Ngobrol apaan? Aku cuma mau pinjam bolpoin saja di tegur. Nanti kalau aku enggak nulis malah di marahin lagi. Aku berucap dalam hati,kesal sama guru yang seperti itu. Bukan hanya aku saja yang kesal, Sasya juga kesal. Akhirnya teman-teman sekelas jadi melihat kita.
Padahalkan, aku dan Sasya dari tadi memperhatikan dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru tersebut. Percakapan aku dan Sasya juga tidak banyak kok saat meminjam bolpoin. Entah kenapa,aku orangnya memang sensitif banget kalo di tegur seperti itu. Coba saja kalau guru itu tahu aku cuma ngomong mau pinjam bolpoin. Tapi tadi aku enggak bicara sama guru itu,palingan juga kalau aku bilang cuma mau pinjam bolpoin nanti di jawab 'alasan saja' tapi kalau tidak memberikan alasan,nanti di tanya 'apa alasan kamu mengobrol' guru seperti ini tidak bisa menghargai muridnya.
***
Sepulang sekolah,Sasya dan Santi mengajak aku untuk ikut menjadi anggota osis. Kemarin,saat upacara ada pengumuman pendaftaran anggota osis yang baru.
"Han! Ikut pendaftaran anggota osis yuk!"ajak Sasya ketika aku sedang merapihkan buku-buku.
"Iya,Han. Ikut yuk! Bareng kita,"kata Santi mengajakku lagi.
"Enggak ah! Aku enggak berminat," jawabku yang memang tidak berminat bergabung di osis.
"Pokoknya kamu harus ikut! Enggak boleh pulang!" Sasya dan Santi menahan aku untuk tidak pulang.
"Sudah kalian saja yang daftar. Aku dukung!"ucapku mengepalkan tangan ke atas tanda memberi dukungan.
Sasya dan Santi terus menahan aku dan memaksa agar aku ikut pendaftaran anggota osis. Karena mereka terus memaksa,akhirnya aku setuju juga ikut pendaftaran.
Kami sudah menunggu satu jam lebih,tapi pendaftarannya belum di buka. Kakak kelasnya sedang istirahat dan sholat dulu. Perutku lapar banget,aku mau pulang dan makan di rumah. Karena aku tidak ada uang lagi untuk beli makanan di sekolah.
"Aku pulang ya,kalian saja yang daftar." Aku membawa tas dan bersiap pulang.
"Jangan gitu dong!"ucap Sasya cemberut.
"Aku laper banget serius,mau makan di rumah."ucapku sambil mengelus perut.
"Makan di kantin aja,"ucap Santi memeberi saran.
"Uangku sudah habis,tinggal buat ongkos aja. Udahlah aku mau pulang! Lama banget nunggunya." Aku sedikit kesal karena beneran lapar sekali.
"Bentar lagi kok,itu kakak kelasnya lagi siap-siap,"kata Santi yang melihat kakak kelas sedang siap-siap.
"Ya udah kita makan di kantin dulu yuk! Aku yang bayarin,tenang saja,"ajak Sasya.
Kamipun pergi ke kantin. Aku makan dengan lahap,karena lapar sekali. Sasya dan Santi juga kelihatannya lapar juga,karena mereka tidak mau ketinggalan pendaftaran jadi laparnya di tahan.
Setelah selesai makan,kami kembali ke tempat pendaftaran. Kami mendaftar dan langsung di wawancarai oleh kakak kelas. Namun,ada beberapa seleksi lagi setelah wawancara. Nama-nama yang lolos wawancara akan di umumkan lewat sms ke nomor handphone yang sudah ditulis.
Akhirnya selesai juga pendaftarannya dan aku langsung pulang. Aku sih tidak terlalu berharap di terima,karena aku hanya menemani Sasya dan Santi saja. Jawaban aku saat wawancara juga tidak terlalu serius. Pasti aku tidak akan di terima.
***
"Mah! Tadi aku ikut seleksi anggota osis,"ucapku pada mamah yang sedang menonton TV.
"Bagus dong kalau begitu! Kamu bisa aktif di sekolah. Tapi,awas jangan kecapean kalo ikut osis banyak kegiatan,"kata mamah masih serius dengan sinetron yang di tontonnya.
"Inikan baru seleksi. Aku enggak tahu lolos atau tidak. Aku mau ganti baju dulu." Aku segera ke kamar untuk ganti baju.
Setelah ganti baju,aku ikut menonton TV bersama mamahku.
"Mah! Kenapa sih Papah kerjanya di kapal? Aku jadi jarang ketemu sama papah,"kataku bertanya pada mamah.
"Dari dulu,Papahmu sudah bekerja di kapal sebelum menikah dengan Mamah,"kata mamah.
"Berarti Mamah tahu dong kalau papah jarang pulang,"kataku heran kenapa mamah mau sama papah yang jarang pulang.
"Iya,tahu. Sebelum nikah,Mamah udah di kasih tahu kalau papah kamu jarang pulang,"jelas mamah.
"Terus Mamah mau?"tanyaku lagi.
"Ya maulah! Buktinya punya anak kamu. Awalnya sih Mamah biasa-biasa aja ditinggal papah. Tapi lama-kelamaan ya enggak enak juga kalau jarang ketemu. Sebenarnya Mamah ingin papah enggak kerja di kapal lagi. Tapi,untuk saat ini katanya papah belum bisa,"jelas mamahku terlihat sedih.
Aku rasa hanya aku saja yang kangen berat sama papah. Karena, mamah tidak memperlihatkan kesedihannya dan kerinduannya kepada papah di depan aku. Mendengar penjelasan mamah tadi,aku jadi ngerasa bersalah bertanya seperti itu. Mungkin,justru mamahlah yang lebih berat kerinduannya kepada papah.
Aku tidak tahu menahu mengenai pekerjaan papah,yang aku tahu papah hanya kerja di kapal. Karena itu urusan orangtua jadi aku tidak berani bertanya lebih. Semoga saja papahku cepat pulang dan berkerja di tempat yang dekat saja dengan rumah.
***
Beberapa hari kemudian,aku mendapatkan sms dari nomor yang tidak dikenal. Setelah aku baca pesannya,ternyata itu nomor dari kakak kelas osis. Isi pesannya adalah bahwa aku berhasil lolos seleksi pertama dan harus melanjutkan seleksi kedua. Wow! Aku enggak nyangka banget kalau aku akan lolos seleksi. Pasti Sasya dan Santi juga lolos,pikirku.
Pagi harinya,ketika aku sampai di sekolah. Kebetulan Sasya dan Santi sudah datang lebih dulu.
"Sya! San! Kalian udah dapat sms dari kakak kelas osis belum?"tanyaku pada mereka berdua yang sedang mengobrol.
"Sms? Sebentar aku cek hp dulu!"kata Santi lalu mengambil handphonenya dari saku roknya.
Setelah membuka hpnya dan melihat pesan, Santi berkata,"loh! Aku kok enggak ada sms dari kakak kelas ya?"
"Aku juga enggak ada,"kata Sasya yang juga melihat pesan di hpnya.
"Kok kalian belum dapat smsnya ya? Padahal seleksi selanjutnya diadakan hari ini setelah pulang sekolah." Aku heran,kenapa cuma aku saja mendapatkan sms.
"Berarti kamu lolos,Han. Kita yang enggak lolos,"ucap Santi.
"Masa sih? Kalau kalian enggak lolos,aku enggak mau lanjut,"kataku kecewa karena mereka enggak lolos.
"Eh! Jangan gitu dong! Kamu harus lanjut ke seleksi selanjutnya. Karena,kamu yang akan jadi perwakilan kita. Kalau kamu enggak lanjut,kamu akan membuat kita kecewa," kata Sasya memberiku semangat.
"Tapi,aku sendirian. Enggak ada teman. Kalian tega ih!'kataku yang semakin sedih.
"Eh! Ada juga kok teman sekelas kita yang lolos. Sudah kamu jangan khawatir! Pokoknya pulang sekolah harus ikut seleksi selanjutnya. Nanti kita temenin kamu sampai selesai,"kata Sasya yang terus memberi dukungan kepadaku.
Sebenarnya ada teman sekelasku juga yang lolos seleksi,tapi aku tidak kenal dekat dengan mereka.
Setelah pulang sekolah,Sasya dan Santi mengantarkanku ke ruangan seleksi osis. Seleksi kedua ini adalah seleksi pengetahuan umum. Aku ditugaskan untuk mengisi soal seperti ujian.
Benar saja,Sasya dan Santi menungguku sampai selesai.
"Ngapain kalian masih di sini?"tanyaku heran karena mereka duduk di depan ruangan seleksi.
"Ya nungguin kamulah!"kata Santi.
"Harusnya kalian pulang saja. Aku enggak perlu ditungguin,memangnya aku anak TK apa? Ayo kita pulang! Btw terima kasih ya kalian udah nungguin aku,"ucapku sambil tersenyum kepada mereka.
Malam harinya,aku mendapatkan sms lagi bahwa aku lolos lagi ke seleksi berikutnya. Seleksi berikutnya adalah seleksi yang terakhir sekaligus seleksi yang paling berat. Seluruh peserta diharuskan membawa peralatan dan perlengkapan yang sudah diberitahu oleh kakak kelas. Karena pada hari sabtu akan menginap di sekolah.
Kegiatannya selama menginap di sekolah ialah seluruh peserta dikerjai dan dimarah-marahi oleh kakak kelas. Jam 12 malam kami dibangunkan oleh kakak kelas secara kasar, sampai-sampai aku yang sedang tidur seakan ada bencana gempa bumi. Karena kakak kelas menggedor-gedor pintu dan tembok sangat keras. Bangun tidur langsung di suruh pakai baju putih abu-abu lengkap dengan dasi dan topi.
Setelah itu,kami berbaris di lapangan. Kakak kelas memarahi kami lagi. Katanya,"siapa yang suruh kalian pakai baju putih abu-abu?" Dan kami di suruh mengganti baju olahraga dalam waktu 1 menit. Gila! Emang gila banget, lari menuju kelasnya aja menghabiskan waktu beberapa detik belum nyari bajunya ditas,lalu lepas baju putih abu-abu dan memakai baju olahraga.
Pada saat aku memakai baju olahraga rasanya baju kebalik,lalu aku balik eh malah kebalik lagi. Di balik lagi kok aku ngeliatnya kebalik lagi. Ya Allah! Mana lampunya nyala-mati nyala-mati terus kayak lampu disko. Emang kakak kelasnya niat banget pencet-pencet saklarnya. Untungnya ketika sampai di lapangan lagi,ternyata baju aku enggak kebalik. Padahal aku udah deg-degan banget.
Kami semua sudah memakai baju olahraga,eh si kakak kelas minta kami ganti baju putih abu-abu lagi. Ya Allah! Ampun! Waktunya 1 menit lagi. Pada saat ganti baju olahraga,baju putih abu-abunya main asal taro aja, jadi aku enggak tahu dimana punya aku. Aku ciumin parfum baju,akhirnya nemu juga punya aku. Lalu aku mencari topi dan dasi.
"Eh! Dek itu topi kakak," kata kakak kelas 11 yang ikut seleksi ini juga namanya kak Afni.
"Bukan kak,ini punya aku. Aku ingat banget kalau aku simpan di sini,"kataku yang deg-degan ingin mengakhiri percakapan ini,karena kakak kelas panitia sudah memaki-maki agar kami segera ke lapangan.
"Terus punya kakak mana? Tadi kakak juga simpan di sini," kata kak Afni sambil mencari topi di tengah kegelapan.
"Aku enggak tahu kak." Aku langsung meninggalkan kak Afni dan segera pergi ke lapangan. Sebenarnya kasian juga ninggalin kak Afni yang lagi nyari topi. Tapi, kalau aku bantuin nyari topi,nanti aku kena marah.
Aku melihat kak Afni tidak memakai topi ke lapangan. Karena,setiap ada satu orang yang buat kesalahan semuanya ikut kena hukuman. Kami di suruh push up 10 kali per kesalahan. Sedangkan malam itu sudah lebih dari 3 kali yang buat kesalahan.
Saat semuanya sudah berbaris di lapangan,tanpa ada yang berbicara satupun ditengah kesunyian malam ini. Tiba-tiba ada yang menangis.
"Huhuhu! Kak aku mau pulang!,"ucap salah satu peserta yang menangis dan ingin pulang."Silakan! Silakan kamu pulang kalau kamu berani! Ini sudah tengah malam,tidak ada kendaraan umum. Silakan kamu pulang!"teriak kakak kelas kepada peserta yang menangis.Dalam hatiku berkata,"duh,sebenarnya aku juga mau nangis kalau diginiin,tapi aku tahan-tahan biar enggak malu dan malah dimarahin nantinya. Eh ada juga yang enggak kuat ternyata".Setelah diteriaki oleh kakak kelas dan diberi tahu bahwa ini sudah tengah malam,peserta yang tadi menangis tidak jadi pulang. Ini adalah pilihan yang sangat sulit. Mau pulang takut enggak pulang juga takut.Kami di suruh memasuki ruangan kelas yang di dalamnya ada kakak kelasnya. Gila! Ini horor banget! Dan kelompok aku adalah yang pertama jalan duluan. Ya Allah! Aku tuh orangnya penakut banget padahal,tapi melihat teman aku yang sama-sama takut,aku mencoba memberanikan diri. Alhamdulillahnya malam ini bulan purnama,jadi malamnya tid
2 minggu kemudian,akan diadakan pemilihan ketua osis. Aku kaget,melihat daftar calon ketua osis. Ferdi adalah salah satu calon ketua osis. Bukan aku saja yang kaget,teman sekelasku juga kaget. Karena selama ini tidak ada yang tahu kalau Ferdi mencalonkan diri jadi ketua osis.Hari ini,seluruh calon ketua osis berorasi mencari dukungan agar dipilih. Mereka satu persatu bergantian berpidato menyampaikan visi misi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan beberapa siswa-siswi.Aku kagum melihat cara berbicara Ferdi di depan umum. Sepertinya banyak yang suka juga dengan cara pembawaan Ferdi yang berwibawa. Kalau dibandingkan dengan calon yang lain Ferdi jauh lebih bagus cara berbicaranya di depan umum.Pertanyaan yang diajukan kepada Ferdi,langsung dijawab dengan tegas,jelas,dan tepat sasaran tanpa bertele-tele. Berbeda dengan calon yang lainnya terlalu bertele-tele dalam menjawab pertanyaan.***Pemilihan ketua osispun dilaksanakan. Hari ini tidak a
"Ikut kemana?" Aku bertanya kepada Sasya saat Sasya menarik-narik tanganku."Udah pokoknya ikut dulu! Nanti kamu lihat sendiri!"jawab Sasya yang terus menarik tanganku menuju lapangan."Apaan sih,Sya? Kamu narik-narik tangan aku. Sakit tahu!!"kataku kesal."Itu lihat!" Sasya menyuruhku untuk melihat pameran seni yang sedang berlangsung."Lihat apa?"tanyaku yang tidak dijawab oleh Sasya. Setelah itu aku menyadari,ternyata yang sedang tampil adalah kakak kelas yang aku kagumi."Sya! Itu serius dia? Ya ampun,keren banget!" Aku melongo melihat penampilan kakak kelas yang aku kagumi itu.Sebenarnya bukan aku saja sih yang mengagumi,Sasya juga. Bahkan,hampir seluruh siswi di sekolah ini.Beruntung sekali Sasya mengajak aku ke lapangan daripada melihat Ferdi dan Santi yang bikin kesal.***Hari selanjutnya,aku diberi kabar oleh ketua osis bahwa setelah pulang sekolah akan ada rapat untuk lomba kebersihan dan kerapihan kelas.Siang
Lalu ada suara laki-laki mengentuk pintu kamarku. Itu pasti laki-laki yang tadi di kamar mamah. Aku tidak berniat membuka,tapi setelah itu mamah yang mengetuk pintu aku langsung membukanya.Aku kaget melihat mamah dan laki-laki itu berdiri di pintu kamarku. Mataku mengamati dari ujung kepala sampai kaki laki-laki itu. Setelah aku amati,sepertinya aku mengenal laki-laki itu."Papah?"tanyaku penasaran."Iya.""Papaahh!" Aku langsung memeluknya sangat erat. Ternyata laki-laki itu adalah papahku."Papah aku kangen banget,kenapa Papah lama sekali pulangnya?"tanyaku kecewa karena papah selalu jarang pulang. Tapi sekarang aku senang papah udah pulang."Yang penting sekarang Papah udah pulang. Kamu cepat ganti baju,kita akan jalan-jalan,"kata papah."Beneran?"tanyaku penuh harap dan dijawab anggukan oleh papah."Yeayyy!" Aku bersorak gembira sekali.Aku segera mengganti baju dan bersiap pergi jalan-jalan bersama keluargaku. Aku tidak men
Mataku sembab dan hitam habis nangis semalaman. Kali ini aku tidak memikirkan duduk bersama Ferdi. Tapi yang tersisa hanya kursi yang di sebelah Ferdi dan kursi paling depan dekat meja guru."Aku boleh duduk di sini lagi enggak?"tanyaku tidak tersenyum padahal biasa aku selalu murah senyum."Mau banget ya duduk di sini? Tuh di depan masih ada yang kosong,"kata Ferdi yang malah tersenyum kepadaku."Di depan dekat sekali dengan meja guru. Tapi,kalau kamu enggak ngizinin aku duduk di sini enggak papa kok. Lebih baik aku duduk di depan saja,"kataku yang sedang malas untuk berdebat masalah tempat duduk."Eh!" Ferdi menarik tanganku dan berkata lagi,"cuma becanda,serius amat. Sini duduk!"kata Ferdi menarik tanganku untuk duduk.Ternyata Ferdi membalas becancaan aku yang kemarin. Tapi,aku sedang tidak mood becanda. Alhasil Ferdi tidak berhasil becandain aku.Aku tidak berkata apapun pada Ferdi setelah itu. Aku masih sedih papah berangkat berlayar lagi. T
Bagi raport semester 1 tiba. Pihak sekolah meminta agar orangtua yang mengambil raport. Aku dan mamahku pergi ke sekolah bersama-sama. Tidak banyak temanku yang ikut orangtuanya mengambil raport,bahkan aku tidak melihat Ferdi sampai aku pulang.Liburan telah tiba,aku dan mamah berencana untuk pergi ke rumah kakek dan nenekku yang ada di Yogyakarta. Kami menyiapkan pakaian dan beberapa oleh-oleh yang akan dibawa ke Yogyakarta.Kami berangkat menggunakan kereta api. Kereta api adalah transportasi yang aku sukai dibandingkan dengan yang lainnya. Selain cepat dan murah,aku bisa melihat pemandangan sawah dan pegunungan.Saat sudah sampai di stasiun,aku dan mamahku dijemput oleh pamanku menggunkan mobil. Dari stasiun menuju rumah membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Aku tertidur di mobil beberapa saat. Lalu mamahku membangunkanku saat sudah sampai.Kakek dan nenekku menunggu kami di depan pintu. Mereka menyambut kami dengan suka cita. Setelah masuk ke dalam rumah,kami