Share

Bab 5

“Karena…” Dia menelan sisa roti kukus yang dia makan sambil menunggu Yi Jinli menyelesaikan kalimatnya.

Rasa dari roti kukus ini jauh di bawah standar. Dulu, mungkin Ling Yiran tidak akan menyukainya, tapi sekarang, rasa menjadi nomor yang kedua, yang terpenting baginya adalah bagaimana dia bisa mengisi perutnya.

“Kita memiliki nasib yang sama, kita berdua juga telah ditinggalkan oleh orang lain dan kita hanya bisa mencari nafkah di bagian masyarakat paling bawah. Tidak ada yang menginginkan orang seperti kita, dan tidak akan ada orang yang peduli juga dengan kita, tapi setidaknya kita bisa menjaga satu sama lain. Aku bisa peduli denganmu, begitu juga kau bisa peduli denganku, bukan?”

Senyum Ling Yiran mengandung sedikit harapan, keinginan dan juga ketidakpastian.

“Apakah benar seperti itu? Sepertinya kita benar-benar memiliki nasib yang sama …” gumam Yi Jinli. Mendengar hal itu, tatapannya seperti seorang pemburu yang sedang mengawasi binatang kecil yang jatuh dalam perangkapnya. Mungkin hari-hari belakangan ini terasa begitu membosankan baginya. Dia bisa dengan mudah mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan hanya melambaikan tangannya. Tapi sekarang permainan ini menjadi hal yang sangat menarik baginya.

“Kakak,” Dengan lembut Yi Jinli mengatakan “kata” yang ingin di dengar oleh Ling Yiran.

Dalam sekejap, senyum Ling Yiran berubah menjadi lebih terang seperti langit berbintang.

Setelah makan malam, Ling Yiran mengajak Yi Jinli pergi bersamanya ke pasar malam untuk membeli beberapa pakaian.

Meskipun harga pakaian bekas sangat murah, tapi dia telah menghabiskan 500 yuan.

Ling Yiran menyuruh Yi Jinli untuk langsung memakai jaket berlapis kapas. “Apakah sekarang terasa lebih hangat?”

“Iya,” jawab Yi Jinli dengan acuh tak acuh. Kemudian dia menunduk dan memandang Ling Yiran. Tubuh Ling Yiran sedikit lebih pendek darinya. “Sebenarnya kau tidak perlu membelikan pakaian untukku. Aku sudah terbiasa dengan cuaca dingin. Aku akan baik-baik saja meskipun hanya menggunakan pakaianku yang kemarin.”

“Bukan berarti bahwa kau harus kedinginan karena kau telah terbiasa dengan hal itu,” ucap Ling Yiran. “Aku tidak mempunyai banyak uang, dan aku tidak bisa membelikan banyak baju, tapi setidaknya aku bisa membelikan pakaian yang lebih hangat.”

“Kenapa kau sangat baik padaku?” Yi Jinli bertanya dengan suara pelan.

“Karena aku adalah kakakmu.” Ling Yiran tersenyum dan tanpa sengaja menyentuh tangan Yi Jinli. Dia mendapati tangan Yi Jinli membeku kedinginan, jadi dia memegang tangan Yi Jinli dengan tangannya, menundukan kepalanya dan meniup tangan Yi Jinli sebelum menggosoknya ke depan dan belakang.

“Tanganmu sangat dingin. Menggosok seperti ini bisa membuatnya menjadi sedikit lebih hangat,” ucap Ling Yiran.

Tangan Yi Jinli menjadi kaku sejenak, dan matanya yang penuh kasih tersembunyi di balik poninya. Belum pernah ada seorang wanita yang menggosok tangannya seperti ini sebelumnya hanya untuk menghangatkannya.

Yi Jinli tidak pernah menyukai kontak fisik dengan orang lain, tetapi dia juga tidak berusaha untuk menolak sentuhan Ling Yiran. Mungkin dia merasa baik-baik saja dengan sentuhannya karena saat ini Ling Yiran adalah bagian terpenting dari permainan ini.

Melihat bahwa Yi Jinli tidak bereaksi, tiba-tiba dia memikirkan sesuatu dan melirik tangannya, yang penuh dengan kapalan. “Apa aku menyakitimu? Tanganku agak kasar…”

Saat dia berbicara, dia segera melepaskan pegangan tangannya.

Yi Jinli sedikit mengernyit saat dia merasakan kehangatan di tangannya mulai menghilang. “Kurasa tanganmu sama sekali tidak kasar, sebenarnya tanganmu juga terasa dingin. Kak kenapa kau tidak menggosokan tanganmu ke tanganku sedikit lebih lama lagi?”

Saat Yi Jinli berbicara, dia menawarkan tangannya ke Ling Yiran lagi.

Dia sedikit tertegun, tapi kemudian dia kembali memegang tangannya lagi. Dibandingkan dengan tangan Yi Jinli, tangan Ling Yiran jauh lebih kecil dari tangannya.

Namun, pada malam di musim dingin seperti ini, tangan kecil Ling Yiran mencoba untuk menutupi tangan besar Yi Jinli, dan mulai menggosok-gosokan tangannya ke punggung tangan Yi Jinli.

Dia menundukkan kepalanya dan meniupkan hawa hangat ke tangannya berulang kali. Hidungnya menjadi merah karena kedinginan. Menurutnya Ling Yiran terlihat sedikit menggemaskan.

Bulu mata Yi Jinli yang panjang sedikit bergetar. Dia melihat tangannya yang besar di genggam oleh tangan kecil Ling Yiran. Sepertinya…mereka benar-benar menjadi sedikit lebih hangat.

Dua hari kemudian, Ling Yiran menerima panggilan telepon dari Ling Luoyin. “Kakak, ayah bilang hari ini dia akan membuang album foto milikmu. Tidak mudah bagiku untuk memintanya agar membiarkan album foto itu, aku ingin memberikan album foto itu kepadamu, tapi bisakah kakak datang ke tempatku dulu?”

Ling Yiran sangat terkejut karena dia tahu album foto yang di maksud oleh Ling Luoyin. Album itu berisi foto Ling Yiran dan ibunya sebelum dirinya berusia 3 tahun.

“Jika kakak tidak datang, maka aku mungkin bisa kehilangan album foto itu,” ucap Ling Luoyin dengan suara lembut. Kemudian dia menyebutkan alamatnya dan mengakhiri panggilan tanpa menunggu jawaban dari Ling Yiran.

Ling Yiran menatap telepon di tangannya. Secara tidak langsung dia tau jika Ling Luoyin tidak akan pernah menyerahkan album foto itu kepadanya tanpa alasan. Dia harus merencanakan sesuatu.

Tapi, album itu penuh dengan kenangan akan ibunya, dan hampir semua ingatan tentang ibunya berasal dari album itu.

“Kakak?” suara dingin seorang pria terdengar di telinganya.

Ling Yiran kembali tersadar, dia menarik nafasnya dalam-dalam dan berkata, “Jin, aku harus pergi sebentar. Kau bisa tidur terlebih dahulu.” Setelah mengatakan hal itu, dia segera berdiri, kemudian memakai mantelnya, dan pergi keluar. Dia tidak menyadari bahwa sepasang mata tertuju padanya, melihatnya pergi sambil berpikir.

Ketika Ling Yiran sampai ke alamat yang telah diberikan Ling Luoyin, dia baru mengetahui bahwa itu adalah sebuah klub. Ketika dia masuk ke dalam ruangan pribadi yang disebutkan oleh Ling Luoyin, dia menemukan bahwa Ling Luoyin bukanlah satu-satunya orang yang ada di dalam ruangan. Ada juga seorang pria paruh baya yang sedikit gemuk tampaknya berusia sekitar 40 tahun.

“Luoyin, apakah ini kakakmu? Dulu dia adalah pacar Tuan Muda Xiao dari keluarga Xiao?” pria itu memandang Ling Yiran dan bertanya.

“Anda betul, asisten sutradara He, Ini adalah kakakku. Kakak ini asisten sutradara di filmku. Dia selalu berkata bahwa dia ingin bertemu denganmu setelah tau kalau kamu adalah pacar Xiao Ziqi, ucap Ling Luoyin sambil tersenyum.

“Dimana album foto itu?” Ling Yiran bertanya dengan nada dingin.

“Pertama-tama, aku harus memintamu untuk menceritakan hal-hal yang baik tentang aku kepada asisten sutradara He. Jika asisten sutradara He senang dan bersedia memberikan tambahan adegan di filmku, aku akan memberikan album foto itu kepada kakak. Ling Luoyin berkata dengan suara pelan, dan kata-katanya terdengar seperti ancaman.

“Baiklah, karena kau sudah ada di sini, mari kita minum.” Asisten sutradara He langsung menuangkan segelas anggur merah untuk Ling Yiran, dan menyuruhnya untuk meminum minuman itu.

Ling Yiran masih menatap Ling Luoyin dengan mengerucutkan bibirnya. Tampaknya adik perempuannya ini akan menjualnya dengan imbalan tambahan adegan di dalam filmnya.

Ling Luoyin mengambil gelas anggur dan menyerahkannya kepada Ling Yiran. “Kakak, karena kau telah menghancurkan kesempatanku menjadi bintang terkenal di masa lalu, menurutku tidak terlalu berlebihan jika aku meminta ganti rugi kepadamu sekarang. Terlebih lagi jika kau bisa mengambil hati asisten sutradara He, kau mungkin bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Aku melakukan hal ini untuk kebaikanmu sendiri.

“Ini pertama kalinya aku mendengar seseorang mengatakan hal yang sangat berterus terang.” Ling Yiran langsung menepis gelas anggur itu, dan menyebabkan minuman itu tumpah ke lantai.

“Apakah kau tidak menginginkan album foto itu lagi?” Ling Luoyin berkata dengan suara pelan melalui gigi yang tutup rapat.

“Aku tidak pernah berpikir aku harus menjual tubuhku sebagai gantinya,” Jawab Ling Yiran. Ibunya tidak akan merasa senang jika melihat dirinya melakukan hal itu.

Namun ketika ia akan berbalik dan beranjak pergi, tiba-tiba asisten sutradara He berkata, “Jadi, kau tidak mau menghargaiku, bukan? Apakah kau berpikir bahwa kau masih menjadi pacar Tuan Muda dari keluarga Xiao? Aku dengar dari Luoyin kalau kau sekarang adalah seorang petugas kebersihan. Kau harus menganggapnya bahwa itu adalah sebuah pujian jika aku telah menawari minuman kepadamu!”
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nindi Blt
pertama bagus ehh setrus nya gk nyambung.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status