Aku tertidur,karena mata sudah ngantuk dan tidak ingat siapa nama temanku yang bijak di sekolah. Mungkin, besok aku akan mencoba mencari tahu namanya. Tapi, aku tidak bertanya langsung sama orangnya ya,karena malu kalau kenalan sama laki-laki. Nanti aku akan diam-diam mendengar orang lain memanggilnya.
Bangun tidur ku terus mandi. Tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi ku pakai baju,lalu membersihkan tempat tidurku. Bantal guling aku tidak bau pesing ya,karena aku tidak ngompol.
Sepiring sarapan sudah aku habiskan dengan lahap. Aku segera berangkat ke sekolah agar tidak terlambat lagi. Pagi ini tidak hujan seperti kemarin. Alhamdulillah aku bisa datang awal waktu di sekolah.
Suasana di kelas sudah tidak mengheningkan cipta lagi. Beberapa orang ada yang mencoba berkenalan dengan teman-teman yang duduknya dekat dengan mereka. Begitu juga teman yang ada di depanku, mereka mengajak aku dan Sasya berkenalan.
"Hai! Nama kamu Hani kan?"tanya teman yang ada di depan tempat dudukku. Pasti karena kejadian kemarin dia jadi ingat namaku.
"Iya betul,kamu siapa?"jawabku membenarkan dan bertanya balik.
"Namaku Santi. Kalau kamu siapa?"jawab Santi dan bertanya menunjuk ke Sasya.
"Aku Sasya." Sasya tersenyum.
Santi duduk semeja dengan laki-laki, namanya Andre. Selain berkenalan dengan mereka,aku juga berkenalan dengan teman yang ada di bagian kanan & kiriku. Ada juga teman yang duduknya jauh dari tempat dudukku,dia datang ke tempatku untuk berkenalan.
Beberapa teman yang lain berkeliling tempat untuk berkenalan. Sedangkan aku dan Sasya memilih untuk diam di tempat duduk.
"Sya! Yang lain pada muter-muter kenalan,kita enggak ikut muter juga?"tanyaku pada Sasya.
"Udah enggak usah! Biarin mereka saja yang ke sini,capek muter-muter. Kalau enggak ke sini juga enggak papa. Nanti juga kenal sendiri. Haha!" Sasya tertawa dengan ucapanya sendiri. Akupun mengikuti saran Sasya,meskipun ada beberapa orang yang belum sempat berkenalan.
Sejak hari pertama,Sasya memang orangnya kocak. Tapi,kocaknya tidak di depan umum hanya di depan orang yang dia kenal saja.
***
Bel berbunyi,menandakan waktu pulang. Aku bersiap-siap memasukan alat tulis ke dalam tas. Setelah baca doa pulang, aku dan Sasya berjalan bersama menuju gerbang. Sayangnya,kami tidak bisa naik angkot yang sama. Karena, rumah kami berbeda arah. Aku ke arah utara Sasya ke arah selatan. Kamipun berpisah di depan gerbang.
Aku menunggu angkot cukup lama. Angkotnya rata-rata penuh semua sampai berdesak-desakan. Setelah kakiku pegal berdiri,ada angkot kosong yang muncul. Aku langsung bergegas naik sebelum penuh lagi. Ketika aku sudah di dalam angkot,lalu ada teman kelasku yang naik di angkot yang sama.
"Hani! Kamu turun di mana?"tanya teman sekelasku itu yang aku sendiri belum tahu namanya,karena tadi belum berkenalan. Tapi,lagi-lagi dia sudah tahu nama aku pasti gara-gara kemarin.
"Aku turun di jalan pertiwi." Aku menjawab, tapi tidak bertanya balik karena sudah mau sampai.
"Kiri! Kiri! Aku duluan ya," pamitku pada temanku yang masih di dalam angkot.
Temanku mengangguk dan aku segera turun dari angkot. Aku pikir-pikir,mungkin aku harus kenalan sama temanku yang tadi di angkot,agar bisa pulang naik angkot bareng-bareng.
Ketika mau tidur,aku teringat kembali teman yang bijak itu. Tadi aku belum sempat kenalan sama dia,karena tempat duduknya agak jauh dari tempat dudukku. Dia juga tidak berkeliling untuk kenalan.
***
Selama satu minggu, belum ada kegiatan pembelajaran. Karena,setiap guru yang masuk kelas hanya menjelaskan tata tertib dan berkenalan. Satu hari aku bisa memperkenalkan diri sebanyak 4 sampai 5 kali di kelas. Guru yang masuk,selalu meminta untuk perkenalan. Lama-kelamaan selain hafal nama teman tapi juga hafal alamat dan hobinya. Hahaha!
Weekend minggu ini,aku memilih untuk ikut mamah ke pasar. Aku senang sekali jika ikut mamah ke pasar. Karena sehabis belanja, mamahku suka mengajakku makan bakso. Bakso adalah makan favoritku.
Setelah pulang dari pasar,aku membantu mamah beres-beres rumah dan memasak. Meski mamah bisa melakukannya sendiri,tapi beliau selalu memgajarkanku beres-beres dan memasak. Karena,suatu saat nanti akupun akan menjadi istri dan ibu seperti mamah sekarang. Kalau aku sudah belajar sedikit-sedikit dari sekarang,nanti pada saatnya aku sudah bisa melakukannya sendiri tanpa butuh asisten rumah tangga. Karena,kita tidak tahu kedepannya kehidupan kita akan seperti apa, hanya Allah SWT yang maha mengetahui.
***
Hari ini hari senin lagi,tidak terasa satu minggu telah berlalu. Ini adalah hari pertama aku ikut upacara bendera di sekolah. Karena,senin kemaren hujan,jadi upacara ditiadakan.
Semua siswa berbaris berdasarkan kelasnya masing-masing. Aku terpesona dengan petugas upacara yang sangat rapi dan berwibawa. Tak lupa,kepala sekolah memberikan pidato sekaligus menyambut siswa-siswi baru.
Upacara selesai,peserta upacara bubar barisan. Untuk menuju kelas,harus jalan berdesak-desak. Kebetulan aku dan Sasya melewati kantin dan melihat banyak kakak kelas yang sedang membeli sesuatu di kantin.
"Hani! Beli minum dulu yuk! Haus nih,"kata Sasya sambil memegang lehernya.
"Ayo!" Aku menyetujui ajakan Sasya dan pergi ke kantin dulu.
Kantinya penuh banget,mengantrinya cukup lama. Beberapa menit kemudian antrian sudah mulai sedikit, aku dan Sasya bisa langsung memesan minuman.
Minuman sudah di pesan,lalu kami duduk di kantin. Baru saja satu tegukan,tiba-tiba kakak kelas yang masih di kantin pada berlarian meninggalkan kantin. Aku dan Sasya bingung ada apa. Sekilas aku dengar kakak kelas berbisik 'ada bu Rini ada bu Rini' loh memangnya kenapa kalau ada guru? Bukannya boleh ya jajan di kantin setelah upacara? Tadi saja banyak yang ke kantin,cuma sekarang tinggal sedikit sih. Dan tiba-tiba bu Rini nongol dan teriak-teriak,'masuk kelas!! Suruh siapa jajan di kantin?! Ini bukan waktunya istirahat!! Masuk!!' aku dan Sasya segera pergi dari kantin dan meninggalkan minuman yang baru diminum satu teguk.
Ya Allah! Bagaimana nasib minumanku yang baru satu teguk aku minum? Apakah nanti pas istirahat masih ada atau sudah dibuang sama petugas kantin? Kalau di buang sayang banget! Tadi aku buru-buru pergi,karena enggak mau kena marah sama bu Rini.
Aku kira boleh jajan di kantin setelah upacara,ternyata itu ilegal. Ternyata mengikuti kakak kelas ke kantin sehabis upacara itu sesat guys. Aku tidak mau coba-coba lagi!
Saat aku dan Sasya sudah mau sampai di kelas,terlihat dari jendela sudah ada guru yang masuk.
"Eh! Ada guru!" Aku kaget melihat setelah melihat dari jendela.
"Waduh! Bagaimana ini? Kita masuk enggak? Kalau masuk malu tahu,nanti kalau ditanya kita habis darimana jawab apa? Masa mau bilang'habis dari kantin'? Sasya nyerocos sampai bikin aku makin panik.
Kami berdiri di depan pintu kelas,beruntungnya pintu kelasnya tertutup. Beberapa menit kami berdiri untuk memutuskan 'masuk atau tidak'. Kalau masuk, malu banget. Kalau enggak masuk kita bisa berdiri 2 jam sampai selesai pelajaran. Aduh! Dilema banget!
Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat bu Rini jalan menuju ke arah kelasku. Tanpa basa-basi aku langsung membuka pintu kelas dan mengucapkan salam.
"Wa'alaikumusalam. Kamu habis dari mana?"
"Habis dari kamar mandi,Bu,"bohongku. Suaraku bergetar saat berbicara. Jatungku berdetak kencang sekali,khawatir gurunya marah.
Aku dan Sasya menunduk malu. Alhamdulillah gurunya langsung mempersilakan kami untuk duduk. Lega sekali rasanya bisa langsung duduk!
Mataku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Gila! Hanya aku dan Sasya saja yang ke kantin dan tidak ada di kelas. Semuanya sudah siap dan duduk di tempat masing-masing. Untuk ke sekian kalinya aku mempermalukan diri di depan teman kelas.
Setelah jam pelajaran pertama selesai,aku dan teman-teman menunggu guru selanjutnya sambil mengobrol.
"Han! Kamu berani banget bohong sama guru,"kata Sasya bikin aku kesal,karena tadi dia diam saja. Malah sekarang bicara seperti itu sama aku.
"Terus kenapa tidak kamu saja tadi yang jawab? Memangnya kamu mau jawab apa tadi? Kalau aku enggak jawab kamu juga tetap diem aja kan? Ya sudah aku berbohong,agar kita enggak dimarahin. Untungnya selamatkan kita?"jawabku dengan nada kesal. Sasya diam saja melihat aku sedikit tinggi nadanya.
Santi yang mendengar percakapan kami, dia ikut berbicara juga.
"Kalian dari mana sih? Kok lama banget masuk kelas,"tanya Santi membalikan badannya ke arah aku dan Sasya.
"Tadi kita habis dari kantin,"jawab jujurku pada Santi.
"Eh! Memang boleh ke kantin ya?" Ini lagi Santi! Malah bertanya seperti itu. Jelas-jelas gara-gara ke kantin aku dan Sasya jadi terlambat masuk kelas,berarti kan waktunya belajar bukan istirahat.
"Tadinya kita pikir boleh,karena tadi banyak kakak kelas yang jajan setelah upacara. Tiba-tiba ada bu Rini datang,terus kita disuruh masuk kelas,"jelas Sasya kepada Santi memperagakan ekspresi tegangku saat ada bu Rini di kantin.
"Aku juga tadi sempat mau ke kantin dulu. Tapi enggak jadi. Aku takut kalau bukan waktu istirahat,"kata Santi.
Beberapa teman yang lainnya juga antusias mendengar cerita aku dan Sasya. Mereka berkumpul di tempatku,karena penasaran. Saat sedang asyik bercerita,tiba-tiba bu Rini datang. Waduh! Mau apa bu Rini ke kelas? Jangan-jangan mau menghukum aku dan Sasya! Aku deg-degan dan panik.
"Kalian sudah kenal sama Ibu kan? Jadi ibu tidak usah perkenalan lagi. Insyaallah selama 1 tahun Ibu akan mengajar pelajaran matematika di kelas ini." Bu Rini berbicara di depan kelas.Ternyata bu Rini datang ke kelas untuk mengajar matematika bukan untuk mencari aku dan Sasya. Mudah-mudahan bu Rini melupakan kejadian di kantin. Aamiin doakan ya teman-teman.Bu Rini menjelaskan tentang logaritma. Aku masih belum terlalu paham dengan yang di jelaskan bu Rini,tapi aku tidak berani bertanya.Aku melihat temanku yang bijak itu,antusias sekali belajar matematika. Dia sangat aktif bertanya dan menjawab. Sampai bu Rini memberikan apresiasi kepada temanku itu.Tiba saatnya bu Rini mengacak nama untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Aku berdoa,semoga bukan aku yang terpilih. Sudah 3 orang yang maju, 2 orang bisa menjawab benar dan 1 lainnya menjawab salah. Tinggal satu nama lagi yang akan di pilih. Aduh! Semoga bukan aku!"Satu nomor lagi yang belum di
Ngobrol apaan? Aku cuma mau pinjam bolpoin saja di tegur. Nanti kalau aku enggak nulis malah di marahin lagi. Aku berucap dalam hati,kesal sama guru yang seperti itu. Bukan hanya aku saja yang kesal, Sasya juga kesal. Akhirnya teman-teman sekelas jadi melihat kita.Padahalkan, aku dan Sasya dari tadi memperhatikan dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru tersebut. Percakapan aku dan Sasya juga tidak banyak kok saat meminjam bolpoin. Entah kenapa,aku orangnya memang sensitif banget kalo di tegur seperti itu. Coba saja kalau guru itu tahu aku cuma ngomong mau pinjam bolpoin. Tapi tadi aku enggak bicara sama guru itu,palingan juga kalau aku bilang cuma mau pinjam bolpoin nanti di jawab 'alasan saja' tapi kalau tidak memberikan alasan,nanti di tanya 'apa alasan kamu mengobrol' guru seperti ini tidak bisa menghargai muridnya.***Sepulang sekolah,Sasya dan Santi mengajak aku untuk ikut menjadi anggota osis. Kemarin,saat upacara ada pengumuman pendaft
"Huhuhu! Kak aku mau pulang!,"ucap salah satu peserta yang menangis dan ingin pulang."Silakan! Silakan kamu pulang kalau kamu berani! Ini sudah tengah malam,tidak ada kendaraan umum. Silakan kamu pulang!"teriak kakak kelas kepada peserta yang menangis.Dalam hatiku berkata,"duh,sebenarnya aku juga mau nangis kalau diginiin,tapi aku tahan-tahan biar enggak malu dan malah dimarahin nantinya. Eh ada juga yang enggak kuat ternyata".Setelah diteriaki oleh kakak kelas dan diberi tahu bahwa ini sudah tengah malam,peserta yang tadi menangis tidak jadi pulang. Ini adalah pilihan yang sangat sulit. Mau pulang takut enggak pulang juga takut.Kami di suruh memasuki ruangan kelas yang di dalamnya ada kakak kelasnya. Gila! Ini horor banget! Dan kelompok aku adalah yang pertama jalan duluan. Ya Allah! Aku tuh orangnya penakut banget padahal,tapi melihat teman aku yang sama-sama takut,aku mencoba memberanikan diri. Alhamdulillahnya malam ini bulan purnama,jadi malamnya tid
2 minggu kemudian,akan diadakan pemilihan ketua osis. Aku kaget,melihat daftar calon ketua osis. Ferdi adalah salah satu calon ketua osis. Bukan aku saja yang kaget,teman sekelasku juga kaget. Karena selama ini tidak ada yang tahu kalau Ferdi mencalonkan diri jadi ketua osis.Hari ini,seluruh calon ketua osis berorasi mencari dukungan agar dipilih. Mereka satu persatu bergantian berpidato menyampaikan visi misi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan beberapa siswa-siswi.Aku kagum melihat cara berbicara Ferdi di depan umum. Sepertinya banyak yang suka juga dengan cara pembawaan Ferdi yang berwibawa. Kalau dibandingkan dengan calon yang lain Ferdi jauh lebih bagus cara berbicaranya di depan umum.Pertanyaan yang diajukan kepada Ferdi,langsung dijawab dengan tegas,jelas,dan tepat sasaran tanpa bertele-tele. Berbeda dengan calon yang lainnya terlalu bertele-tele dalam menjawab pertanyaan.***Pemilihan ketua osispun dilaksanakan. Hari ini tidak a
"Ikut kemana?" Aku bertanya kepada Sasya saat Sasya menarik-narik tanganku."Udah pokoknya ikut dulu! Nanti kamu lihat sendiri!"jawab Sasya yang terus menarik tanganku menuju lapangan."Apaan sih,Sya? Kamu narik-narik tangan aku. Sakit tahu!!"kataku kesal."Itu lihat!" Sasya menyuruhku untuk melihat pameran seni yang sedang berlangsung."Lihat apa?"tanyaku yang tidak dijawab oleh Sasya. Setelah itu aku menyadari,ternyata yang sedang tampil adalah kakak kelas yang aku kagumi."Sya! Itu serius dia? Ya ampun,keren banget!" Aku melongo melihat penampilan kakak kelas yang aku kagumi itu.Sebenarnya bukan aku saja sih yang mengagumi,Sasya juga. Bahkan,hampir seluruh siswi di sekolah ini.Beruntung sekali Sasya mengajak aku ke lapangan daripada melihat Ferdi dan Santi yang bikin kesal.***Hari selanjutnya,aku diberi kabar oleh ketua osis bahwa setelah pulang sekolah akan ada rapat untuk lomba kebersihan dan kerapihan kelas.Siang
Lalu ada suara laki-laki mengentuk pintu kamarku. Itu pasti laki-laki yang tadi di kamar mamah. Aku tidak berniat membuka,tapi setelah itu mamah yang mengetuk pintu aku langsung membukanya.Aku kaget melihat mamah dan laki-laki itu berdiri di pintu kamarku. Mataku mengamati dari ujung kepala sampai kaki laki-laki itu. Setelah aku amati,sepertinya aku mengenal laki-laki itu."Papah?"tanyaku penasaran."Iya.""Papaahh!" Aku langsung memeluknya sangat erat. Ternyata laki-laki itu adalah papahku."Papah aku kangen banget,kenapa Papah lama sekali pulangnya?"tanyaku kecewa karena papah selalu jarang pulang. Tapi sekarang aku senang papah udah pulang."Yang penting sekarang Papah udah pulang. Kamu cepat ganti baju,kita akan jalan-jalan,"kata papah."Beneran?"tanyaku penuh harap dan dijawab anggukan oleh papah."Yeayyy!" Aku bersorak gembira sekali.Aku segera mengganti baju dan bersiap pergi jalan-jalan bersama keluargaku. Aku tidak men
Mataku sembab dan hitam habis nangis semalaman. Kali ini aku tidak memikirkan duduk bersama Ferdi. Tapi yang tersisa hanya kursi yang di sebelah Ferdi dan kursi paling depan dekat meja guru."Aku boleh duduk di sini lagi enggak?"tanyaku tidak tersenyum padahal biasa aku selalu murah senyum."Mau banget ya duduk di sini? Tuh di depan masih ada yang kosong,"kata Ferdi yang malah tersenyum kepadaku."Di depan dekat sekali dengan meja guru. Tapi,kalau kamu enggak ngizinin aku duduk di sini enggak papa kok. Lebih baik aku duduk di depan saja,"kataku yang sedang malas untuk berdebat masalah tempat duduk."Eh!" Ferdi menarik tanganku dan berkata lagi,"cuma becanda,serius amat. Sini duduk!"kata Ferdi menarik tanganku untuk duduk.Ternyata Ferdi membalas becancaan aku yang kemarin. Tapi,aku sedang tidak mood becanda. Alhasil Ferdi tidak berhasil becandain aku.Aku tidak berkata apapun pada Ferdi setelah itu. Aku masih sedih papah berangkat berlayar lagi. T
Bagi raport semester 1 tiba. Pihak sekolah meminta agar orangtua yang mengambil raport. Aku dan mamahku pergi ke sekolah bersama-sama. Tidak banyak temanku yang ikut orangtuanya mengambil raport,bahkan aku tidak melihat Ferdi sampai aku pulang.Liburan telah tiba,aku dan mamah berencana untuk pergi ke rumah kakek dan nenekku yang ada di Yogyakarta. Kami menyiapkan pakaian dan beberapa oleh-oleh yang akan dibawa ke Yogyakarta.Kami berangkat menggunakan kereta api. Kereta api adalah transportasi yang aku sukai dibandingkan dengan yang lainnya. Selain cepat dan murah,aku bisa melihat pemandangan sawah dan pegunungan.Saat sudah sampai di stasiun,aku dan mamahku dijemput oleh pamanku menggunkan mobil. Dari stasiun menuju rumah membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Aku tertidur di mobil beberapa saat. Lalu mamahku membangunkanku saat sudah sampai.Kakek dan nenekku menunggu kami di depan pintu. Mereka menyambut kami dengan suka cita. Setelah masuk ke dalam rumah,kami