Beberapa hari ini suhu di malam hari semakin dingin mungkin karena sudah mulai memasuki akhir tahun. pemandangan hutan juga agak lain ada beberapa jenis bungan yang sedang bermekaran di puncak-puncak pohon yang tinggi. Tepian hutan juga terlihat lebih indah dengan beraneka warna. Dulu mereka tidak pernah menyangka akan melihat hal menakjubkan seperti ini. Jemy sedang berjalan- jalan di tepian pantai ketika mendapati bunga yang berguguran di atas pasir. Dia memungut bunga pink tersebut dan mencium baunya yang ternyata juga sangat harum. Jemy langsung berpikir mungkin nyamuk tidak suka dengan aroma harum, karena semakin sering hujan jumlah populasi nyamuk juga semakin banyak dan mengganggu tidur malam mereka.
Jemy kembali mendongak ke atas ranting-ranting pohon yang seperti dipenuhi bunga. Karena tidak terlalu tinggi sepertinya dia bisa memanjat untuk memetiknya. Pohon rendah berbunga rimbun tersebut memiliki banyak dahan cukup mudah untuk dipa
Adam sedang meruncingkan kembali ketiga mata tombaknya dengan pisau kecil, dia sengaja membiarkan Jemy yang dari tadi cumadiam. Sebenarnya Adam tidak tahu wanita itu sedang marah karena perbuatanya semalam atau hanya sedang berpikir. Sedari tadi Jemy memang tidak ada bicara sama sekali. Wanita itu hanya duduk diam di atas batang kayu seperti biasa sambil memperhatikan gulungan ombak yang menepi di pantai dan hilang menjadi buih."Adam apa kau pernah berpikir mungkin lama-lama semua orang yang dulu pernah kita kenal akan melupakan kita, dan menganggap kita tidak pernah ada?"Adam langsung berhenti dari kegiatannya untuk berpaling menatap Jemy yang bertanya tanpa perduli untuk menolehnya karena dia masih memandang jauh ke lautan.Setelah hampir dua bulan sebenarnya wajar jika gadis itu mulai berpikir mungkin mereka juga akan hilang terlupakan seperti buih yang tak berjejak di atas hamparan pasir yang luas."Kenapa kau berpikir sepert
"Adam, apa tidak lebih baik kita pergi?" ragu Jemy ketika berjalan mengikuti Adam yang mulai masuk ke dalam pulau."Kita harus mencari tahu, Karena aku tidak mau mereka yang lebih dulu menemukan kita dan tetaplah di belakangku.""Seharusnya ada tanda-tanda jika ada manusia yang tinggal di sekitar sini.""Kau benar." Adam mengambil bekas batok kelapa di depannya mengunakan ujung tombak."Kau lihat, hanya manusia yang bisa membelah kelapa seperti ini."Jemy mengangguk tegang menyaksikan batok kelapa yang ditunjukkan Adam. Jelas sekali jika kelapa tersebut dibelah dengan benda tajam yang cukup besar, mungkin sejenis parang. Jadi siapapun mereka yang juga tinggal di pulau ini, yang jelas
Adam benar-benar mengambil bahan bakar dari kapalnya untuk mengisi lapu tempel yang kemarin di bawa Jemy dari gubuk nelayan. Adam juga membawa beberapa barang lain termasuk kotak peralatan mandi, ada sabun cair dalam botol sampo pasta gigi dan serta sikatnya. Walau sudah lama terendam air tapi sepertinya barang-barang tersebut masih bisa di gunakan."Apa tidak ada sisir? " tanya Jemy penasaran dan adam hanya menggeleng di sambut wajah kecewa gadis itu."Kupikir kau butuh ini." Adam menunjukkan cermin."Oh tidak, aku tidak mau bercermin!" Jemy memang memiliki ketakutan tersendiri untuk melihat wujudnya sendiri. Mungkin karena dulu dia sudah terbiasa tampil sempurna dengan detail tapi sekarang bahkan menyisir rambut pun dia kesusahan."
Jemy masih memandangi foto sepasang anak-anak laki-laki dan perempuan dalam bingkai kayu yang dihiasi cangkang kerang. Sudah seharian ia berdoa agar rakitnya bisa di temukan. Karena Harapan Jemy dan Adam memang hanya tinggal pada rakit tersebut. Jemy berjanji akan mencari kedua anak-anak itu jika dirinya nanti bisa pulang. Karena menurutnya, mereka berhak tahu jika tetap dicintai, bukannya ditinggal pergi dan di telantarkan.Jemy kembali menyentuh pelan foto kedua anak-anak itu dan tanpa sadar air mata menetes dari masing-masing sudut matanya. Jemy takut, sangat takut jika nasibnya akan berakhir sama dengan nelayan yang harus kehilangan seluruh kesempatan untuk melihat anak-anak tumbuh besar. Mungkin Jemy juga tidak akan pernah bisa lagi melihat Erica, dia tidak akan bisa melihat ayah dan ibunya menua. Selama ini Jemy lebih suka menghindari pikiran seperti itu karena tahu jika putu
Setelah malam sempat hujan, matahari kembali cerah sejak pagi. Jemy mencuci dan menjemur semua pakaiannya dan milik Adam, kemudian dia sendiri ikut berjemur di atas pasir. Adam yang baru kembali dari berenang di pantai ikut menyusul berbaring di sampingnya. Mereka sama-sama menikmati langit yang sedang biru cerah dengan awan tipis dan burung-burung camar yang beterbangan di atas mereka. Pagi hari adalah waktunya mereka berkicau dengan ribut berebut ikan dan pasangan."Aku ingin menikahimu," kata Adam tiba-tiba ketika meraih tangan Jemy yang berbaring di sampingnya."Aku tidak tahu bagaimana caranya menikah di tempat seperti ini. Aku bahakan tidak tahu apa gunanya pernikahan, karena tidak ada yang peduli kita menikah atau tidak.""Aku tetap ingin menikahimu dan biarkan burung cama
Tadinya Adam memang hanya berniat untuk mengambil bahan bakar, sampai dia melihat layar dari rakit mereka yang ternyata tersangkut di gugusan karang. Sudah lewat sebulan ternyata benda itu masih belum ke mana-mana. Sama seperti kapal layarnya yang bernasib sama. Nampaknya arus di sekitar pulau membawa semua benda ke ceruk.Pasti Jemy akan kecewa jika sampai melihat hal ini, padahal selama ini dia lah yang memiliki harapan besar agar rakit mereka bisa di temukan. Bahkan dia berdoa setiap hari untuk rakit yang ternyata hanya tersangkut di karang itu.Karena air sedang surut, tanpa berpikir lagi Adam langsung melepas pakaian dan sepatunya untuk berenang ke sebrang, dia lupa jika kali ini sedang purnama dan air akan kembali pasang lebih cepat.Adam coba kembali mendorong rakit terseb
Jemy masih menunggu duduk di atas batang kayu, duduk diam seperti orang linglung. Sudah lewat tengah hari dan Adam belum juga kembali. Berbagai bayangan mengerikan sedang memenuhi kepalanya dan dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Bagaimana jika Adam benar-benar tidak pernah kembali dan Jemy yakin dirinya pasti akan segera gila. Dia tidak mau hidup sendiri dengan lumba-lumba, bahkan selembar foto Adam pun dia tidak punya. Mungkin akan lebih memilih mengunyah buah apel beracun dari pada harus hidup sendiri tanpa Adam lagi.Jemy mulai mengoreskan ranting di atas pasir coba menggambarka senyum Adam yang bisa dia ingat, karena ternyata dia sudah sangat rindu dan takut jika sampai melupakannya. Dia sudah coba berulang-ulang tapi tetap tidak bisa menggambarkannya dengan benar. Adam selalu memiliki senyum cemerlang dengan deretan gigi rapi serta sedikit taring kecil yang membuatnya terl
Walau selama ini Adam yang selalu mencari ikan untuk mereka, tapi Jemy yakin dirinya juga bisa mengantikan semua tugas pria itu. Jemy cepat-cepat mengambil ikan yang tersangkut di jaring kemudian buru-buru kembali ke gubuk mereka karena tidak mau lama-lama meninggalkan Adam. Adam masih belum bisa bergeser ketika ia kembali, karena pagi ini kakinya justrub terlihat semakin bengkak."Apa rasanya masih sangat buruk?" Jemy segera menghampirinya dengan cemas."Tidak ini hanya masih kaku karena bengkak dan aku yakin akan segera membaik besok atau lusa."Jemy ingin mempercayai semua perkataan Adam karena dia juga masih sangat takut jika luka tersebut jadi infeksi."Akan kuganti perbannya dengan yang baru setelah kita sarapan."