nada-nada dengan pemain musik yang lain. Itu tidak akan bekerja, ia tidak akan bisa. Di samping itu, rasa gengsinya setinggi gunung. Ia adalah Vionilist terkenal, meski namanya tidak sebesar seorang maestro, tetapi di Eropa siapa yang tidak mengenal Crystal Winter?
Crystal Winter, di usianya yang baru dua puluh dua tahun, ia adalah seorang Vionilist yang ternama di Jerman. Tubuh indahnya seindah biola yang ia gesek dengan nada seindah parasnya. Matanya yang berwarna biru safir, serasi dengan alisnya yang tebal terbentuk sempurna, bulu matanya tebal dan bibir tipisnya yang melengkung membentuk garis senyum sempurna dilengkapi lesung pipi yang menambah kecantikannya menjadi semakin sempurna.
Namun, di usia dua puluh dua tahun, wajah cantik dan bakatnya ternyata tidak berarti apa-apa tanpa orang tuanya, harta kekayaan orang tuanya tepatnya.
Bersambung
Hallo kak, ini Story ketiga Cherry di sini. Selamat membaca dan terima kasih.
Salam manis dari Cherry yang manis.
☝
Chapter 2Angel or Devil?Dunia bukanlah surga, maka kesenangan tidak akan pernah lama. Tetapi, dunia juga bukan neraka. Penderitaan tidak akan selamanya.Jika boleh Crystal memilih, ia tentu memilih mati dibandingkan hidup lebih lama lagi. Rasanya telah terlalu banyak penderitaan yang ia alami dua tahun ini. Ia telah hancur oleh pengkhianatan Jack dan sekarang ia harus kembali menghadapi pengkhiadan natan Tian, kekasihnya sendiri, orang yang paling ia percaya.Semua berakhir jika ia meninggalkan dunia ini. Seharusnya begitu.Namun, Tuhan rupanya masih menginginkan kehidupannya. Entah apa lagi rencana Tuhan, yang jelas ia telah enggan berurusan dengan kehidupan.Ketika kesadaran merayapi otak Crystal, ia merasakan aroma samar-samar desinfektan rumah sakit yang merasuk indra penciumannya berpadu dengan aroma kolonye mahal pria. Hal itu justru membuatnya frustr
Chapter 3Remember My NameYang berbahaya adalah kata-kata pujian namun dibaliknya terdapat motif untuk menghancurkan. Karena sebagian manusia menghancurkan manusia lain melalui pujian palsu.Crystal menggertakkan giginya diam-diam. Sikap sombong pria itu membuatnya jengkel. Ia menurunkan kakinya ke lantai, perlahan ia bergerak mendekati pria yang sedang menatapnya dengan tatapan lapar."Lepaskan pakaianmu," perintah pria itu dengan nada dingin.Crystal menghentikan langkahnya. Ia melirik ke arah pintu. Gamang."Tidak akan ada orang masuk ke ruangan ini kecuali aku mengizinkan."Kelegaan membanjiri pikiran Crystal, ia tidak perlu mengkhawatirkan orang yang mungkin mengganggu aktivitas mereka. Ia menghirup udara semampunya agar ia tidak mengalami sesak napas menghadapi pria arogan yang jelas akan melecehkannya. Tetapi, mengingat balas dendamnya kepa
Chapter 4Want More?Cinta dikenal di setiap sudut kota, di setiap jalanan, di setiap rumah, dan di setiap ranjang yang ditiduri oleh sepasang kekasih. Tapi, cinta kadang menjadi hal yang paling menakutkan karena banyak orang menjadi hancur karena cinta."Nona, Tuan Muda memintamu untuk bersiap-siap," kata seorang maid yang baru saja masuk ke dalam kamar Crystal. Ia adalah kepala maid di rumah itu dan ia tidak datang sendiri, ia bersama seorang pelayan lain yang tampak lebih muda.Chiaki, sejak ia kembali dari rumah sakit pria itu tidak menampakkan batang hidungnya lagi di tempat tinggal mereka. Tepatnya sudah satu Minggu."Baiklah." Crystal yang sedang membaca tabloid meletakkan benda di tangannya ke atas meja."Perkenalkan, dia, Donna. Donna akan mengurus semua keperluanmu."Crystal mengangguk."Mulai saat ini aku yang akan mengurus semua kebutuhanmu,
Chapter 5Back on StageAda kalanya kita harus mengalah meski kita tidak melakukan kesalahan. Bukan berarti kita kalah, tetapi lebih kepada bijak menyikapi sesuatu yang tidak bisa kita paksakan.Crystal dan Chiaki memasuki sebuah toko yang ternyata menjual biola. Semula Crystal mengira itu hanya sebuah toko yang menjual biola tetapi ternyata tebakannya salah saat Chiaki merengkuh pinggangnya dan membawanya melangkah menuju ke bagian belakang tempat itu. Ternyata mereka membuat sendiri biola-biola itu."Kau boleh memiliki semua jika kau mau," ujar Chiaki.Crystal menatap mata Chiaki seakan tidak percaya mendengar ucapan Chiaki. "Satu saja cukup.""Kalau begitu beberapa.""Cukup satu," ucap Crystal keras kepala, lagi pula tangannya hanya dua, ia hanya bisa memainkan satu buah biola. Jadi, untuk apa ia memiliki terlalu banyak?Meskipun di
Another ManSegalanya berubah dalam sekejap mata, seperti angin sepoi-sepoi yang tiba-tiba berubah menjadi badai topan yang menghancurkan segalanya. Maka, jangan mudah terperdaya dengan apa yang tampak di depan matamu."Kau berjalan sangat lambat," gerutu Chiaki, mereka memasuki sebuah hotel berbintang lima.Crystal mendengus, ia telah berjalan dengan langkah lebar untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Chiaki, tetapi faktanya ia tetap tertinggal di belakang pria itu.Chiaki menekan tombol lift. "Dasar, Siput." Ia itu mengejek Crystal dengan memanggilnya Siput saat Crystal telah berdiri di sampingnya.Crystal membeliak, menatap Chiaki dengan sorot mata jengkel.Sama sekali tidak lucu!"Kenapa? Ingin memakiku?" Chiaki menaikkan sebelah alisnya.Crystal hanya memutar bola matanya enggan men
Let's Play the GameIt's easy to look at people and make quick judgments about them, their present and their pasts, but you'd be amazed at the pain and tears a single smile hides.Chiaki mengeringkan rambut Crystal menggunakan handuk di tangannya, menurut Crystal itu adalah pemandangan yang tidak lazim hingga membuatnya terheran-heran. Tetapi, Crystal diam tidak berkomentar, ia memilih untuk menikmati kebaikan Chiaki."Aku tidak menyukai warna rambutmu, Donna akan mengembalikannya ke warna semula setelah kau kembali ke rumah," ujar Chiaki datar.Terserah saja, apa pun warna rambutnya, Crytsal merasa jika ia bukan pemilik raganya lagi. Ia telah menjual jiwa dan raganya kepada iblis kaku yang sifatnya berubah-ubah membuatnya hanya bisa mengangguk pasrah."Buka handukmu," ujar Chiaki setelah ia rasa cukup mengeringkan rambut Crystal.Crystal yang duduk di kursi
DinnerSetiap orang memiliki bekas luka yang ingin mereka sembunyikan. Bersyukurlah jika luka itu hanya di luar, bukan di hati yang meski bisa disembunyikan tetapi sulit untuk disembuhkan."Kau lelah?" Chiaki mengusap punggung telanjang Crystal yang masih lembap akibat keringat yang membasahi tubuhnya saat mereka bercinta beberapa menit yang lalu.Crystal menggeleng pelan, tetapi menyadari Chiaki mungkin tidak melihatnya, ia menyahut, "Tidak juga.""Apa itu berarti itu kau menginginkan kita bercinta lagi?"Crystal mendongakkan kepalanya, matanya menatap Chiaki dengan ragu-ragu."Katakan saja, jangan ragu ataupun merasa malu," ucap Chiaki dengan nada sangat lembut.Darah Crystal terasa memanas dan jantungnya seolah mencelus. "Jika kau menginginkan, aku tidak akan menolak karena kau pemenangnya."
PresentTerkadang kita tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya, betapa pun besarnya keinginanmu untuk menghentikan waktu, waktu terus berjalan dan menjadi sesuatu yang berbeda.Chiaki datang saat Crystal sedang duduk di depan cermin dan Donna sedang mengaplikasikan make-up untuknya. Pria itu hanya melirik sekilas kepada Crystal tanpa menyapa kemudian memasuki kamar mandi.Lima belas menit kemudian, Chiaki keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar rendah di pinggangnya sambil memegangi handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya.Perlahan pria itu mendekati tempat di mana Crystal dan Donna berada, menyandarkan pinggulnya di sandaran sofa, matanya sedikit pun tidak melepaskan pandangannya dari Crystal."Donna, bisa kau tinggalkan kami?" tanya Chiaki dengan nada